• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok-kelompok kecil berbasis

Dalam dokumen prosiding jilid1 bkl2016 (Halaman 147-152)

keluarga

Kelompok besar

berbasis

131

DAFTAR PUSTAKA

Anantanyu, S. 2011. Kelembagaan Petani: Peran dan Strategi Pengembangan Kapasitasnya. SEPA 7(2):102-109.

BPS Kabupaten Seluma. 2015. Kecamatan Seluma Selatan Dalam Angka Tahun 2015. BPS Seluma. BPS Provinsi Bengkulu. 2013. Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2013. BPS Bengkulu.

[BPPSDMP] Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2015. Pelatihan Teknis Budidaya Padi bagi Penyuluh Pertanian dan Babinsa – Panen dan Pengelolaan Pascapanen Padi. BPPSDMP. Jakarta.

Fauzi, N. 2011. Menyegarkan Pemahaman tentang Kapitalisme Indonesia. Makalah disampaikan pada Diskusi Pra Rapat Kerja ELSAM, Selasa 1 November 2011. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM). Jakarta. 7 hal. Tidak dipublikasikan.

Hayami, Y. dan M. Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa: Suatu Pendekatan Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Herawati. 2008. Mekanisme dan Kinerja pada Sistem Perontokan Padi. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah 6(2):195-203.

Miles, M.B. dan A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tantang Metode-metode Baru. UI Press. Jakarta.

Soemardjan dan K. Breazale. 1993. Cultural Change in Rural Indonesia – Impact of Village Development. Sebelas Maret University Press. Solo.

Sulistiaji, K. 2007. Buku Alat dan Mesin (Alsin) Panen dan Perontokan Padi di Indonesia. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Serpong – Tangerang. Susilowati, S.H. 2005. Gejala Pergeseran Kelembagaan Upah pada Pertanian Padi Sawah. Forum

Penelitian Agro Ekonomi 23(1):48-60.

Umar, S. 2013. Pengelolaan dan Pengembangan Alsintan untuk mendukung Usahatani Padi di Lahan Pasang Surut. Jurnal Teknologi Pertanian Universitas Mulawarman 8(2):37-48.

Winarno, B. 2003. Komparasi Organisasi Pedesaan dan Pembangunan: Indonesia vis-à-vis Taiwan, Thailand dan Filipina. Media Pressindo.Yogyakarta.

132

PEMBERIAN KAPUR DAN PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI DI LAHAN RAWA LEBAK DANGKAL BUKAAN BARU DENGAN TEKNOLOGI

BUDIDAYA JENUH AIR

BIOFERTILIZER AND LIMING ON THE GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN IN NEW OPENED WATERLOGGED LAND WITH SATURATED SOIL CULTURE TECHNOLOGY

Endriani1, M.Ghulamahdi2, Eko Sulistyono2 1

Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) Lampung 2

Departemen Agronomi dan Hortikultura , Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor Jl. Hi.ZA. Pagar Alam No1A, Rajabasa, Bandar Lampung. Telp (0721)781776

email: e_mail; endriani75@yahoo.com ABSTRAK

Permasalahan utama pemanfaatan lahan rawa lebak adalah kemasaman tanah yang tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ameliorasi dan pemupukan merupakan komponen penting untuk meningkatkan kesuburan tanah, khususnya pada lahan rawa. Penelitian bertujuan mendapatkan dosis kapur yang optimum untuk pertumbuhan dan hasil kedelai dilahan rawa lebak dangkal bukaan baru. Penelitian dilaksanakan di lahan rawa lebak dangkal bukaan baru Desa Labuhan Ratu 6, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, pada bulan April 2015 – Juli 2015. Penelitian disusun menggunakan rancangan faktorial dalam rancangan acak kelompok terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor kesatu dosis kapur yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0, 500, 1000 dan 1500 kg dolomit/ha. Faktor kedua yaitu pupuk hayati, tanpa pupuk hayati dan pakai pupuk hayati. Data penelitian dinalisis sidik ragam dengan uji F, apabila terdapat pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk melihat perbedaan antar perlakuan pada taraf α 0.05. Analisis menggunakan program software SAS (Statistical Analysis System). Hasil penelitian menunjukkan produktivitas kedelai tertinggi pada lahan rawa lebak bukaan baru diperoleh pada perlakuan tanpa pupuk hayati (3.54 ton/ha dan dosis dolomit 1.5 ton/ha (3.52 ton/ha) pada pH tanah 5.6, dan p-tersedia sedang dengan nilai 12.9 ppm dan p-potensial tinggi (38.8 P205/100 g) dan berbeda nyata di bandingkan tanpa dolomit (3.09 ton/ha).

