• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STUDI PUSTAKA

2.2 Deskripsi Teori

2.2.1 Konsep Dasar Menulis Argumentasi

2.2.1.2 Hakikat Menulis Argumentasi

Menulis argumentasi berarti mengemukakan masalah dengan mengambil sikap pasti untuk mengungkapkan segala persoalan dengan segala kesungguhan intelektualnya, bukan sekadar mana suka atau pendekatan emosional. Penulis harus berusaha menyelidiki (1) apa persoalan itu, (2) apa ada tujuan yang tersembunyi, dan (3) apa ada keuntungan atau kerugian untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan mana yang kiranya mendapat manfaat dan bagaimana cara mengatasinya. Pendeknya, penulis harus berusaha menyampaikan pendapatnya secara teratur dan kritis (Rahayu, 2007:168-171). Berikut penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis argumentasi.

a. Hubungan Argumentasi dan Logika

Logika merupakan suatu cabang ilmu yang berusaha menurunkan kesimpulan-kesimpulan melalui kaidah-kaidah formal yang absah. Argumen dibedakan dengan logika sebagai ilmu dan argumen sebagai retorika (penulisan). Dasar argumen ialah benar dan salah, sedangakan dasar logika adalah absah dan tidak absah. Dalam tulisan argumentasi, penulis harus yakin bahwa semua premis yang ditulisnya mengandung kebenaran sehingga dapat mempengaruhi sikap pembaca (Keraf, 2008). Untuk membuktikan suatu kebenaran, argumentasi menggunakan prinsip-prinsip logika. Logika sendiri merupakan suatu cabang ilmu yang berusaha menurunkan kesimpulan-kesimpulan melalui kaidah-kaidah formal yang absah (valid).

b. Dasar dan Sasaran Argumentasi

Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah pembicara atau pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subjek yang akan dikemukakannya. Lalu, pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri (Keraf, 2008). Selain itu, pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas. Pembicara atau penulis juga harus menyelidiki persyaratan yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas dan kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskan itu.

Sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang argumentasi sebagai berikut: (1) argumentasi itu harus mengandung kebenaran untuk

mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan, (2) pengarang harus berusaha untuk menghindari setiap istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertetu, (3) sering timbul keidaksepakatan dalam istilah-istilah, (4) pengarang harus menetapkan secara tepat titik ketidakesepakatan yang akan diargumentasikan. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting. Setiap analisis yang cermat, sejak awal harus mengungkapkan dengan jelas di mana letak perbedaan-perbedaan yang akan diargumentasikan (Keraf, 2008).

c. Mengemukakan Argumentasi

Penulis harus mengemukakan semua fakta, pendapat, otoritas, atau evidensi secara kritis dan logis. Penulis harus mengadakan seleksi atas fakta-fakta dan otoritas mana yang dapat digunakan, data mana yang harus disingkirkan. Bila bahan telah dikumpulkan, penulis harus siap dengan metode terbaik untuk merangkaikannya dalam bentuk atau rangkaian yang logis dan meyakinkan (Keraf, 2008).

d. Komposisi Argumentasi

Menurut Keraf (2008), komposisi atau bagian-bagian argumentasi dibagi menjadi tiga, yakni bagian pendahuluan, tubuh argumentasi, dan kesimpulan atau ringkasan. Pertama, pendahuluan merupakan bagian untuk menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menunjukkan dasar-dasar argumen itu harus dikemukakan dalam kesimpulan tersebut. Fakta-fakta harus benar-benar diseleksi supaya penulis tidak mengemukakan hal-hal yang justru bersifat argumentasi yang seharusnya disampaikan dalam tubuh argumentasi, dengan pertimbangan: (a) Penulis harus menegaskan

mengapa persoalan itu dibicarakan pada saat ini; (b) Penulis harus menjelaskan latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan; dan (c) Penulis mengakui adanya persoalan yang tidak dimasukkan dalam argumentasi.

Kedua, tubuh argumentasi yakni seluruh isi argumen dengan dilengkapi data-data

pendukung. Oleh karena itu, penulis harus mampu meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakan itu benar sehingga kesimpulannya juga benar. Amat disayangkan banyak evidensi yang tepat dan benar tapi mengalami kegagalan oleh cara menyajikan yang tidak tepat. Penulis harus berada di pihak pembaca yang serba ingin tahu.

Ketiga, kesimpulan dan ringkasan merupakan bagian akhir dari paragraf

argumentasi. Kesimpulan tersebut harus tetap memelihara tujuan dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai serta mengapa kesimpulan itu diterima sebagai sesuatu yang logis.

e. Topik dan Metode

Topik/sumber/pokok bahasan terdiri atas bagian-bagian pengalaman yang merupakan kesatuan yang dapat menurunkan proposisi bagi sebuah argumen. Dalam argumen, penulis ingin merebut kepercayaan dan berusaha agar pembaca mengubah sikap dan pendapatnya. Semakin banyak fakta yang dikemukakan, semakin kuat pembuktianya sehingga pembaca akan semakin percaya pada penulis. Topik yang dijadikan landasan proposisi-proposisi dapat dijabarkan menjadi berbagai macam metode argumentasi (Keraf, 2008), yaitu:

1. Genus dan definisi : misalnya “Manusia adalah makhluk fana” dari pernyataan itu, diperoleh “Semua orang India adalah manusia”. Jadi, orang India adalah adalah manusia yang berakal budi, bebas berpikir, bebas menentukan nasibnya sendiri; penulis harus merangsang pembaca mempercayai dan menerima hal itu merupakan ciri manusia.

2. Sebab dan akibat : kekuatan retorika ini terletak pada persoalan, bagaimana kita menerima kebenaran hubungan sebab akibat yang dinyatakan oleh premis mayornya.

3. Keadaan atau sirkumstansi : keadaan adalah proses dalam sebab akibat, kalau penyajian keadaan tidak meyajikan sebagai keadaan terpaksa, argumen akan ditolak; suasana terpaksa tidak boleh menghasilkan alternatif. Sejauh tidak ada alternatif lain, maka keadaan itulah yang dijadikan argumen.

4. Persamaan : persamaan antara dua benda, kekuatannya terletak pada hubungannya dengan kebenaran yang terdapat dalam topik yang diperbandingkan. Kalau persamaan itu lemah/ meragukan, maka kekuatan retorikanya juga lemah.

5. Perbandingan : salah satu yang diperbandingkan harus lebih kuat daripada yang lain yang dijadikan dasar perbandingan.

6. Pertentangan : jika kita memperoleh keuntungan dari fakta dan situasi tertentu, maka fakta dan situasi yang bertentangan akan memperoleh kelemahan; atau sebaliknya. 7. Kesaksian/otoritas : merupakan topik/ sumber dari luar karena proposisi yang

digunakan milik orang lain. Kesaksian/otoritas tidak memiliki tenaga dalam dirinya (intrinsik), tetapi tenaga yang ada padanya bergantung pada kepercayaan atas saksi

dan kualitas otoritas. Kesaksian dapat diterima dengan baik jika saksi dianggap tahu betul fakta dan tidak mempunyai kepentingan dengan hasil argumen.