• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.6 Kerangka Berfikir

Anak merupakan suatu bentuk investasi dan harapan masa depan baik bagi orang tua maupun sebagai penerus bangsa. Di dalam masa perkembangan, masa

tumbuh kembang anak-anak harus diupayakan secara optimal. Hal ini dikarenakan menyangkut akan masa depan anak tersebut. Perlu adanya optimalisasi perkembangan anak, karena selain krusial juga pada masa itu anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau keluarga sehingga secara mendasar hak dan kebutuhan anak dapat terpenuhi secara baik sehingga dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, bahagia, bermoral tinggi dan terpuji. Namun tidak semua anak dilahirkan dan tumbuh dalam keadaan normal. Beberapa diantaranya mengalami keterbatasan fisik maupun psikis salah satunya adalah anak mengalami gangguan autis.

Permasalahan secara umum yang dialami oleh anak autisme merupakan kombinasi dari beberapa kegagalan perkembangan antara lain pada perkembangan interaksi dengan lingkungan yang sangat lambat atau bahkan tidak ada sama sekali.

Bagi orang tua melihat permasalahan yang seperti ini merupakan suatu bagian permasalahan yang begitu berat dan harus diterima oleh orangtua. Beragam reaksi yang ditimbulkan dari orang tua juga berbeda antara yang satu dengan yang lain termasuk juga peran yang diambil oleh orang tua.

Peran dari orang tua tersebut merupakan lingkungan yang utama untuk mendapatkan pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam rumah. Untuk itu di dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk menganalisis bagaimana fungsi dan peran orang tua dalam mengasuh anak autis agar dapat meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hal inilah yang menjadi bentuk usaha-usaha mereka yang harus ditentukan dan diterapkan dalam penanganan anak autis sehingga anak

mereka dapat terjun ke dalam lingkungan bermasyarakat. Berikut gambaran kerangka berfikir dalam penelitian ini :

Gambar 1

Alur Kerangka Berfikir

Orang tua

Anak autis

Penerimaan dan Pemahaman Orang Tua Terhadap Anak Autis

Peran dan Fungsi Orang Tua Agar Dapat Meningkatkan Kemampuan Berinteraksi

Terhadap Lingkungannya

Tindakan Sosial dan Sosialisasi yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak

autisnya

Interaksi yang dilakukan orang tua dan anaknya dengan keluarga dan

lingkungan sekitarnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif fenomenologis. Pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan dengan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi dunia (Moleong:

2016). Penelitian dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang bersifat deskriptif. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan fenomenologi dengan pertimbangan bahwa fenomenologi memungkinkan untuk mengetahui fungsi dan peran orangtua terhadap anak autis agar dapat berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya

Penelitian ini akan dilakukan dalam natural setting (suasana alamaiah) artinya peneliti tidak akan memanipulasi keadaan guna mencari data. Peneliti membutuhkan kondisi yang tidak direkayasa dan terjadi apa adanya. Harapan peneliti dengan menggunakan metode deskriptif, peneliti dapat mendapatkan data sebanyak mungkin dan mengolah data dan menggambarkan yang jelas dan tepat tentang apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian.

Demikian juga halnya dengan penelitian ini yang bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai peran orang tua yang memiliki anak autisme dan identifikasi keluarga yang memiliki anak autisme khususnya pada Komunitas Kasih Ibu di Kota Medan.

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah orang tua yang memiliki anak autis dalam Komunitas Kasih Ibu di Kota Medan. Alasan peneliti memilih tempat ini dikarenakan agar peneliti dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang mandalam yang berasal dari orang tua yang cukup intens dalam penanganan anak autisnya.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diteliti. Dalam, penelitian biasanya yang menjadi unit analisisnya bisa berupa invidu, kelompok yang kemudian disebut sebagai informan atau informan. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak autis di Komunitas Kasih Ibu yang memiliki anggota sebanyak 61 orang sejak didirikan empat tahun yang lalu dan ada beberapa anggota yang berada di komunitas tersebut yang memiliki konsentrasi dan intens dalam pendampingan serta penguatan bagi orang tua yang memiliki anak autis. Hal inilah yang menjadi unit analisis peneliti.

