• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi wilayah pengkajian

Dalam dokumen prosiding jilid1 bkl2016 (Halaman 137-141)

115 Produksi Gabah Kering Panen

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi wilayah pengkajian

Kabupaten OKU Timur merupakan salah satu daerah penghasil beras terbesar di Sumatera Selatan. Hal ini di dukung oleh adanya Bendungan Perjaya dan jaringan irigasi yang memadai. Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur potensial dalam hal produksi dan luas areal tanaman bahan makanan setelah kondisi pemekaran. Petani banyak yang mengandalkan jaringan irigasi ini walaupun terdapat juga usaha pertanian perladangan dan sawah tadah hujan.

Desa Karang Sari merupakan berada dalam wilayah kerja penyuluh pertanian (WKPP) Kecamatan Belitang III. Tata guna lahan di desa Karang Sari sebagai lahan sawah 271,02 ha, topografi datar 2%, terletak pada ketinggian 40,3 m dpl dan rata-rata curah hujan 2600 mm/tahun . Tanah di desa Karang Sari memiliki karakterisik antara lain berwarna hitam kelabu sampai coklat tua karena bahan organiknya sudah berkurang, berstruktur remah dan tekstur lempung berpasir, kandungan unsur hara sedang dan pH tanah agak masam. Kondisi tanah tersebut memerlukan perbaikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil padi. Penambahan bahan organik berupa pupuk kandang/kompos dapat menambah unsur hara, memperbaiki sifat fisik tanah dan dapat mengikat unsur hara mikro yang berlebihan (Buckman dan Brady, 1982). Berdasarkan hasil analisis tanah, beberapa sifat tanah dan ciri tanah yang optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman padi adalah :1) pH antara 5,5-6,5, 2) tekstur tanah lempung, berdrainase baik, 3) tipe mineral liat 1:1 dan bahan induk kaya akan hara, 4) kandungan bahan organik sedang, 5) ketersediaan hara dan mikro cukup (Makarim, 2004).

Lokasi pengkajian mempunyai potensi sebagai kawasan usaha perbenihan padi karena telah memenuhi persyaratan antara lain : 1) merupakan hamparan persawahan beririgasi teknis yang mencangkup luasan 348,61 ha dengan pola tanam padi-padi, 2) mudah dijangkau dan tersedia kelembagaan pendukung kegiatan perbenihan padi, 3) petani dan instansi terkait bersikap kooperatif terhadap kegiatan penangkaran benih padi VUB. Ditinjau dari segi aksebilitas wilayah lokasi desa ini cukup baik dan terbuka, dicirikan antara lain tersedianya dukungan sarana dan prasarana tranportasi yang memadai.

Keragaan Komponen Hasil

Kegiatan benih sumber padi VUB di desa Karang Sari disajikan pada tabel 1. Diketahui bahwa tanaman tertinggi dicapai oleh varietas Inpari 6dengan tinggi tanaman 106 cm dan terendah varietas Inpari 20 dengan tinggi tanaman 97 cm, rata-rata panjang malai bervariasi dengan panjang malai antara 22,1 sampai 28,4 cm. Panjang malai terbesar dicapai varietas Inpari 6 (28,4 cm) dan panjang malai terendah varietas Inpari 22 (22,1 cm). Jumlah anakan anatara 22 - 30 batang per rumpun, dimana jumlah anakan terbanyak diperoleh diperoleh oleh varietas Inpari 6dengan jumlah anakan 30,0 batang dan terendah pada varietas Inpari 20sebanyak 22,0 batang perumpun, sedangkan produksi tertinggi dicapai pada varietas inpari 6(6,9 t/ha) dan terendah diperoleh pada varietas Inpari 20 dengan hasil 5,2 t/ha. Seperti disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Keragaan komponen hasil dan hasil rata-rata padi VUB benih padi kelas SS di desa Karang Sari Kecamatan Belitang III

Parameter Inpari 6 Inpari 15 Inpari 20 Inpari 22 Mekongga Tinggi Tanaman (Cm) 106,0 105,0 97,0 101,0 105,0 Jumlah anakan(Batang) 30,0 23,0 22,0 27,0 25,0 Panjang malai (cm) 28,4 25,8 24,4 22,1 24,2 Jumlah gabah/malai 235 181 176 190 180 Hasil (ton/ha) 6,9 5,6 5,2 6,4 5,9 Sumber : Hasil analisis data primer, 2014.

Analisis usahatani perbenihan padi

Pada kegiatan perbenihan memerlukan biaya lebih tinggi dibandingkan dengan petani konsumsi sebesar Rp 2.415.000,- karena pada kegiatan penangkar benih ada proses prosesing benih setelah panen. Untuk kegiatan pengolahan tanah sampai tanam upah yang dikeluarkan besarnya sama. Nilai penerimaan usahatani sangat ditentukan oleh jumlah hasil panen (output) yang diperoleh dari kegiatan usahatani dan harga output persatuan.

