BAB III METODE PENELITIAN
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan menggunakan dua sumber data yaitu :
1. Data primer yaitu informasi yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Untuk mendapatkan data primer dapat dilakukan dengan :
a. Observasi yaitu pengamatan oleh peneliti baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Namun, dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan peneliti adalah metode observasi partisipan. Observasi ini dilakukan untuk mengamati aktivitas orang tua yang memiliki anak autis
tersebut yang diharapkan membantu data yang di dapat dari metode wawancara.
b. Wawancara mendalam ditujukan untuk memperoleh data dan informasi yang jelas dan lengkap mengenai eksistensi orang tua terhadap anak autis.
Dalam wawancara mendalam ini peneliti ingin melihat dan mengetahui sejauh mana eksistensi orang tua terhadap anak autis dan identifikasi keluarga yang memiliki anak autisme di Kota Medan .
2. Data Sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi yang diperlakukan untuk mendukung data primer. Bentuk data sekunder diperoleh dari buku, data dari internet dan dokumentasi yang dianggap relevan dan berhubungan dengan masalah yang diteliti sehingga memudahkan bagi peneliti dalam menuliskan laporan penelitian.
a. Alat Pengumpulan Data
Peneliti sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian. Akan tetapi dalam mengumpulkan data-data peneliti membutuhkan alat bantu (instrumen penelitian) untuk lebih mempermudah pengumpulan data. Peneliti membutuhkan alat bantu seperti alat perekam (tape recorder), pedoman umum wawancara, pedoman umum observasi, alat tulis dan kertas untuk mencatat.
3.6 Interpretasi Data
Data-data yang sudah dikumpulkan akan di interpretasikan dengan menggunakan teori dalam kajian pustaka, sampai pada akhirnya akan berbentuk laporan yang sudah diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori tertentu berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, selanjutnya akan dipelajari sehingga menghasilkan kesimpulan yang baik.
3.7 Keterbatasan Penelitian
Mengingat penelitian menyangkut tentang analisi peran dan fungsi orang tua terhadap anak autis, ada beberapa keterbatasan yang ditemukan pada penelitian ini adalah :
1. Informan tidak terlalu transparan dalam menyampaikan informasi sehingga penulis mengalami kesulitan dalam pengumpulan data terutama terkait dengan hal-hal yang sangat pribadi.
2. Informan tidak memiliki waktu yang banyak pada saat melakukan proses wawancara sehingga penulis mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data lebih dalam.’
3. Emosi informan yang kurang stabil dan sering tidak fokus dalam menyampaikan informasi, sehingga peneliti mengalami kesulitan untuk bertemu dan mengumpulkan informasi yang lebih dalam.
4. Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam hal kemampuan pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah. Walaupun demikian peneliti berusaha melakukan semaksimal mungkin agar data dan tujuan yang ingin dicapai.
BAB IV
INTERPRETASI DATA
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Kota Medan
Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara juga kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6%
dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3°30'-3°43' Lintang Utara dan 98°35'-98°44' Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisistrategis sebagai pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Letak geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota
dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.
Tabel 1
Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan
NO. KECAMATAN LUAS
Sumber : https://pemkomedan.go.id/hal-kependudukan.html diakses pada tanggal 13 Oktober 2019 pukul 02.00 WIB
4.1.2 Demografi Penduduk Kota Medan
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli, seperti: Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa, Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti : Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain sebagainya. Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu suku dengan yang lain.
Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2015
Golongan Umur Laki Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
0-4 102 988 99 065 202 053
5-9 100 465 95 441 195 906
10-14 93 927 89 405 183 332
15-19 106 067 109 850 215 917
20-24 121 784 128 830 250 614
25-29 98 470 100 090 198 560
30-34 86 995 90 398 177 393
35-39 80 632 84 551 165 183
40-44 73 456 75 953 149 409
45-49 63 207 65 817 129 024
50-54 53 487 56 676 110 163
55-59 43 782 45 175 88 957
60-64 30 684 31 455 62 139
65-69 17 730 19 903 37 633
70-74 10 765 13 714 24 479
75+ 7 498 12 364 19 862
Jumlah/Total 1 091 937 1 118 687 2 210 624
Sumber : BPS Kota Medan diakses pada tanggal 27 september 2019 pukul 13.00 WIB
Data rekapitulasi jumlah kaum disabilitas di 21 Kecamatan di Kota Medan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia tahun 2014 :
Tabel 3
Jumlah Kaum Disabilitas di 21 Kecamatan di Kota Medan
Kecamatan Jenis Kesulitan Gangguan
1a 1b 1c 2 3 4 5 6 7 8 JLH
Tuntungan - 1 2 - 22 4 16 31 12 3 91
Johor 9 2 91 2 91 2 13 12 16 4 242
Amplas 1 - 5 2 28 6 16 3 48 2 111
Denai 1 - 13 1 12 - 4 9 29 - 69
Area - - 6 - 9 - 9 11 39 - 74 Sumber: Kementerian Sosial Republik Indonesia, “Rekapitulasi Jumlah Penyandang Cacat Berdasarkan Jenis Kesulitan/ Gangguan”, http://simcat.depsos.go.id, diakses tanggal 28 Desember 2019 pukul 03.00 WIB.
Keterangan :
1a. Sisa Penglihatan (Low Vision), 1b.Light Perception, 1c.Buta Total (Totally Blind), 2.Pendengaran, 3.Bicara, 4. Penggunaan Lengan Dan Jari, 5. Penggunaan Kaki (Berjalan), 6. Kelainan Bentuk Tubuh, 7. Mental Intelektual (Debil, Imbisil, Idiot, Down Syndrome), 8.Eks Penyakit Jiwa /Eks Psikotik.
Tabel 4
Rekapitulasi Jumlah Kaum Disabilitas di Kota Medan Berdasarkan Usia Tahun 2014
Usia Jumlah
0-4 Tahun 35
5-9 Tahun 130
10-14 Tahun 225
15 -19 Tahun 268
20-24 Tahun 232
25-29 Tahun 203
30-34 Tahun 154
35-39 Tahun 149
40-44 Tahun 146
45-49 Tahun 96
50-59 Tahun 163
60-69 Tahun 131
70 > 79
TOTAL 2.011
Sumber: Kementerian Sosial Republik Indonesia, “Rekapitulasi Jumlah Penyandang Cacat Berdasarkan Usia”, http://simcat.depsos.go.id, diakses pada tanggal 28 Desember pukul 01.45 WIB.
4.1.3 Komunitas Kasih Ibu Kota Medan
4.1.3.1 Latar Belakang Dan Tujuan Komunitas Kasih Ibu Kota Medan
Komunitas ini merupakan kumpulan para orang tua yang mempunyai anak autisme untuk berbagi pengalaman dan informasi yang menyangkut tentang kebutuhan anak tersebut. Komunitas ini berawal di dirikan pada tanggal 24 Agustus 2016 dan masih beroperasi hingga sekarang. Awal mula didirikan komunitas karena para anggota yaitu orang tua yang memiliki anak autis merasa tidak ada tempat atau wadah untuk saling berbagi informasi yang menyangkut tentang anak autis. Hal ini dikarenakan orang tua yang memiliki anak autis memang perlu menaruh perhatian lebih dalam hal pengasuhan. Orang tua dengan anak autis tersebut juga kerap merasa bingung dan menyimpan banyak pertanyaan. Seperti terapi apa yang sebaiknya diberikan pada si kecil, melakukan program diet apa saja, apakah anak masih bisa sekolah di sekolah reguler, apakah ia bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi kelak, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Tujuan komunitas ini, selain memberikan informasi yang terkait dengan kebutuhan anak autis, para anggota di dalam komunitas ini juga saling memberikan motivasi-motivasi sesama anggota di dalam komunitas tersebut sebab menjadi orang tua yang memiliki anak autis tersebut sangatlah berat baik secara fisik maupun psikis.