3.3.2 Informan

Adapun teknik pengambilan informan menggunakan menggunakan teknik purposive sampling. Sugiyono (2015), mendefinisikan purposive sampling sebagai teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pada penelitian ini, penulis tidak menggunakan populasi dan sampel tapi menggunakan subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian. Subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Adapun informan penelitian ini meliputi 3 jenis informasi, yaitu:

1. Informan Kunci merupakan mereka yang memiliki berbagai informasi pokok yang dibutuhkan oleh penelitian serta mendapatkan informan yang sesuai dengan karakteristik peneliti. Informan kunci di dalam penelitian ini adalah ketua di Komunitas Kasih Ibu Kota Medan. Alasan dipilihnya narasumber tersebut adalah guna dapat memberikan informasi yang tepat mengenai data-data yang dibutuhkan oleh peneliti. Selain itu informan juga memiliki pengetahuan lebih mendalam tentang anak autis .

2. Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam penelitian.

Informan utama dalam penelitian ini merupakan orang tua yang memiliki anak autis di Komunitas Kasih Ibu Kota Medan. Alasan dipilihnya informan tersebut bawasannya orang tua merupakan sasaran peneliti untuk dapat mengetahui apa-apa saja yang dibutuhkan oleh peneliti seperti yang sudah dicantumkan di rumusan masalah. Adapun yang menjadi kriteria informan adalah :

1. Orang tua yang memiliki anak autis dan termaksud anggota dari Komunitas Kasih Ibu Kota Medan dengan kategori tingkat autisme ringan, sedang dan parah

2. Tidak dibatasi dengan karir orang tua.

3. Jenis kelamin dan umur anak autis tidak ditentukan.

4. Anak tidak dibatasi dengan mengikuti terapi atau tidak.

3. Informan Tambahan merupakan mereka yang memiliki informasi tambahan walaupun tidak terlibat secara langsung dalam penlitian tersebut. Informan tambahan ini merupakan Psikolog dan Asisten Rumah Tangga di lingkungan rumah orang tua yang memiliki anak autis tersebut. Dasar pertimbangan informan tersebut dipilih bawasannya untuk mendapatkan informasi tambahan tentang bagaimana tanggapan mereka mengenai peran yang dilakukan oleh orang tua yang memiliki anak autis tersebut terutama dalam pengenalan di lingkungan disekitarnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan menggunakan dua sumber data yaitu :

1. Data primer yaitu informasi yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Untuk mendapatkan data primer dapat dilakukan dengan :

a. Observasi yaitu pengamatan oleh peneliti baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Namun, dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan peneliti adalah metode observasi partisipan. Observasi ini dilakukan untuk mengamati aktivitas orang tua yang memiliki anak autis

tersebut yang diharapkan membantu data yang di dapat dari metode wawancara.

b. Wawancara mendalam ditujukan untuk memperoleh data dan informasi yang jelas dan lengkap mengenai eksistensi orang tua terhadap anak autis.

Dalam wawancara mendalam ini peneliti ingin melihat dan mengetahui sejauh mana eksistensi orang tua terhadap anak autis dan identifikasi keluarga yang memiliki anak autisme di Kota Medan .

2. Data Sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi yang diperlakukan untuk mendukung data primer. Bentuk data sekunder diperoleh dari buku, data dari internet dan dokumentasi yang dianggap relevan dan berhubungan dengan masalah yang diteliti sehingga memudahkan bagi peneliti dalam menuliskan laporan penelitian.

a. Alat Pengumpulan Data

Peneliti sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian. Akan tetapi dalam mengumpulkan data-data peneliti membutuhkan alat bantu (instrumen penelitian) untuk lebih mempermudah pengumpulan data. Peneliti membutuhkan alat bantu seperti alat perekam (tape recorder), pedoman umum wawancara, pedoman umum observasi, alat tulis dan kertas untuk mencatat.

3.6 Interpretasi Data

Data-data yang sudah dikumpulkan akan di interpretasikan dengan menggunakan teori dalam kajian pustaka, sampai pada akhirnya akan berbentuk laporan yang sudah diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori tertentu berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, selanjutnya akan dipelajari sehingga menghasilkan kesimpulan yang baik.

3.7 Keterbatasan Penelitian

Mengingat penelitian menyangkut tentang analisi peran dan fungsi orang tua terhadap anak autis, ada beberapa keterbatasan yang ditemukan pada penelitian ini adalah :

1. Informan tidak terlalu transparan dalam menyampaikan informasi sehingga penulis mengalami kesulitan dalam pengumpulan data terutama terkait dengan hal-hal yang sangat pribadi.

2. Informan tidak memiliki waktu yang banyak pada saat melakukan proses wawancara sehingga penulis mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data lebih dalam.’

3. Emosi informan yang kurang stabil dan sering tidak fokus dalam menyampaikan informasi, sehingga peneliti mengalami kesulitan untuk bertemu dan mengumpulkan informasi yang lebih dalam.

4. Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam hal kemampuan pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah. Walaupun demikian peneliti berusaha melakukan semaksimal mungkin agar data dan tujuan yang ingin dicapai.

BAB IV

INTERPRETASI DATA

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Kota Medan

Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara juga kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6%

dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3°30'-3°43' Lintang Utara dan 98°35'-98°44' Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisistrategis sebagai pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Letak geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota

dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

Tabel 1

Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan

NO. KECAMATAN LUAS

Sumber : https://pemkomedan.go.id/hal-kependudukan.html diakses pada tanggal 13 Oktober 2019 pukul 02.00 WIB

4.1.2 Demografi Penduduk Kota Medan

Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli, seperti: Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa, Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti : Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain sebagainya. Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu suku dengan yang lain.

Tabel 2

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2015

Golongan Umur Laki Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

0-4 102 988 99 065 202 053

5-9 100 465 95 441 195 906

10-14 93 927 89 405 183 332

15-19 106 067 109 850 215 917

20-24 121 784 128 830 250 614

25-29 98 470 100 090 198 560

30-34 86 995 90 398 177 393

35-39 80 632 84 551 165 183

40-44 73 456 75 953 149 409

45-49 63 207 65 817 129 024

50-54 53 487 56 676 110 163

55-59 43 782 45 175 88 957

60-64 30 684 31 455 62 139

65-69 17 730 19 903 37 633

70-74 10 765 13 714 24 479

75+ 7 498 12 364 19 862

Jumlah/Total 1 091 937 1 118 687 2 210 624

Sumber : BPS Kota Medan diakses pada tanggal 27 september 2019 pukul 13.00 WIB

Data rekapitulasi jumlah kaum disabilitas di 21 Kecamatan di Kota Medan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia tahun 2014 :

Tabel 3

Jumlah Kaum Disabilitas di 21 Kecamatan di Kota Medan

Kecamatan Jenis Kesulitan Gangguan

1a 1b 1c 2 3 4 5 6 7 8 JLH

Tuntungan - 1 2 - 22 4 16 31 12 3 91

Johor 9 2 91 2 91 2 13 12 16 4 242

Amplas 1 - 5 2 28 6 16 3 48 2 111

Denai 1 - 13 1 12 - 4 9 29 - 69

Area - - 6 - 9 - 9 11 39 - 74 Sumber: Kementerian Sosial Republik Indonesia, “Rekapitulasi Jumlah Penyandang Cacat Berdasarkan Jenis Kesulitan/ Gangguan”, http://simcat.depsos.go.id, diakses tanggal 28 Desember 2019 pukul 03.00 WIB.

Keterangan :

1a. Sisa Penglihatan (Low Vision), 1b.Light Perception, 1c.Buta Total (Totally Blind), 2.Pendengaran, 3.Bicara, 4. Penggunaan Lengan Dan Jari, 5. Penggunaan Kaki (Berjalan), 6. Kelainan Bentuk Tubuh, 7. Mental Intelektual (Debil, Imbisil, Idiot, Down Syndrome), 8.Eks Penyakit Jiwa /Eks Psikotik.

Tabel 4

Rekapitulasi Jumlah Kaum Disabilitas di Kota Medan Berdasarkan Usia Tahun 2014

Usia Jumlah

0-4 Tahun 35

5-9 Tahun 130

10-14 Tahun 225

15 -19 Tahun 268

20-24 Tahun 232

25-29 Tahun 203

30-34 Tahun 154

35-39 Tahun 149

40-44 Tahun 146

45-49 Tahun 96

50-59 Tahun 163

60-69 Tahun 131

70 > 79

TOTAL 2.011

Sumber: Kementerian Sosial Republik Indonesia, “Rekapitulasi Jumlah Penyandang Cacat Berdasarkan Usia”, http://simcat.depsos.go.id, diakses pada tanggal 28 Desember pukul 01.45 WIB.

