• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV INTERPRETASI DATA

4.6 Harapan Informan Orang Tua Kepada Anak Autisnya

Terkait dengan harapan peneliti melihat untuk dapat menggunakan dan menjelaskan fungsi keberlangsungan hidup keluarga yaitu orang tua dan anak

autisnya dalam keterkaitannya dengan teori AGIL (Adaptation, Goal Attaiment, Intregration, and Latency). Peneliti melihat unsur adanya harapan agar anak autisnya dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri seperti anak biasa pada umumnya. Dalam hal ini, harapan-harapan yang baik dan positif sangat memberikan penjelasan bahwasannya anak autis walaupun secara praktis tidak bisa beradaptasi dengan sempurna maka fungsi dan peran orang tua dan keluarga dalam tumbuh kembang anak-anaknya sangatlah penting.

Secara sosiologi, melalui teori fungsi dan konsep AGIL, orang tua melalui tindakan sosial, pola asuh, peran dan fungsinya dalam keluarga harus sejalan dengan kebutuhan khususnya. Adapun unsur-unsur tambahan seperti harapan untuk anak autisnya dapat terjun ke masyarakat merupakan peran tambahan anggota keluarga dalam masyarakat. Dengan kata lain, anak autis tersebut harus bisa dan berhasil bersosialisasi dengan masyarakat seperti memberikan perhatian khusus untuk pendidikan anak autis, terapi anak autis, seminar-seminar tentang ilmu anak autis, dan perbanyak wadah-wadah pemerhati dalam sosialisasi tumbuh kembang anak autis. Harapan lanjutan untuk memenuhi teori fungsi dan konsep AGIL adalah berhasilnya anak autis dalam beradaptasi dalam lingkungan masyarakat, tercapai tujuan hidupnya dalam masyarakat, intergrasi hidup anak autis dalam struktur keluarga dan sistem sosial dalam masyarakat. Yang terakhir adalah untuk memenuhi unsur dalam sistem keluarga yang harus saling melengkapi, memelihara, memperbaiki, dan menciptakan motivasi hidup sesama anggota keluarga.

Peneliti melihat anak autis adalah anak yang secara sosiologi merupakan anak yang tanpa melihat fisik, tidak bisa berinteraksi dan bersosialisasi dengan

lingkungan sekitar namun memerlukan perlakuan khusus termaksud dalam peran orang tua dalam memperlakukannya sebagai anak autis. Psikolog Bu RNI menambahkan :

“Harapan itu pasti selalu baik dan positif. Namun cara untuk mendapatkan hasil yang baik dan positif tersebut kembali pada rasa memeliharanya orang tua terhadap anak autisnya. Walaupun sejatinya, anak autis juga anak-anak yang telah dititipkan tuhan kepada orang tuanya. Kembali ke doa dan tugas dari peran orang tua untuk menjaganya.”

Sedikit ditambahkan Bu AA (Ibu ALT) :

“Banyak harapan yang diberikan kepada setiap anak yang lahir, tapi kita tidak bisa prediksi apa hasilnya nanti. Setidaknya kebutuhan khususnya perlahan-lahan kita berikan sesuai dengan proposi yang seharusnya kita ketahui tentang kehidupan anak autis kita.”

Dengan ini peneliti sedikit tersentuh pada strategi-strategi yang dilakukan informan orang tua kepada anak autisnya yang terkait dengan tindakan peran dan proses sosialisasi serta interaksi anak autis ke depannya. Mulai dari hal kecil seperti memperlakukan hal khusus mulai dari bangun tidur sampai kembali tidur, hingga proses tumbuh kembang anak autisnya. Maupun mereka sebagai orang tua harus meninggalkan apa yang pernah di lakukan seperti pekerjaan yang telah dimiliki namun informan sudah menggambarkan betapa pentingnya perlakuan khusus kepada anak autisnya.

