• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV INTERPRETASI DATA

4.2 Gambaran Informan Orang tua Yang Memiliki Anak Autism

4.2.1 Latar Belakang Orang tua dan anak Autism

Peneliti mewawancarai informan pertama yaitu Ibu RN. Ibu RN merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 35 tahun dan menikah dengan bapak DD yang sekarang berumur 40 tahun. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu strata 1. Ibu RN sekarang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga yang mana sebelumnya ibu RN bekerja di suatu perusahaan swasta sedangkan pekerjaan bapak DD merupakan pegawai yang bekerja di suatu perusahaan swasta. Mereka tinggal di wilayah Kota Medan dan hanya memiliki satu orang anak perempuan yang bernama Al.

Al merupakan anak pertama dari pasangan ibu RN dan bapak DD yang sekarang berumur enam tahun. Al di diagnosa mengalami gangguan autisme sekitar umur dua tahun berdasarkan hasil medis dan psikolog. Awal mula Al di diagnosa sebagai anak yang memiliki ganguan autis ketika Al yang sudah berumur dua tahun belum bisa melakukan apa-apa seperti anak umur dua tahun yang seharusnya.

Intervensi yang diberikan untuk Al adalah melakukan program diet dan terapi walaupun kurang intens. Berdasarkan hasil pengamat peneliti, Al merupakan anak yang lemah lembut dan kurang bersemangat. Kondisi saat ini Al sudah bisa berbicara tetapi hanya di kata terakhir saja yang biasa di ucapkan olehnya. Hanya huruf F dan G yang dia tidak bisa mengungkapkan. Jika ingin mengambil suatu barang yang dia inginkan masih dalam keadaan bingung. Dia hanya terbiasa dengan barang yang di pegangnya sehari-hari seperti handphone tetapi dia sudah bisa meletakan dan menyamakan suatu barang. Emosi Al akan menjadi tidak stabil apabila jika ditanya secara berulang-ulang. Walaupun Al sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang yang berada di sekitar lingkungannya, orang tua tetap memperkenalkan Al kepada orang-orang yang berada di lingkungannya seperti di keluarga besar. Al tidak dibatasi oleh orang tuanya ketika sedang ikut berada di lingkungan bermain dengan saudara-saudara sebayanya walaupun dia tetap bermain dengan mainannya sendiri. Aktifitas Al dalam kehidupan sehari-hari selain bermain, belajar di rumah dan sudah bersekolah.

Peneliti mewawancarai informan kedua yaitu Ibu NN. Ibu NN merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 38 tahun dan menikah dengan bapak DI yang sekarang berumur 38 tahun. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang

sama yaitu strata 1. Pekerjaan ibu NN merupakan seorang ibu rumah tangga sedangkan pekerjaan bapak DI sebagai wiraswasta dan hanya memiliki dua orang anak perempuan yang salah satu nama anaknya adalah RM.

RM merupakan anak pertama dari pasangan ibu NN dan bapak DI yang sekarang berumur lima tahun. RM di diagnosa mengalami gangguan autisme di umur 1 tahun 8 bulan berdasarkan hasil medis dan Psikolog. Awal mula RM di diagnosa autis, karena perkembangan RM dari lahir sudah lambat dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Berdasarkan hasil pengamat peneliti, RM merupakan anak yang lemah lembut dan kurang bersemangat. Kondisi saat ini RM sudah mulai mengikuti ibunya untuk mengucapkan kata-kata satu persatu. Walaupun yang diucapkan hanya bagian terakhir di kata tersebut. Jika ia ingin mengambil barang yang ia mau, ia langsung menarik tangan ibunya untuk menunjukan jika barang ini yang dia mau. RM sudah bisa di perintah oleh ibunya seperti di perintah untuk duduk, di perintah untuk makan kripik dan masih banyak lagi. Pandangan RM ketika ibunya berbicara dengannya masih terlihat kosong tetapi RM mengerti jika ada hal sesuatu yang dilarang oleh ibunya. Menurut ibunya, RM terlihat lebih cenderung hipoaktif dan kemampuannya seperti bayi yang masih berumur 14 bulan.