4.1.3.2 Pengurus dan Sistem Komunitas Kasih Ibu Kota Medan
Informan-informan dalam penelitian ini berasal dari anggota Komunitas Kasih Ibu Kota Medan. Semua anggota komunitas ini merupakan orang tua yang memiliki anak Autism Spectrum Disorder (ASD). Sampai pada bulan September 2019, jumlah anggota dalam komunitas ini berjumlah 61 orang dengan rata-rata
memiliki anak autisnya dengan usia 2 sampai 13 tahun dan berjenis kelamin yaitu perempuan dan laki-laki. Komunitas ini dipimpin oleh seorang ibu yang juga memiliki anak autis yang bernama ibu AA. Ibu AA selalu berinovasi dan kreatif untuk memberikan suatu kegitaan di dalam komunitas ini sehingga semua anggota di dalam komunitas sampai saat ini masih aktif. Sistem komunitas ini adalah bahwa setiap anggota dituntut untuk saling berinteraksi, aktif dan bekerja sama diantaar setiap pengurus maupun sesama anggota. Kegiatan yang dilakukan pada komunitas ini adalah selain berdiskusi terkait dengan ilmu melalui media sosial, mengadakan pertemuan kunjungan ke kediaman anggota orang tua yang memiliki anak autis untuk mengadakan evaluasi belajar dan mengadakan seminar yang semuanya itu bertujuan untuk perkembangan terhadap yang terkait dengan program anak-anak autis.
4.2 Gambaran Informan Orang tua Yang Memiliki Anak Autis
Penelitian ini memiliki enam informan orang tua yang memiliki anak autis yang merujuk pada komposisi keluarga yaitu kehidupan sosial, ekonomi, status pekerjaan, pendidikan, agama dan lingkungan sekitar informan.
Tabel 5
Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Ayah Pegawai Swasta
Agama Islam
Nama Anak Al
Jenis Kelamin Perempuan
Usia 6 Tahun
Urutan Kelahiran Anak Ke 1 dari 1 bersaudara
Diagnosa Autistic Spectrum Disorder
II Nama Ibu NN
Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Ayah Wiraswasta
Agama Islam
Nama Anak RM
Jenis Kelamin Perempuan
Usia 5 Tahun
Urutan Kelahiran Anak Ke 1 dari 2 bersaudara
Diagnosa Autistic Spectrum Disorder
Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Ayah Pegawai Swasta
Agama Kristen
Nama Anak MT
Jenis Kelamin Laki-laki
Usia 7 Tahun
Urutan Kelahiran Anak ke 1
Diagnosa Autistic Spectrum Disorder
Tanggal dan Tempat Wawancara
20 Agustus 2019, 19.45-20.34 WIB (45 Menit),
Kondominuim Danau Toba
Pekerjaan Ibu Pegawai BUMD
Pekerjaan Ayah Pegawai BUMD
Agama Islam
Nama Anak ALT
Jenis Kelamin Laki-laki
Usia 7 Tahun
Urutan Kelahiran Anak ke 1
Diagnosa Autistic Spectrum Disorder
Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Ayah Pegawai Swasta
Agama Islam
Nama Anak RKH
Jenis Kelamin Laki-laki
Usia 9 Tahun
Urutan Kelahiran Anak ke 1 Dari 2 Bersaudara
Diagnosa Autistic Spectrum Disorder
Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Ayah Wiraswasta
Agama Islam
Nama Anak HQI
Jenis Kelamin Laki-laki
Usia 9 Tahun
Urutan Kelahiran Anak ke 1 Dari 2 Bersaudara
Diagnosa Autistic Spectrum Disorder
No Data Partisipan 7
VII Nama AA (Informan Tambahan Ketua Komunitas)
Usia 34 Tahun Menit), Brother’s Cafe, Mandiri Building Jl.