Untuk mengetahui apakah dengan menjadi mitra penangkar benih, petani berhasil dalam mengelola usahatani, maka dalam analisis digunakan pula data petani biasa sebagai pembanding. Hasil

121

analisis rata-rata pendapatan usahatani padi sawah per hektar di kabupaten OKUT dalam satu musim tanam antar petani penangkar dan non penangkar (petani konsumsi) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis usaha perbenihan padi dan usahatani padi di Desa Karang Sari Kecamatan Belitang III, Kabupaten OKU Timur, Tahun 2014.

Uraian Usaha perbenihan padi Usahatani padi (konsumsi) Biaya bahan (Rp) 1.955.000 1.755.000

Biaya tenaga kerja (Rp) 4.910.000 4.610.000

Biaya prosesing (Rp) 2.415.000 - Total Biaya 9.280.000 6.365.000 Produksi (kg gkp) 5900 5900 Produksi akhir (kg gkg) 4400 - Penerimaan (Rp) 30.800.000 21.830.000 Pendapatan (Rp) 21.520.000 15.465.000 B/C 2,32 2,45

Berdasarkan hasil analisis antara usahatani penangkar dengan usahatani konsumsi menunjukkan bahwa penerimaan usahatani penagkar sebesar Rp 30.800.000,- lebih tinggi dari usahatani konsumsi, sebesar Rp 21.830.000,- dengan produksi padi yang sama, yaitu 5900 kg gkp. Demikian juga pendapatan petani penangkar lebih besar dibandingkan dengan petani komsumsi. Pada petani penangkar maupun petani konsumsi untuk luasan lahan satu hektar dapat menghasilkan 5900 kg/ha gabah kering panen (GKP), dengan keuntungan sebesar Rp 21.520.000,- Sedangkan petani konsumsi dengan keuntungan sebesar Rp 15.465.000,-. Selisih keuntungan penjualan padi untuk konsumsi dengan untuk benih sebesar Rp.6.055.000,-/ha. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan petani penangkar lebih tinggi daripada petani biasa. Peningkatan hasil keuntungan ini diakibatkan petani penangkar menjual benih padi dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani konsumsi dengan menjual hasil panennya dalam bentuk gabah kering panen, dengan harga jual lebih rendah dibandingkan dengan harga jual benih, disajikan pada Lampiran 1.

Hasil panen yang tinggi diikuti pula oleh mutu produk yang baik, sehingga harga komoditi akan menyesuaikan kualitas yang baik tersebut. Bagi petani penangkar, selain berupaya meningkatkan produksi agar terjadi peningkatan keuntungan, juga dituntut untuk mengikuti pemeriksaan lapangan yang dijalankan petani penangkar benih melalui BPSB sebanyak 3-4 kali.

KESIMPULAN

1. Keragaan VUB perbenihan padi dan hasil cukup beragam. Hasil GKP tertinggi diperoleh varietas Inpari 6 sebesar 6,9 t/ha, diikuti oleh varietas Inpari 22, Inpari 20 dan Inpari 15 masing-masing sebesar 6,4 t/ha, 5,6 t/ha dan 5,2 t/ha.

2. Usaha perbenihan VUB memperoleh keuntungan Rp 21.520.000,- /ha, dengan B/C ratio 2,32. dan memberikan keuntungan lebih tinggi dari pada usahatani konsumsi dengan selisih keuntungan sebesar Rp 6.055.000,-/ha

3. Kendala kelompok perbenihan padi diantaranya modal, pembinaan dan pendampingan dalam penangkaran perbenihan padi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami ucapkan kepada Badan Litbang Pertanian yang telah membiayai kegiatan melalui Dana APBN Tahun 2014, dengan judul Produksi Benih Sumber Padi Di Provinsi Sumatera Selatan.

122

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pedoman Umum, Unit Produksi Unit Pengelola Benih Sumber. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta.

Buckman. H and Brady. NC. 1982. The Nature and Properties of Soil. The Macmillan Company, New York.

Badan litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan tanaman Terpadu (PTT) padi sawah irigasi. Badan Litbang Pertanian Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Sumatera Selatan. 64 p.

Makarim AK. 2004. Teknik identifikasi wilayah sesuai untuk pengembangan varietas unggul tipe baru. Makalah pelatihan pemasyarakatan dan pengembangan padi VUTB. Sukamandi, 31 Maret-3 April 2004

Malian AH. 2004. Analisis ekonomi usahatani dan kelayakan finansial teknologi pada

skala pengkajian. Makalah disajikan dalam pelatihan Analisis Finansial dan Ekonomi bagi Pengembangan Sistem dan Usahatani Agribisnis Wilayah, Bogor, 29 November- 9 Desember 2004.