4.1.3 Komunitas Kasih Ibu Kota Medan

4.1.3.1 Latar Belakang Dan Tujuan Komunitas Kasih Ibu Kota Medan

Komunitas ini merupakan kumpulan para orang tua yang mempunyai anak autisme untuk berbagi pengalaman dan informasi yang menyangkut tentang kebutuhan anak tersebut. Komunitas ini berawal di dirikan pada tanggal 24 Agustus 2016 dan masih beroperasi hingga sekarang. Awal mula didirikan komunitas karena para anggota yaitu orang tua yang memiliki anak autis merasa tidak ada tempat atau wadah untuk saling berbagi informasi yang menyangkut tentang anak autis. Hal ini dikarenakan orang tua yang memiliki anak autis memang perlu menaruh perhatian lebih dalam hal pengasuhan. Orang tua dengan anak autis tersebut juga kerap merasa bingung dan menyimpan banyak pertanyaan. Seperti terapi apa yang sebaiknya diberikan pada si kecil, melakukan program diet apa saja, apakah anak masih bisa sekolah di sekolah reguler, apakah ia bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi kelak, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Tujuan komunitas ini, selain memberikan informasi yang terkait dengan kebutuhan anak autis, para anggota di dalam komunitas ini juga saling memberikan motivasi-motivasi sesama anggota di dalam komunitas tersebut sebab menjadi orang tua yang memiliki anak autis tersebut sangatlah berat baik secara fisik maupun psikis.

4.1.3.2 Pengurus dan Sistem Komunitas Kasih Ibu Kota Medan

Informan-informan dalam penelitian ini berasal dari anggota Komunitas Kasih Ibu Kota Medan. Semua anggota komunitas ini merupakan orang tua yang memiliki anak Autism Spectrum Disorder (ASD). Sampai pada bulan September 2019, jumlah anggota dalam komunitas ini berjumlah 61 orang dengan rata-rata

memiliki anak autisnya dengan usia 2 sampai 13 tahun dan berjenis kelamin yaitu perempuan dan laki-laki. Komunitas ini dipimpin oleh seorang ibu yang juga memiliki anak autis yang bernama ibu AA. Ibu AA selalu berinovasi dan kreatif untuk memberikan suatu kegitaan di dalam komunitas ini sehingga semua anggota di dalam komunitas sampai saat ini masih aktif. Sistem komunitas ini adalah bahwa setiap anggota dituntut untuk saling berinteraksi, aktif dan bekerja sama diantaar setiap pengurus maupun sesama anggota. Kegiatan yang dilakukan pada komunitas ini adalah selain berdiskusi terkait dengan ilmu melalui media sosial, mengadakan pertemuan kunjungan ke kediaman anggota orang tua yang memiliki anak autis untuk mengadakan evaluasi belajar dan mengadakan seminar yang semuanya itu bertujuan untuk perkembangan terhadap yang terkait dengan program anak-anak autis.

4.2 Gambaran Informan Orang tua Yang Memiliki Anak Autis

Penelitian ini memiliki enam informan orang tua yang memiliki anak autis yang merujuk pada komposisi keluarga yaitu kehidupan sosial, ekonomi, status pekerjaan, pendidikan, agama dan lingkungan sekitar informan.

Tabel 5

Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan Ayah Pegawai Swasta

Agama Islam

Nama Anak Al

Jenis Kelamin Perempuan

Usia 6 Tahun

Urutan Kelahiran Anak Ke 1 dari 1 bersaudara

Diagnosa Autistic Spectrum Disorder

II Nama Ibu NN

Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan Ayah Wiraswasta

Agama Islam

Nama Anak RM

Jenis Kelamin Perempuan

Usia 5 Tahun

Urutan Kelahiran Anak Ke 1 dari 2 bersaudara

Diagnosa Autistic Spectrum Disorder

Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan Ayah Pegawai Swasta

Agama Kristen

Nama Anak MT

Jenis Kelamin Laki-laki

Usia 7 Tahun

Urutan Kelahiran Anak ke 1

Diagnosa Autistic Spectrum Disorder

Tanggal dan Tempat Wawancara

20 Agustus 2019, 19.45-20.34 WIB (45 Menit),

Kondominuim Danau Toba

Pekerjaan Ibu Pegawai BUMD

Pekerjaan Ayah Pegawai BUMD

Agama Islam

Nama Anak ALT

Jenis Kelamin Laki-laki

Usia 7 Tahun

Urutan Kelahiran Anak ke 1

Diagnosa Autistic Spectrum Disorder

Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan Ayah Pegawai Swasta

Agama Islam

Nama Anak RKH

Jenis Kelamin Laki-laki

Usia 9 Tahun

Urutan Kelahiran Anak ke 1 Dari 2 Bersaudara

Diagnosa Autistic Spectrum Disorder

Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan Ayah Wiraswasta

Agama Islam

Nama Anak HQI

Jenis Kelamin Laki-laki

Usia 9 Tahun

Urutan Kelahiran Anak ke 1 Dari 2 Bersaudara

Diagnosa Autistic Spectrum Disorder

No Data Partisipan 7

VII Nama AA (Informan Tambahan Ketua Komunitas)

Usia 34 Tahun Menit), Brother’s Cafe, Mandiri Building Jl.