H.Zainul Abidin Kota Medan
Tanggal dan Tempat Wawancara 19 September 2019, 14.00-15.30 WIB (1 jam 30 Menit), Starbucks Coffee Focal Point Medan
4.2.1 Latar Belakang Orang tua dan anak Autis
Peneliti mewawancarai informan pertama yaitu Ibu RN. Ibu RN merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 35 tahun dan menikah dengan bapak DD yang sekarang berumur 40 tahun. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu strata 1. Ibu RN sekarang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga yang mana sebelumnya ibu RN bekerja di suatu perusahaan swasta sedangkan pekerjaan bapak DD merupakan pegawai yang bekerja di suatu perusahaan swasta. Mereka tinggal di wilayah Kota Medan dan hanya memiliki satu orang anak perempuan yang bernama Al.
Al merupakan anak pertama dari pasangan ibu RN dan bapak DD yang sekarang berumur enam tahun. Al di diagnosa mengalami gangguan autisme sekitar umur dua tahun berdasarkan hasil medis dan psikolog. Awal mula Al di diagnosa sebagai anak yang memiliki ganguan autis ketika Al yang sudah berumur dua tahun belum bisa melakukan apa-apa seperti anak umur dua tahun yang seharusnya.
Intervensi yang diberikan untuk Al adalah melakukan program diet dan terapi walaupun kurang intens. Berdasarkan hasil pengamat peneliti, Al merupakan anak yang lemah lembut dan kurang bersemangat. Kondisi saat ini Al sudah bisa berbicara tetapi hanya di kata terakhir saja yang biasa di ucapkan olehnya. Hanya huruf F dan G yang dia tidak bisa mengungkapkan. Jika ingin mengambil suatu barang yang dia inginkan masih dalam keadaan bingung. Dia hanya terbiasa dengan barang yang di pegangnya sehari-hari seperti handphone tetapi dia sudah bisa meletakan dan menyamakan suatu barang. Emosi Al akan menjadi tidak stabil apabila jika ditanya secara berulang-ulang. Walaupun Al sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang yang berada di sekitar lingkungannya, orang tua tetap memperkenalkan Al kepada orang-orang yang berada di lingkungannya seperti di keluarga besar. Al tidak dibatasi oleh orang tuanya ketika sedang ikut berada di lingkungan bermain dengan saudara-saudara sebayanya walaupun dia tetap bermain dengan mainannya sendiri. Aktifitas Al dalam kehidupan sehari-hari selain bermain, belajar di rumah dan sudah bersekolah.
Peneliti mewawancarai informan kedua yaitu Ibu NN. Ibu NN merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 38 tahun dan menikah dengan bapak DI yang sekarang berumur 38 tahun. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang
sama yaitu strata 1. Pekerjaan ibu NN merupakan seorang ibu rumah tangga sedangkan pekerjaan bapak DI sebagai wiraswasta dan hanya memiliki dua orang anak perempuan yang salah satu nama anaknya adalah RM.
RM merupakan anak pertama dari pasangan ibu NN dan bapak DI yang sekarang berumur lima tahun. RM di diagnosa mengalami gangguan autisme di umur 1 tahun 8 bulan berdasarkan hasil medis dan Psikolog. Awal mula RM di diagnosa autis, karena perkembangan RM dari lahir sudah lambat dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Berdasarkan hasil pengamat peneliti, RM merupakan anak yang lemah lembut dan kurang bersemangat. Kondisi saat ini RM sudah mulai mengikuti ibunya untuk mengucapkan kata-kata satu persatu. Walaupun yang diucapkan hanya bagian terakhir di kata tersebut. Jika ia ingin mengambil barang yang ia mau, ia langsung menarik tangan ibunya untuk menunjukan jika barang ini yang dia mau. RM sudah bisa di perintah oleh ibunya seperti di perintah untuk duduk, di perintah untuk makan kripik dan masih banyak lagi. Pandangan RM ketika ibunya berbicara dengannya masih terlihat kosong tetapi RM mengerti jika ada hal sesuatu yang dilarang oleh ibunya. Menurut ibunya, RM terlihat lebih cenderung hipoaktif dan kemampuannya seperti bayi yang masih berumur 14 bulan.