Intervensi yang diberikan untuk RM adalah melakukan program diet dan terapi walaupun kurang intens. Perkembangan RM mulai ada perkembangan banyak semenjak RM melakukan intervensi secara bio medis oleh ibunya seperti dapat memegang gelas, sudah tidak kencing di celana pada saat malam hari dan sudah bisa melempar batu. RM kurang diperkenalkan oleh orang tuanya dengan lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan lingkungan RM yang tidak mendukung

seperti tidak adanya teman bermain yang seumuran dengan RM, dan jarak antara rumah RM dengan tetangganya berjauhan serta ibunya RM yang kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Jika sedang berada di lingkungan keluarga besar, RM tidak dibatasi oleh orang tuanya ketika sedang bermain dengan saudara-saudara sebayanya walaupun dia tetap bermain dengan mainannya sendiri.

Aktifitas RM dalam kehidupan sehari-hari selain bermain, olahraga serta menonton televisi.

Peneliti mewawancarai informan ketiga yaitu Ibu FB. Ibu FB merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 32 tahun dan menikah dengan bapak ZR yang sekarang berumur 33 tahun. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu Diploma 3. Pekerjaan ibu FB merupakan seorang ibu rumah tangga sedangkan pekerjaan bapak ZR sebagai pegawai yang bekerja di suatu perusahaan swasta dan hanya memiliki 1 orang anak laki-laki yang bernama MT.

MT merupakan anak pertama dari pasangan ibu FB dan bapak ZR yang sekarang berumur tujuh tahun. MT diagnosa mengalami gangguan autisme di umur 1 tahun 8 bulan berdasarkan hasil medis dan Psikolog. Awal mula MT di diagnosa autis, semenjak di umur 1 tahun 5 bulan dimana perkembangan verbal belum ada, fokus juga tidak ada seperti jika di panggil tidak melihat, serta sosialisasi dengan orang lain tidak ada. Kondisi MT saat ini adalah dia sudah mulai bisa menunjuk, sudah bisa menirukan dan interaksi dengan MT adalah dengan cara mendekatkan mulut kita agar ia bisa fokus melihat apa yang kita ucapkan dengan intonasi kata yang jelas dan ditekan sehingga terkadang ia dapat mengikuti bagian kata yang terakhir orang lain ucapkan. Intervensi yang diberikan oleh MT selain terapi, juga

melakukan program diet. Aktifitas sehari hari adalah selain terapi, MT hanya bermain seperti bermain sepeda tetapi MT belum dapat terarah sehingga masih tetap diajarkan oleh orang tuanya. Walaupun MT sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang yang berada di sekitar lingkungannya, orang tua tetap memperkenalkan MT kepada orang-orang yang berada di lingkungannya seperti tetangga. MT tidak dibatasi oleh orang tuanya ketika sedang ikut bermain dengan teman-teman sebayanya karena menurut ibunya semenjak ia bermain dengan anak-anak di lingkungannya, ia sudah mulai ikut tertawa jika teman-temannya juga tertawa.

Peneliti mewawancarai informan Keempat yaitu Ibu AA. Ibu AA merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 34 tahun dan menikah dengan bapak AI yang sekarang berumur 35 tahun. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu Strata 1. Pekerjaan ibu AA merupakan seorang ibu yang bekerja sebagai pegawai BUMD serta Bapak AI yang juga bekerja sebagai pegawai BUMD dan hanya memiliki 1 orang anak laki-laki yang bernama ALT.

ALT merupakan anak pertama dari pasangan ibu AA dan bapak AI yang sekarang berumur tujuh tahun. ALT di diagnosa mengalami gangguan autisme di umur 3 tahun berdasarkan hasil medis dan Psikolog. Awal mula ALT di diagnosa autis adalah pada saat ALT berumur dua tahun dimana perkembangan ALT tidak sesuai dengan perkembangan anak seusianya seperti ALT yang masih belum bisa verbal. Berdasarkan pengamatan peneliti, ALT sudah tidak seperti anak-anak autis seumurannya pada umumnya. Menurut peneliti, ALT merupakan anak autis yang mengalami progress yang sangat signifikan. Pada saat ini ALT sudah bisa berinteraksi dengan orang lain, sudah bisa membaca, sudah bisa diperintah oleh

orang tuanya, sudah bisa melakukan kegiatan-kegiatan mandirinya seperti sudah bisa makan sendiri, minum sendiri, buang air besar dan kecil sendiri tanpa harus dituntun oleh orang tuanya, sudah bisa bermain dengan teman-teman baik di lingkungan sekolah maupun dengan teman-temannya dilingkungan sekitar.