Untuk masyarakat atau hal-hal yang kedepannya akan proses penerimaan sosial dan penentuan status sosial anak autis di masyarakat merupakan tugas utama orang tua dan keluarga. Pendukung berupa para pemerhati anak autis juga harus diberikan kesempatan pada struktur lapisan sosial masyarakat atau dengan kata lain

bisa dimasukan dalam perhatian pemerintah melalui lembaga terkait seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta institusi-institusi atau lembaga sosial yang memfokuskan perhatian pada anak autis.

Pada akhirnya penerimaan dan pemahaman masyarakat yang dimulai dari keluarga merupakan perkembangan yang selayaknya anak autis terima dengan baik.

Diharapkan tidak ada lagi hal-hal rasa tidak percaya, shock, sedih, kecewa, merasa bersalah, marah dan menolak hadirnya anak autis dalam kehidupan keluarga mereka. Secara sosiologi, walaupun keberadaan anak autis sangat belum mendapat perhatian dan hanya terkait dengan urusan psikologis, psikologi anak, dan psikoanalisis. Tetapi sosiologi juga sangat bisa memberikan pendekatannya melalui teori-teori sosiologi keluarga dan perkembangannya. Informan memberikan informasi secara faktual karena peneliti bersikap dan bersifat partisipan, sehingga informan juga memberikan harapan harapan positif kedepannya. Setidaknya agar tidak merasa malu sebagai orang tua walau memiliki seorang anak autis dan segala kebutuhan khususnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan terkait hasil penelitian yang meneliti tentang fungsi dan peran yang dilakukan oleh orang tua agar anak autisnya tersebut mampu berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungannya sesuai dengan rumusan masalah peneliti.

Adapun yang dapat disimpulkan adalah :

1. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan fungsi informan orang tua terhadap anak autisnya yaitu fungsi sosialisasi yaitu orang tua sebagai agen sosialisasi utama yang diberikan kepada anak agar mereka dapat berfungsi

dengan baik dalam masyarakat, fungsi afeksi yaitu fungsi dimana informan sebagai orang tua dan keluarganya diharuskan memberikan kebutuhan akan kasih sayang atau rasa cinta bagi anggota keluarganya, fungsi penentuan status yaitu informan sebagai orang tua memposisikan anak autisnya pada struktur keluarga walaupun anak autisnya ada yang anak tunggal atau memiliki saudara kandung lainnya, fungsi perlindungan yaitu orang tua informan memberikan perlindungan, perhatian khusus, dan memelihara bagi anak autisnya.

2. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan peran informan orang tua yang memiliki anak autis yaitu peran ayah, peran ibu, peran keluarga, peran saudara kandung, peran saudara kandungnya, dan peran terapisnya.

Dihasilkan juga perubahan peran yaitu ibu yang sebelumnya bekerja namun memilih untuk merawat dan fokus menjaga anak autisnya. Peran lainnya yaitu pola asuh dan tindakan sosial berupa pentingnya keberlangsungan dalam perlakuan khusus kepada anak autisnya seperti terkait pendidikannya, terapinya dan sosialisasi lanjutan agar anak autis bisa memenuhi teori dan fungsi AGIL, yang secara sosiologis melalui peran sosial orang tua dalam sosiologi keluarga.

3. Harapan peneliti terhadap informan yaitu orang tua hendaknya tidak bersikap statis, melainkan harus dinamis menerapkan pola-pola tindakan yang bersifat mengembangkan potensi anak autisnya. Hal ini dikarenakan masih ada orang tua yang menyalahkan lambannya perkembangan anak namun tidak optimal di pengaplikasian setiap tindakan perlakuan khusus kepada anak autisnya.

Dengan demikian sangat penting seminar-seminar dan wadah para pemerhati anak autis baik secara psikologi, sosiologi, dan budaya yang mampu mengkoreksi proses sosial dan tindakan sosial terhadap memperlakukan dalam tumbuh kembangnya anak autis.