Intervensi yang diberikan untuk RM adalah melakukan program diet dan terapi walaupun kurang intens. Perkembangan RM mulai ada perkembangan banyak semenjak RM melakukan intervensi secara bio medis oleh ibunya seperti dapat memegang gelas, sudah tidak kencing di celana pada saat malam hari dan sudah bisa melempar batu. RM kurang diperkenalkan oleh orang tuanya dengan lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan lingkungan RM yang tidak mendukung
seperti tidak adanya teman bermain yang seumuran dengan RM, dan jarak antara rumah RM dengan tetangganya berjauhan serta ibunya RM yang kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Jika sedang berada di lingkungan keluarga besar, RM tidak dibatasi oleh orang tuanya ketika sedang bermain dengan saudara-saudara sebayanya walaupun dia tetap bermain dengan mainannya sendiri.
Aktifitas RM dalam kehidupan sehari-hari selain bermain, olahraga serta menonton televisi.
Peneliti mewawancarai informan ketiga yaitu Ibu FB. Ibu FB merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 32 tahun dan menikah dengan bapak ZR yang sekarang berumur 33 tahun. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu Diploma 3. Pekerjaan ibu FB merupakan seorang ibu rumah tangga sedangkan pekerjaan bapak ZR sebagai pegawai yang bekerja di suatu perusahaan swasta dan hanya memiliki 1 orang anak laki-laki yang bernama MT.
MT merupakan anak pertama dari pasangan ibu FB dan bapak ZR yang sekarang berumur tujuh tahun. MT diagnosa mengalami gangguan autisme di umur 1 tahun 8 bulan berdasarkan hasil medis dan Psikolog. Awal mula MT di diagnosa autis, semenjak di umur 1 tahun 5 bulan dimana perkembangan verbal belum ada, fokus juga tidak ada seperti jika di panggil tidak melihat, serta sosialisasi dengan orang lain tidak ada. Kondisi MT saat ini adalah dia sudah mulai bisa menunjuk, sudah bisa menirukan dan interaksi dengan MT adalah dengan cara mendekatkan mulut kita agar ia bisa fokus melihat apa yang kita ucapkan dengan intonasi kata yang jelas dan ditekan sehingga terkadang ia dapat mengikuti bagian kata yang terakhir orang lain ucapkan. Intervensi yang diberikan oleh MT selain terapi, juga
melakukan program diet. Aktifitas sehari hari adalah selain terapi, MT hanya bermain seperti bermain sepeda tetapi MT belum dapat terarah sehingga masih tetap diajarkan oleh orang tuanya. Walaupun MT sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang yang berada di sekitar lingkungannya, orang tua tetap memperkenalkan MT kepada orang-orang yang berada di lingkungannya seperti tetangga. MT tidak dibatasi oleh orang tuanya ketika sedang ikut bermain dengan teman-teman sebayanya karena menurut ibunya semenjak ia bermain dengan anak-anak di lingkungannya, ia sudah mulai ikut tertawa jika teman-temannya juga tertawa.
Peneliti mewawancarai informan Keempat yaitu Ibu AA. Ibu AA merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 34 tahun dan menikah dengan bapak AI yang sekarang berumur 35 tahun. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu Strata 1. Pekerjaan ibu AA merupakan seorang ibu yang bekerja sebagai pegawai BUMD serta Bapak AI yang juga bekerja sebagai pegawai BUMD dan hanya memiliki 1 orang anak laki-laki yang bernama ALT.