Walaupun begitu ALT sehari-harinya masih menggunakan guru pendamping ketika ALT sedang berada di lingkungan sekolahnya. Berdasarkan penuturan ibu AA, intervensi ALT banyak dilakukan dengan cara terapi yang diberikan secara konsisten dan kontiniu serta bio medis seperti melakukan diet yang sangat ketat.

Aktifitas ALT saat ini adalah selain terapi yang terus diberikan oleh ALT hingga malam hari, ALT juga sudah bersekolah serta bermain baik dengan teman-teman di lingkungan sekolah maupun dengan orang-orang yang berada di rumahnya. ALT memang sengaja dan dibawa oleh ibunya untuk diperkenalkan dengan lingkungan di sekitarnya. Hal ini bertujuan agar dapat cepat membantu ALT untuk berinteraksi dengan orang lain.

Peneliti mewawancarai informan Kelima yaitu Ibu Lia. Ibu Lia merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 40 tahun dan menikah dengan bapak RY yang sekarang berumur 40 tahun. Ibu lia memiliki latar belakang pendidikan strata 1 sedangkan bapak RY memiliki latar belakang strata 2. Ibu lia memilih menjadi seorang ibu rumah tangga yang mana awalnya ibu Lia bekerja di suatu perusahan swasta sedangkan Bapak RY yang bekerja sebagai pegawai swasta yang bekerja di perusahaan swasta dan hanya memiliki 2 orang yang salah satunya bernama RKH.

RKH merupakan anak pertama dari pasangan ibu Lia dan bapak RY yang sekarang berumur sembilan tahun. RKH diagnosa mengalami gangguan autisme di

umur 4 tahun berdasarkan hasil medis dan Psikolog. Awal mula RKH di diagnosa karena RKH suka flapping pada tangannya, suka melihat benda yang berputar, tetapi kontak mata masih bagus serta dapat bicara dengan orang lain. Kemudian menjelang umur 4 tahun tiba-tiba semua kemampuan bahasanya hilang dan tinggal bubling. Intervensi yang diberikan untuk RKH adalah melakukan program diet yang ketat dan terapi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, RKH sudah bisa berbicara sedikit tentang apa yang dia inginkan, seperti ingin makan buah, ingin mematikan lampu, dan dia juga bisa melakukan apa yang seperti yang diperintahkan oleh orang tuanya. Aktifitas yang dilakukan oleh RKH setiap harinya adalah terapi yang di lakukan baik di rumah maupun di tempat terapi, serta bermain dengan adik dan ayahnya walaupun RKH belum tertarik bermain dengan adiknya.

Peneliti mewawancarai informan ke enam yaitu Ibu Juliana. Ibu Juliana merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 40 tahun dan menikah dengan bapak DNN yang sekarang berumur 40 tahun. Ibu Juliana memiliki latar belakang pendidikan strata 1 sedangkan bapak DNN memiliki latar belakang strata1. Latar belakang pekerjaan ibu Lia awalnya sebagai pegawai negeri sipil sedangkan bapak DNN bekerja di suatu perusahaan swasta tetapi akhirnya mereka memilih pekerjaan sebagai wirausaha yang salah satu tujuannya agar dapat selalu bersama dengan anak-anaknya. Mereka hanya memiliki 2 orang yang salah satunya bernama HQI.

HQI merupakan anak pertama dari pasangan ibu Juliana dan bapak DNN yang sekarang berumur 8 tahun. HQI diagnosa mengalami gangguan autisme di umur 2 tahun berdasarkan hasil medis dan Psikolog. Awal mula HQI di diagnosa autis adalah pada saat HQI berumur dua tahun karena perkembangan HQI tidak sesuai

dengan perkembangan anak seusianya seperti HQI sering menghantukan kepalanya kemudian ia sering bertindak agresif terhadap adeknya. Intervensi yang diberikan oleh HQI hampir sama dengan intervensi yang diberikan oleh ALT. Berdasarkan pengamatan peneliti, saat ini HQI seperti sudah tidak terlihat lagi dibandingkan dengan anak-anak autis seumurannya. HQI merupakan salah satu anak autis yang mengalami progesif yang cepat dibandingkan dengan informan-informan yang lain.

Saat ini HQI sudah bersekolah kelas 2 SD di tempat sekolah umum tanpa harus di damping lagi dengan guru pendampingnya. HQI sudah dapat berinteraksi dengan orang lain seperti berinteraksi dengan orang tuanya, adiknya bahkan sampai pada lingkungan di sekolahnya. Namun walaupun demikian HQI selalu diterapi oleh ibunya sendiri. Kegiatan HQI sehari-hari selain bersekolah, HQI juga bermain dengan adik dan teman-temannya dan HQI juga masih melakukan terapi untuk dapat menerima pelajaran-pelajaran yang ada di sekolah.