5.2 Saran

1. Peneliti memberikan saran kepada setiap orang tua yang memiliki anak autis agar tetap bersifat fleksibel dan dinamis untuk memberikan tindakan-tindakan sosial yang bersifat positif seperti interaksi, sosialisasi, status, dan penjelasan terhadap struktur kecil keluarganya dan sistem sosial lingkungannya.

2. Saran dari penelitian ini adalah agar masyarakat lebih terbuka dalam menerima keadaaan anak autis baik terkait dengan pertumbuhan, perkembangan, interaksi, sosialisasi dan penerimaan sosial anak autis yang mana akan juga berbaur dengan lingkungan dan kehidupan di sekitar tempat tinggal dan bersikap positif terhadap penerimaan sosial anak autis dalam lingkungannya.

3. Saran untuk kedepannya bagi pemerintah yang berkaitan dengan kompetensi dan pengetahuan keluarga yang memiliki anak autis lebih bersifat relevantif dan terbuka yaitu memperbanyakwadah-wadah atau komunitas para pemerhati dan orang tua anak autis yang berada dalam lingkungan sosial kehidupan masyarakat. Dengan demikian anak autis mendapatkan penerimaan sosial yang tidak sama namun khusus dan memposisikannya sebagai status-status anak berkebutuhan khusus dengan autisnya dan anak biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Mulyadi, K. & Sutadi, R. 2014. Autism is curable. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Moleong, Lexy. J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya.

Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana.

Sastry, A. & Aguirre, B. 2014. Parenting anak dengan autisme: Solusi, strategi, dan saran praktis untuk membantu keluarga anda. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soeriawinata, Rury. 2018. Verbal Behavior & Applied Behavior Analysis.

Yogyakarta: Quantum

Soetjiningsih, & Ranuh, I. G. 2015. Tumbuh kembang anak edisi 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran.

Sugiyono.2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&B. Bandung: Aflabeta.

Jurnal :

Asrizal. 2016. Penanganan Anak Autis dalam Interaksi Sosial. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

ASTRI VENIA RAZI, Syamsul Rizal dan. 2017. DARI TALCOTT PARSON UNTUK MENJADI MAHASISWA IDEALDI PERGURUAN TINGGI IAIN ZAWIYAH COT KALA LANGSA. ISSN 2620-5858.

<http://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/at/article/view/150> • Vol 9 No 2 (2016): Vol. 9 No 2 Desember 2016

Aisti Rahayu Kharisma Siwi dan Nisa Rachmah Nur Anganti. 2017. Strategi Sosial Terhadap Anak Kepada Anak Autis. ISSN :2541450X. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Aisyah, Feni Nur Afni. 2016. PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN SIKAP KEBERAGAMAAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR : STUDI KASUS DI LINGKUNGA2N MASYRAKAT RT 03 RW 01 KELURAHAN BEDILAN KECAMATAN GRESIK. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Aminatul Fitri, Zulfan Saam, dan Yulis Hamidy. 2016. Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Perilaku Anak Autis Di Kota Pekanbaru. ISSN 1978-5283. Jurnal Ilmu Lingkungan. Universitas Riau Pekanbaru, Riau

Chrisnita Vani, Gabriela , Tri Raharjo, Santoso & Nuriyah Hidayat, Eva. 2017.

Pengasuhan (Good Parenting) Bagi Anak Disabilitas DOI : https://doi.org/10.24036/4.1296 7. Jurnal Aplikasi IPTEK Indonesia Universitas Negeri Padang.

Dessy, Hasanah S. Meilannya, Budiarti. Yessi, Rachmasari. 2017.Peran Pekerja Sosial Dalam Penanganan Anak Autis ISSN:25281577. Universitas Padjajaran. Bandung

Dwi, Rikha Rachmawaty. 2014. Pemahaman Autisme Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis Di Lembaga Potensi Perkembangan Anak “Triple A” Malang. P-ISSN: 0853-8050, E-ISSN: 2502-6925. Fakultas Psikologi.