ALT merupakan anak pertama dari pasangan ibu AA dan bapak AI yang sekarang berumur tujuh tahun. ALT di diagnosa mengalami gangguan autisme di umur 3 tahun berdasarkan hasil medis dan Psikolog. Awal mula ALT di diagnosa autis adalah pada saat ALT berumur dua tahun dimana perkembangan ALT tidak sesuai dengan perkembangan anak seusianya seperti ALT yang masih belum bisa verbal. Berdasarkan pengamatan peneliti, ALT sudah tidak seperti anak-anak autis seumurannya pada umumnya. Menurut peneliti, ALT merupakan anak autis yang mengalami progress yang sangat signifikan. Pada saat ini ALT sudah bisa berinteraksi dengan orang lain, sudah bisa membaca, sudah bisa diperintah oleh
orang tuanya, sudah bisa melakukan kegiatan-kegiatan mandirinya seperti sudah bisa makan sendiri, minum sendiri, buang air besar dan kecil sendiri tanpa harus dituntun oleh orang tuanya, sudah bisa bermain dengan teman-teman baik di lingkungan sekolah maupun dengan teman-temannya dilingkungan sekitar.
Walaupun begitu ALT sehari-harinya masih menggunakan guru pendamping ketika ALT sedang berada di lingkungan sekolahnya. Berdasarkan penuturan ibu AA, intervensi ALT banyak dilakukan dengan cara terapi yang diberikan secara konsisten dan kontiniu serta bio medis seperti melakukan diet yang sangat ketat.
Aktifitas ALT saat ini adalah selain terapi yang terus diberikan oleh ALT hingga malam hari, ALT juga sudah bersekolah serta bermain baik dengan teman-teman di lingkungan sekolah maupun dengan orang-orang yang berada di rumahnya. ALT memang sengaja dan dibawa oleh ibunya untuk diperkenalkan dengan lingkungan di sekitarnya. Hal ini bertujuan agar dapat cepat membantu ALT untuk berinteraksi dengan orang lain.
Peneliti mewawancarai informan Kelima yaitu Ibu Lia. Ibu Lia merupakan seorang wanita yang sekarang berumur 40 tahun dan menikah dengan bapak RY yang sekarang berumur 40 tahun. Ibu lia memiliki latar belakang pendidikan strata 1 sedangkan bapak RY memiliki latar belakang strata 2. Ibu lia memilih menjadi seorang ibu rumah tangga yang mana awalnya ibu Lia bekerja di suatu perusahan swasta sedangkan Bapak RY yang bekerja sebagai pegawai swasta yang bekerja di perusahaan swasta dan hanya memiliki 2 orang yang salah satunya bernama RKH.
RKH merupakan anak pertama dari pasangan ibu Lia dan bapak RY yang sekarang berumur sembilan tahun. RKH diagnosa mengalami gangguan autisme di
umur 4 tahun berdasarkan hasil medis dan Psikolog. Awal mula RKH di diagnosa karena RKH suka flapping pada tangannya, suka melihat benda yang berputar, tetapi kontak mata masih bagus serta dapat bicara dengan orang lain. Kemudian menjelang umur 4 tahun tiba-tiba semua kemampuan bahasanya hilang dan tinggal bubling. Intervensi yang diberikan untuk RKH adalah melakukan program diet yang ketat dan terapi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, RKH sudah bisa berbicara sedikit tentang apa yang dia inginkan, seperti ingin makan buah, ingin mematikan lampu, dan dia juga bisa melakukan apa yang seperti yang diperintahkan oleh orang tuanya. Aktifitas yang dilakukan oleh RKH setiap harinya adalah terapi yang di lakukan baik di rumah maupun di tempat terapi, serta bermain dengan adik dan ayahnya walaupun RKH belum tertarik bermain dengan adiknya.
Peneliti mewawancarai informan ke enam yaitu Ibu Juliana. Ibu Juliana
Peneliti mewawancarai informan ke enam yaitu Ibu Juliana. Ibu Juliana