Selain mewawancarai orang tua yang memiliki anak autis, peneliti juga mewawancarai informan tambahan yaitu seorang psikolog anak. Psikolog anak yang dimabil oleh peneliti adalah sebut saja namanya ibu RNI. Saat ini ibu RNI berusia 28 tahun dengan pendidikan terakhirnya adalah starta 2 jurusan psikologi.

Pekerjaan ibu RNI adalah Psikolog yang sudah dijalanin selama kurang lebih dua tahun. Menurut ibu RNI, anak-anak autis itu merupakan anak-anak yang sangat special. Secara psikologi dan dilihat dari panduan bukunya yang disebut dengan DSM V, gejala-gejala yang ditimbulkan oleh anak-anak autis ini adalah cukup khas seperti dari segi keterlambatan untuk berbicara, kurang fokus dalam berinteraksi dengan orang lain dimana sering berulang-berulang, pandangan kosong, cara

bermain juga berbeda, berjalan jinjit sehingga jatuhkan badan ke segala arah, pandangan mata melirik, sensitive pada sensoriknya seperti dengan suara, suhu dan cahaya, tepuk tangan, dan sosialisasi ke orang lain juga tidak bisa karena pada umumnya anak-anak autis ini lebih nyaman dengan dunianya sendiri. Sampai sekarang penyebab anak-anak autis belum ditemukan secara pasti. Secara Psikologi, anak-anak yang berumur satu tahun lima bulan sampai umur dua tahun lima bulan selalu uda nampak gejala-gejala autisnya dan di umur segitulah yang ideal untuk melakukan pemeriksaan autis pada anak. Di dalam DSM V Autis Spectrum Disorser (ASD) sekarang tidak memiliki tingkatan dari segi diagnosa.

Menurut ibu RNI, cara yang tepat untuk mendiagnosa anak autis adalah harus melakukan pemeriksaan melalui hasil medis dan hasil assessment yang dilakukan oleh psikolog baik dari anak maupun dari orang tua dan hasilnya paling cepat sekitar dua mingguan. Cara penanganan yang pada umumnya dilakukan adalah secara medis berupa diberikannya obat-obatan dan secara psikologi berupa terapi.

Biasanya yang diberikan terapi untuk anak-anak autis ini salah satunya adalah ABA (Applied Behaviour Analysis) , VB (Verbal Behavior) dan masih banyak lagi.

Pemerikasaan antara medis dan terapi biasanya harus maksimal dan berkala.

Menurut ibu RNI, pola asuh yang tepat diberikan kepada anak-anak autis ini adalah harus konsisten, profesional dalam mencari ilmu dan berlanjut. Ditambah lagi dengan kedua orang tua yang harus bekerja sama berperan dalam penanganan anak-anak autis tersebut agar bisa mendidik anak-anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Peneliti juga menambahkan informan tambahan yaitu ketua komunitas Kasih Ibu yang bernama Ibu AA. Latar belakang ibu AA membentuk komunitas ini adalah semakin banyaknya orang tua yang tidak memiliki wadah untuk saling berbagi informasi yang menyangkut tentang anak autis, seperti terapi apa yang sebaiknya diberikan pada si kecil, melakukan program diet apa saja, apakah anak masih bisa sekolah di sekolah reguler, apakah ia bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi kelak, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Dengan alasan inilah ibu AA terketuk hatinya untuk membuat komunitas tersebut. Tujuan komunitas ini, selain memberikan informasi yang terkait dengan kebutuhan anak autis, para anggota di dalam komunitas ini juga saling memberikan motivasi-motivasi sesama anggota di dalam komunitas tersebut. Ditambah lagi karena ibu AA menganggap kalau anak-anak autis ini sangat istimewa sebab anak-anak-anak-anak autis ini berperilaku dan memiliki pola pikir berbeda dari anak lainnya, mereka juga memiliki keterampilan lebih baik dalam beberapa bidang. Setiap anak-anak autis memiliki kelebihannya masing-masing sehingga intervensi dan perkembangan anak-anak juga berbeda. Inilah yang menjadikan anak-anak autis sangat istimewa di mata ibu AA.