Universitas Wisnuwardhana. Malang

Essie, Octaria dan Zilda, Fahnia. 2014. Presentasi Moloklusi Pada Anank Autis dan Anak Normal Di Kota Medan. Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak.Fakultas Kedoteran Gigi. Universitas Sumatera Utara.

Emberti Gialloreti, Leonardo and Curatolo, Paolo. 2018. Autism Spectrum Disorder: Why Do We Know So Little?. Department of biomedicine and prevention, tor vergata Universty of rome, Italy doi: 10.7759/cureus.3299

Engelbertus, Ola Duli. 2015. Komunikasi Nonverbal Anak Autis Di Sekolah Luar biasa (SLB) Pembina Provinsi Kalimanatan Timur. 2015, 3 (2):311-321 ISSN 0000-0000Universitas Mulawarman. Samarinda

F. Boat Thomas and T. Wu. Joel. 2015. Mental Disorders and Disabilities Among Low-Income Children. Institute of Medicine. Division of Behavioral and Social Sciences and Education https://doi.org/10.17226/21780. THE NATIONAL ACADEMIES PRESS. Washington, DC

Fuld, Samantha. 2018. Autism Spectrum Disorder: The Impact of Stressful and Traumatic Life Events and Implications for Clinical Practice doi:

10.1007/s10615-018-0649-6. NYu silver school of social work, New York University

Hendita, Gregorius Artha Kusuma. 2017. Sistem Identifikasi Penyakit Autis Anak Berbasis Web. ISSN: 2302-3252. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Pancasila. Jakarta

Hevi, Susanti. 2014. Representasi Konsep Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis. Universitas Riau. Pekanbaru

Husaini, wilda. 2017. Hubungan fungsi Keluarga Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura. Fakultas Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Iswari, Mega, dkk. 2018. Bermain Peran : Sebuah Metode Pembelajaran Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosialisasi Anak Autis ISSN : 2598-5183.

Universitas Negeri Padang,Indonesia.

Jennifer Sianipar, Jojor.dkk. 2017. Identifikasi Diagnosis Gangguan Autisme Pada Anak Menggunakan Metode Modified K-Nearest Neighbor (MKNN).

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Muji Rahayu, Sri. 2014. Deteksi dan Intervensi Dini Pada Anak Autis. Jurnal Pendidikan Anak Volume III Edisi 1 Juni 2014. SLB Pamardi Putra.

Bantul

Nunung, Sri Rochaniningsih. 2014, Dampak Pergerseran Peran Dan Fungsi Keluarga Pada Perilaku Menyimpang Remaja Online ISSN (e-ISSN):

2502-1648. Universitas Negeri Yogya. Yogyakarta.

Prasanti, Ditha. 2017. INTERAKSI SOSIAL ANGGOTA KOMUNITAS LET’S HIJRAH DALAM MEDIA SOSIAL GROUP LINE. Fakultas Ilmu Komunikasi. UNPAD. Bandung.

Retno Anggraini, Diah. 2018. Peran Caragiver Dalam Mengenalkan Anggota Tubuh Pada Individu Autistik Usia Prasekolah e-ISSN: 2549-2845.

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris ,Universitas Muhammadiyah Tangerang

Rina Mirza, 2016. Menerapkan Pola Asuh Konsisten Pada Anak Autis ISSN : 08542627. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sumatera Utara Medan.

Riandini, Seffia. Pengaruh Pola Pengasuhan dengan Perkembangan Komunikasi Anak Autis kepada Orang Tua. 2015. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Roro, Raden Jane Adjeng P, dkk. 2015. Pengaruh Terapi ABA terhadap Interaksi Sosial Anak Autis di SLB Autis Prananda Bandung. Fakultas Psikologi ISSN: 2460-6448430. Universitas Islam Bandung. Bandung.