H.Zainul Abidin Kota Medan

Tanggal dan Tempat Wawancara 19 September 2019, 14.00-15.30 WIB (1 jam 30 Menit), Starbucks Coffee Focal Point Medan

4.2.1 Latar Belakang Orang tua dan anak Autis

Peneliti mewawancarai informan pertama yaitu Ibu RN. Ibu RN merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 35 tahun dan menikah dengan bapak DD yang sekarang berumur 40 tahun. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu strata 1. Ibu RN sekarang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga yang mana sebelumnya ibu RN bekerja di suatu perusahaan swasta sedangkan pekerjaan bapak DD merupakan pegawai yang bekerja di suatu perusahaan swasta. Mereka tinggal di wilayah Kota Medan dan hanya memiliki satu orang anak perempuan yang bernama Al.

Al merupakan anak pertama dari pasangan ibu RN dan bapak DD yang sekarang berumur enam tahun. Al di diagnosa mengalami gangguan autisme sekitar umur dua tahun berdasarkan hasil medis dan psikolog. Awal mula Al di diagnosa sebagai anak yang memiliki ganguan autis ketika Al yang sudah berumur dua tahun belum bisa melakukan apa-apa seperti anak umur dua tahun yang seharusnya.

Intervensi yang diberikan untuk Al adalah melakukan program diet dan terapi walaupun kurang intens. Berdasarkan hasil pengamat peneliti, Al merupakan anak yang lemah lembut dan kurang bersemangat. Kondisi saat ini Al sudah bisa berbicara tetapi hanya di kata terakhir saja yang biasa di ucapkan olehnya. Hanya huruf F dan G yang dia tidak bisa mengungkapkan. Jika ingin mengambil suatu barang yang dia inginkan masih dalam keadaan bingung. Dia hanya terbiasa dengan barang yang di pegangnya sehari-hari seperti handphone tetapi dia sudah bisa meletakan dan menyamakan suatu barang. Emosi Al akan menjadi tidak stabil apabila jika ditanya secara berulang-ulang. Walaupun Al sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang yang berada di sekitar lingkungannya, orang tua tetap memperkenalkan Al kepada orang-orang yang berada di lingkungannya seperti di keluarga besar. Al tidak dibatasi oleh orang tuanya ketika sedang ikut berada di lingkungan bermain dengan saudara-saudara sebayanya walaupun dia tetap bermain dengan mainannya sendiri. Aktifitas Al dalam kehidupan sehari-hari selain bermain, belajar di rumah dan sudah bersekolah.

Peneliti mewawancarai informan kedua yaitu Ibu NN. Ibu NN merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 38 tahun dan menikah dengan bapak DI yang sekarang berumur 38 tahun. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang

sama yaitu strata 1. Pekerjaan ibu NN merupakan seorang ibu rumah tangga sedangkan pekerjaan bapak DI sebagai wiraswasta dan hanya memiliki dua orang anak perempuan yang salah satu nama anaknya adalah RM.

RM merupakan anak pertama dari pasangan ibu NN dan bapak DI yang sekarang berumur lima tahun. RM di diagnosa mengalami gangguan autisme di umur 1 tahun 8 bulan berdasarkan hasil medis dan Psikolog. Awal mula RM di diagnosa autis, karena perkembangan RM dari lahir sudah lambat dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Berdasarkan hasil pengamat peneliti, RM merupakan anak yang lemah lembut dan kurang bersemangat. Kondisi saat ini RM sudah mulai mengikuti ibunya untuk mengucapkan kata-kata satu persatu. Walaupun yang diucapkan hanya bagian terakhir di kata tersebut. Jika ia ingin mengambil barang yang ia mau, ia langsung menarik tangan ibunya untuk menunjukan jika barang ini yang dia mau. RM sudah bisa di perintah oleh ibunya seperti di perintah untuk duduk, di perintah untuk makan kripik dan masih banyak lagi. Pandangan RM ketika ibunya berbicara dengannya masih terlihat kosong tetapi RM mengerti jika ada hal sesuatu yang dilarang oleh ibunya. Menurut ibunya, RM terlihat lebih cenderung hipoaktif dan kemampuannya seperti bayi yang masih berumur 14 bulan.

Intervensi yang diberikan untuk RM adalah melakukan program diet dan terapi

Intervensi yang diberikan untuk RM adalah melakukan program diet dan terapi