Nugraha U.S dan B. Sayaka. 2004. Industri dan Kelembagaan Perbenihan Padi. Dalam Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Penyunting F. Kasryno., E. Pasandaran dan A.M. Fagi. Badan Peneltian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta

Sinar Tani.2010. dalam http://www.sinartani.com,mimbarpenyuluh/proses-benih padi- bersertifikat-dan-penggunaaan nya-para-petani-1265599338.htm

Suryana dan U.H. Prajogo, 1997. Subsid Benih dan Dampak nya Terhadap Peningkatan Produksi Pangan. Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian. Analisi kebijakaan Antisipatif dan Responsif. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Wahyuni,S. 2005. Teknologi Produksi benih bermutu. Makalah di sampaikan pada Lokakarya Pengembangan Jaringan Alih Teknologi Produksi dan Distribusi Benih Sumber. Balitpa Sukamandi. 21-22

123

Lampiran 1. Analisis Kelayakan Usahatani Benih Padi, di Desa Karang Sari Kecamatan Belitang III, Kabupaten OKU Timur, Tahun 2014.

I. Usahatani Penangkaran Benih Padi II. Usahatani padi konsumsi Selisih ( I – II ) Satuan Jumlah Nilai

(Rp.000)

satuan Jumlah Nilai (Rp.000) Nilai (Rp.000) Biaya Usahatani A. Sarana produksi xxxxxxx xxxxxxx xxxxxxxx xxxxxx xxxxx xxxxxxxx xxxxxxx 1. Benih Kg 25 375.000 Kg 25 275.000 2. Pupuk Urea Kg 100 200.000 Kg 100 200.000 3. Pupuk NPK (Ponska) Kg 200 540.000 Kg 200 540.000 4. SP-36 Kg 100 260.000 Kg 100 260.000 5. Pestisida/Rodentisid a xxxxxxx xxxxxxx 500.000 xxxxx xxxxxx 400.000 6. Herbisida xxxxxxx xxxxxxx 80.000 xxxxxx xxxxxx 80.000 Sub total xxxxxxx xxxxxxx 1.955.000 xxxxx xxxxxx 1.755.000

B. Biaya Tenaga Kerja xxxxxxx xxxxxxx xxxxxxx xxxxxx xxxxxx xxxxxxx xxxxx 1. Pengolahan lahan

(bajak dan garu)

borongan 600.000 600.000 2. Perbaikan pematang (tamping galeng) 400.000 400.000 3. Aplikasi Herbisida Pra Tumbuh 100.000 100.000 4. Pembuatan pesemaian 200.000 200.000

5. Cabut bibit, menarik atajale, tanam 680.000 680.000 6. Pemupukan, pengairan, penyiangan, pengendalian OPT 500.000 400.000 7. Rouging 5 OH 60.000 300.000 -- -- - -- 8. Panen 2.230.000 2.230.000 Sub total xxxxxxx xxxxxxx 4.910.000 xxxxxxx xxxxxxx 4.610.000 C. Biaya prosesing GKG ke benih xxxxxxx xxxxxxx xxxxxxx xxxxx xxxxxx xxxxxxxx xxxxxxx 1. Penjemuran/ box dryer Rp 150/kg 4460 kg 669.000 -- -- -- -- 2. Blower 600.000 -- -- -- -- 3. Biaya Sertifikasi Rp 7/kg 3122 21.845 -- -- -- -- 4. Biaya pembelian glangsing dan plastik kantong 937.500 -- -- -- -- 5. Pengemasan dan stapel 187.500 -- -- -- --

Sub total biaya Pemrosesan gabah menjadi benih padi

xxxxxxx xxxxxxx 2.415845 xxxxxx xxxxxxx -- --

Total biaya (sub total A+B+C)

xxxxxxx xxxxxxx 9.260.845 xxxxxx xxxxxxx 6.360.000

Penerimaan Usahatani xxxxxxx xxxxxxx 21.854.000 xxxxxx xxxxxxx 15.610.000 xxxxxxxx Produksi gabah Kg GKP xxxxxxx 5900 Kg GKP xxxxxxx 5900

Produksi akhir Kg Benih xxxxxxx 4400 Kg GKg xxxxxxx Harga jual Rp/Kg Benih xxxxxxx 7000 Rp/KG GKP xxxxxxx 3700

Keuntungan Rp.000 xxxxxxx 21.520.000 Rp.000 xxxxxxx 15.465.000 6.055.000,-/ Keuntungan relatif usahatani penangkaran benih padi dibandingkan usahatani padi = baris terakhir kolom terakhir.

124

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PANEN PADI DAN TRANSFORMASI KELEMBAGAAN

Dalam dokumen prosiding jilid1 bkl2016 (Halaman 137-141)