Salar Anwar, Muhammad, dkk. 2018. Knowledge, Awareness, and Perceptions Regarding Autism Among Parents in Karachi, Pakistan DOI : 10.3389/fneur.2018.00670. Dow University Health science, Karachi, PAK Sahida, Khaula. 2018. Parent Child Characteristics And Its Correlation To Parental

Rejection Of Autism Spectrum Disorder Children DOI-https://dx.doi.org/10.20319/lijhls.2017.41.5464. Nursing Science, Faculty of Nursing, Universitas Indonesia, Depok, West Java, Indonesia

Selvi, Shanty, Sudarji. 2017. Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autisme. ISSN: 1979-3707. Program Studi Psikologi. Universitas Banda Mulia. Jakarta

Suharni, Ni Luh Putu Eka, Neni Maemunah. 2016. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Interaksi Sosial Pada Anak Autis Di Yayasan Insan Mandiri jl.

Pisang kipas no. 34 A Kelurahan Jatimulyo Malang. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Malang

Surya Febrianto, Ade dan Darmawanti Ira. 2016. Studi Kasus Penerimaan Seorang Ayah Terhadap Anak Autis ISSN: 2087-1708. Program Studi Psikologi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya

Ventola, Pamela. 2017. Parenting a Child with ASD: Comparison of parenting style between ASD, anxiety, and typical development doi: 10.1007/s10803-017-3210-5. Department of Pyschology, University of Alabama. Tuscaloosa.

USA

Wahyu Merianto, Randi. 2016. Peran Orang Tua dalam Menangani Anak Autis (Studi Kasus 4 Keluarga Anak Autis di Kota Pekanbaru). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau

Rujukan Elektronik :

M.Arrozy, Ahmad. 2016. Dasar Pemikiran Goerge Herbert Mead Hingga Interaksionis Simbolik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Priherdityo, Endro. Indonesia masih ‘gelap’ tentang autisme. Diunduh dari cnnindonesia.com: Diakses 17 Juli 2018 dari https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/603/partisipasi-keluarga-untuk-anak-autistik# Dipublikasikan Pada : Rabu, 24 Februari 2016

Program Magister Psikologi. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Skripsi :

Astutik, S. 2014. Penerimaan orangtua terhadap anak berkebutuhan khusus.

(Skripsi tidak dipublikasi). Program Studi Psikologi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Oktaviana Ika Putri, Mentari. 2014. PROSES SOSIALISASI DAN INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM GERAKAN PRAMUKA (STUDI DI KWARTIR CABANG XI.28 TEGAL). Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta.

LAMPIRAN 1

FOTO-FOTO INFORMAN

Foto-foto yang terlampir pada hasil penelitian adalah foto-foto informan yang bersedia untuk memberikan foto.

1. Keluarga Ibu AA dan foto hasil medis diagnosa ALT

2. Ibu NNe dengan RM dan foto hasil medis diagnosa RM

3. Foto Ibu FB dengan MT dan foto hasil medis diagnosa MT

4. Foto Bapak RY dengan RKH

5. Informan Ibu RN tidak bersedia di foto tetapi hanya memberikan foto hasil medis diagnosa Al.

LAMPIRAN II

DAFTAR KEGIATAN SEHARI-HARI DAN JADWAL TERAPI INFORMAN ANAK ALT

1. Hari Senin

Aktivitas Sehari-hari Bangun tidur

Minum Calcium 2 sendok takar ditambah dengan Vit D 2 caps

20 menit setelah minum obat

Makan buah

15 menit setelah makan buah kemudian minum: Magnesium (1 caps), P5p (1 caps), B2 (1 caps)

1/2 jam setelah minum Magnesium 1 caps, P5p (1 caps), B2 (1 caps)

Makan I

07: 15 - 07: 45 Mandi pagi dan memakai baju sekolah Minum Maxidoid (4 sendok takar)

07:45 - 08:15 Terapi sesi I 08:15 - 08:30

Bersiap dan pergi ke sekolah

Minum Spirulina 1 caps 08:30 - 11:00 Sekolah (terapi sesi II)

11:00 - 11:30 Pulang sekolah

Makan II (ditengah makan diberi Enzim 1 caps) 11:30 - 13:00 Terapi sesi III

13:00 - 13:15 Snack time

Minum Magnesium 1 Caps 13:15 - 14:45 Terapi sesi IV

14:45 - 16:30 Tidur siang

16:30 - 16:35 Bangun tidur siang

Minum Maxidoid (4sendok takar)

16:35 - 17:00

Mandi sore

Minum spirulina 1 caps

Makan buah/sayur

Minum Magnesium 2 caps 17:00 - 18:00 Belajar sama Ummi Yana 18:00 - 18:15 Free time

18:15 - 18:30 Makan III (ditengah makan beri Super Omega3 1 caps) 19:10 - 19:40 Mengaji

20:00 30menit sebelum minum Zinc Minum Immune Booster 1 Caps (setengah jam sebelum tidur ) Sikat Gigi dan ganti baju tidur

15 menit setelah makan buah kemudian minum: Magnesium (1 caps), P5p (1 caps), B2 (1 caps)

1/2 jam setelah minum Magnesium 1 caps, P5p (1 caps), B2 (1 caps)

Makan II (ditengah makan kasih enzim 1 caps) 11:30 - 13:00 Terapi sesi III

13:00 - 13:15 Snack time

18:15 - 18:30 Makan III (ditengah makan beri Super Omega3 1 caps) 19:10 - 19:40 Mengaji

20:00 30 menit sebelum minum Zinc

Minum Immune Booster 1 Caps (setengah jam sebelum tidur ) Sikat gigi dan ganti baju tidur

Minum Calcium 2 sendok takar ditambah dengan Vit D 2 caps

20 menit setelah minum obat

Makan buah

15 menit setelah makan buah kemudian minum: Magnesium (1 caps), P5p(1 caps), B2(1 caps)

1/2 jam setelah minum Magnesium 1caps, P5p (1caps), B2 (1caps)

Makan I

07: 15 - 07: 45 Mandi pagi dan memakai baju sekolah

07:45 - 08:15 Terapi sesi I

08:15 - 08:30 Bersiap dan pergi ke sekolah 08:30 - 11:00 Sekolah (terapi sesi II)

11:00 - 11:30 Pulang sekolah

Makan II (ditengah makan beri Enzim 1caps) 11:30 - 13:00 Terapi sesi III

13:00 - 13:15 Snack time

Minum Magnesium 1 Caps 13:15 - 14:45 Terapi sesi IV

14:45 - 16:30 Tidur siang

16:30 - 16:35 Bangun tidur siang 16:35 - 17:00

Mandi sore

Makan buah/sayur

Minum Magnesium 2 caps 17:00 - 18:00 Belajar sama Ummi Yana 18:00 - 18:15 Free time

18:15 - 18:30 Makan III (ditengah makan beri Super Omega3 1 caps) 19:10 - 19:40 Mengaji

20:00 30 menit sebelum minum Zinc

Minum Immune Booster 1 Caps (setengah jam sebelum tidur ) Sikat gigi, ganti baju tidur

20:30 2 jam setelah makan IV, 30 menit setelah Immune Booster Minum Zinc (1caps)

Tidur malam 4. Hari Kamis

Aktivitas Sehari-hari Bangun tidur

Minum Calcium 2 sendok takar ditambah dengan Vit D 2 caps

20 menit setelah minum obat

Makan Buah

15 menit setelah makan buah kemudian minum : Magnesium (1 caps), P5p(1 caps), B2(1 caps)

1/2 jam setelah minum Magnesium 1 caps, P5p (1caps), B2

(1 caps)

Makan I

07: 15 - 07: 45 Mandi pagi memakai baju sekolah Minum Maxidoid (4sendok takar)

07:45 - 08:15 Terapi sesi I

08:15 - 08:30 Beriap dan pergi ke sekolah

Minum Spirulina 1 caps

08:30 - 11:00 Sekolah (terapi sesi II)

11:00 - 11:30 Pulang Sekolah

Makan II (ditengah makan kasih Enzim 1 caps) 11:30 - 13:00 Terapi sesi III

13:00 - 13:15 Snack time

Minum Magnesium 1 Caps

13:15 - 14:45 Terapi sesi IV

18:15 - 18:30 Makan III (ditengah makan beri Super Omega3 1 caps) 19:10 - 19:40 Mengaji

20:00

30 menit sebelum minum Zinc

Minum Immune Booster 1 Caps (setengah jam sebelum tidur )

Minum Calcium 2 sendok takar ditambah dengan Vit D 2 caps

20 menit setelah minum obat

Makan buah

15 menit setelah makan buah kemudian minum: Magnesium (1 caps), P5p (1caps), B2 (1caps)

1/2 jam setelah minum magnesium 1 caps, P5p (1 caps), B2 (1 caps)

Makan I

07:15 - 07:45 Mandi pagi memakai baju sekolah

07:45 - 08:15 Terapi sesi I

08:15 - 08:30 Bersiap dan pergi ke sekolah 08:30 - 10:30 Sekolah (terapi sesi II) 10:30 - 11:00

Pulang sekolah

Makan II (ditengah makan beri enzim 1 caps) 11:00 - 12:30 Terapi sesi III

12:30 - 12:45

Snack time

Minum Magnesium 1 Caps 12:45 - 14:15 Terapi sesi IV

14:15 - 16:30 Tidur siang

16:30 - 17:00

Bangun tidur siang

Mandi sore

Makan buah/sayur

Minum Magnesium 2 caps

17:00 - 18:00 Belajar sama Ummi Yana 18:00 - 18:15 Free time

18:15 - 18:30 Makan III (ditengah makan beri Super Omega3 1 caps)

19:10 - 19:40 Mengaji

20:00

30 menit sebelum minum Zinc

Minum Immune Booster 1 Caps (setengah jam sebelum tidur ) Sikat gigi, ganti baju tidur

Minum Calcium 2 sendok takar ditambah dengan Vit D 2 caps

20 menit setelah minum obat

Makan Buah

15 menit setelah makan buah kemudian minum: Magnesium (1 caps), P5p (1 caps), B2 (1 caps)

1/2 jam setelah minum Magnesium 1 caps, P5p (1caps), B2 (1caps)

Makan II (ditengah makan beri enzim 1 caps)

11:00 - 13:00 Tidur siang

13:00 - 15:00

Bangun tidur

Bersiap ke Wee play

Snack time di mobil

Minum Magnesium 1 caps

15:00 - 17:00 SI

16:00 - 17:00

Makan buah/sayur

Minum Magnesium 2 caps

18:15 - 18:30 Makan III (ditengah makan beri Super Omega3 1 caps)

20:00

30 menit sebelum minum Zinc

Minum Immune Booster 1 Caps (setengah jam sebelum tidur )

Sikat gigi, ganti baju tidur

20:30 2 jam setelah makan IV, 30 menit setelah Immune Booster Minum Zinc (1 caps)

Tidur malam 7. Hari Minggu

Aktivitas Sehari-hari Bangun tidur

Minum Calcium 2 sendok takar ditambah Vit D 2 caps

20 menit setelah minum obat Makan buah

15 menit setelah makan buah kemudian minum: Magnesium (1 caps), P5p (1 caps), B2(1 caps)

1/2 jam setelah minum Magnesium 1 caps, P5p (1caps), B2 (1caps)

Makan I 09:00 Snack time

10:00 Buah II

Minum Magnesium 1 caps

11:00 Makan II (ditengah makan beri Enzim 1 caps) 11:30 Tidur siang

13:00 Buah III

Minum Magnesium 1 caps

15:00 Snack time

17:00 Makan buah/sayur

Minum Magnesium 2 caps

18:15 - 18:30 Makan III (ditengah makan beri Super Omega3 1 caps)

20:00 30 menit sebelum minum Zinc

Minum Immune Booster 1 Caps (setengah jam sebelum tidur )

Sikat gigi, ganti baju tidur

20:30 2 jam setelah makan IV, 30 menit setelah Immune Booster Minum Zinc (1caps)

Tidur malam

Sumber : Hasil observasi langsung dari salah satu informan orang tua yang memiliki anak autis. Data tabel Alt tersebut diatas diperoleh dari hasil observasi langsung dari informan. Selanjutnya untuk jadwal terapi diperoleh dari hasil observasi yang selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :

8. Jadwal terapi

JADWAL TERAPI SENIN - KAMIS

WAKTU KETERANGAN TEMPAT

07:45 - 08:15 Terapi sesi I Rumah 08:30 - 11:00 Terapi sesi II Sekolah 11:30 - 13:00 Terapi Sesi III Rumah 13:15 - 14:45 Terapi Sesi IV Rumah

JADWAL TERAPI JUMAT

WAKTU KETERANGAN TEMPAT

07:45 - 08:15 Terapi sesi I Rumah 08:30 - 10:30 Terapi sesi II Sekolah 11:00 - 12:30 Terapi Sesi III Rumah 12:45 - 14:15 Terapi Sesi IV Rumah

JADWAL TERAPI SABTU

WAKTU KETERANGAN TEMPAT

07:45 - 08:15 Terapi sesi I Rumah

08:30 - 10:00 Terapi sesi II Sekolah

Sumber dari tiga tabel diatas di dapat dari hasil observasi secara langsung.

Berdasarkan tabel diatas jadwal terapi di hari Senin sampai Kamis dapat dilihat perbedaannya bahwa rentang waktu lebih panjang dibandingkan dengan jadwal terapi di hari Jumat dan Sabtu. Hal tersebut dikarenakan untuk hari Jumat merupakan hari untuk beribadah dan untuk hari Sabtu merupakan waktunya informan berakhir pekan.

LAMPIRAN III

MATRIKS PENELITIAN TESIS

Latar Belakang Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian Kesimpulan Harapan Implikasi

Pada umumnya

sebagai anak autis.

Selain itu, di dalam proses mengasuh anak mereka, banyak tantangan dan permasalahan yang di miliki oleh orang tua terhadap anak autis tersebut untuk itu penelitian ini memperlihatkan sisi lain kehidupan anak autis dari segmentasi fungsi dan peran maupun tindakan sosial orang tua yang memiliki anak autis.

dan memperkenalkan diri satu sama lain.

Penting untuk interaksi sosial lanjutan dengan orang tua, keluarga dan lingkungan.

LAMPIRAN IV

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Judul :

Fungsi dan Peran Orang Tua Terhadap Anak Austistic Syndrom Disorder (Studi Pada Komunitas Kasih Ibu Kota Medan)

Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian :

Bagaimana fungsi dan peran yang dilakukan oleh orang tua agar anak mampu berinteraksi dan adaptasi dengan lingkungannya

Kriteria Informan Utama :

1. 6 Orang tua yang termaksud anggota dari Komunitas Kasih Ibu di Kota Medan dengan memiliki anak autis yang masing-masing berjumlah 2 orang dalam setiap

1. 6 Orang tua yang termaksud anggota dari Komunitas Kasih Ibu di Kota Medan dengan memiliki anak autis yang masing-masing berjumlah 2 orang dalam setiap