Kata kunci : dolomit, kedelai, pupuk hayati, produktivitas. ABSTRACT

The main problem in waterlogged land utilization is high soil acidity which inhibits plant growth and development. Amelioration and fertilization are important components to improve soil fertility, especially in waterlogged land. The study aims to get the best dose of lime for the growth and yield of soybean. The research conducted in the new opened waterlogged land at Labuhan Ratu 6 village, District of Labuhan Ratu, East Lampung Regency, in April- July 2015. The study was compiled using factorial design in a randomized block design which consists of two factors with three replication. The first factors is dose of lime without lime (0 kg/ha), dolomite (500 kg/ha), dolomite (1000 kg/ha) and dolomite (1500 kg/ha). The second factor is treatment of biological fertilizers are without biological fertilizers and use of biological fertilizers. The results showed the highest soybean productivity in new opened waterlogged land obtained from the treatment without biological fertilizer (3.54 ton/ha) and a dose of dolomite 1.5 ton/ ha (3.52 ton/ha) on soil pH 5.6, and p-available medium with a value of 12.9 ppm and p-high potential (38.8 P205/100g) and significantly different compared with no dolomite (3.09 ton/ha).

133

PENDAHULUAN

Pengembangan produksi pangan di arahkan ke lahan rawa seperti lebak. Lahan rawa lebak cukup luas tersebar di seluruh penjuru tanah air, akan tetapi baru dimanfaatkan secara intensif hanya sekitar 5% dari luasan yang ada (Soehendi 2011). Pengembangan kedelai pada lahan-lahan sub optimal seperti lahan rawa lebak memerlukan suplai hara yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan hasil kedelai. Lahan rawa lebak bukaan baru mempunyai potensi untuk pengembangan budidaya kedelai. Kendala dalam pengembangan kedelai di lahan rawa lebak bukaan baru, diantaranya pH tanah rendah, tingkat kesuburan tanah rendah, memerlukan biaya tinggi untuk pembukaan lahan, sistem tata air belum baik dan memerlukan biaya input produksi yang lebih tinggi dibandingkan lahan rawa lebak yang sudah dibudidayakan intensif.

Selanjutnya Noor dan Fadjry (2008) mengatakan bahwa kendala utama dalam pemanfaatan lahan rawa lebak selama ini adalah genangan yang tinggi dan kadang-kadang datangnya air secara tiba-tiba dan sukar diduga. Hujan di hulu dapat menimbulkan genangan di kawasan lebak sehingga pada musim hujan genangan meningkat 1-3 m. Kondisi genangan air tersebut sangat dipengaruhi oleh curah hujan setempat dan wilayah sekitarnya (Ismail et al. 1993).

Jenis tanah di lahan rawa lebak adalah mineral dan gambut (Alihamsyah 2005). Tanah mineral berasal dari endapan sungai dan marin. Tanah ini memiliki tekstur liat dengan tingkat kesuburan alami rendah sampai sedang (Syahhuddin 2011).Kemasaman tanah bervariasi dari sedang sampai tinggi.Tingkat kemasaman tanah di lahan lebak umumnya dipengaruhi jenis tanah, kadar bahan organik dan perbedaan tingkat oksidasi. Lahan rawa lebak jenis mineral yang berasal dari endapan sungai cukup potensial untuk budidaya tanaman pangan.

Upaya pengembangan lahan rawa lebak untuk produksi pangan sangat perlu memperhatikan kemasaman tanah. Syahbuddin (2011) telah melaporkan, bahwa lahan rawa lebak umumnya mengandung hara N- total sedang (0.33%), P tersedia rendah (11.3 ml/100g), K sedang (0.20 ml/100g), dan C organik 10.8 %. Untuk meningkatkan produktivitas lahan, perlu ada perbaikan kesuburan lahan. Lahan rawa lebak secara umum tingkat kesuburannya rendah dan tingkat kemasaman lahannya tinggi (Alihamsyah. 2005).

Lahan rawa lebakcenderung mempunyai pH tanah masam<5.5. Kemasaman tanah mempengaruhi ketersediaan unsur hara (Haryono et al 2013). Pengelolaan lahan rawa lebak dengan pemberian amelioran, pemupukan dan teknologi budidaya yang tepat serta pengelolaan air, dan pengaturan waktu tanam yang tepat merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya tanaman khususnya kedelai di lahan rawa lebak. Pupuk yang diberikan dalam jumlah yang cukup dapat diberikan secara merata dengan tanah sedalam 15-20 cm. Pupuk sebaiknya ditempatkan pada zona akar kedelai, atau sedikit dibawah benih yang akan ditanam (Effendi dan Gazali 1993).

Penggunaan pupuk hayati sebagai suatu alternatif untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia dan untuk menjaga kesuburan tanah dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati dan dosis dolomit terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan rawa lebak bukaan baru dengan Budidaya Jenuh Air (BJA).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di lahan rawa lebak bukaan baru Desa Labuhan Ratu 6, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, pada bulan April 2015 – Juli 2015. Bahan yang dipergunakan yaitu: benih kedelai varietas Tanggamus, pupuk Urea, SP-36, KCl, Dolomit, pupuk hayati, herbisida dengan bahan aktif paraquat, pestisida dan insektisida kimia. Bahan-bahan kimia untuk analisis tanah dan analisis hara di laboratorium. Sedangkan alat-alat yang dipergunakan adalah: bajak sapi, bambu, cangkul, sprayer, tali rafia, mistar, kamera, hand counter, kantong plastik, terpal, timbangan analitis, alat-alat tulis dan alat-alat laboratorium untuk analisis tanah dan analisis hara tanaman.Tahapan penelitian meliputi : persiapan lahan, seed treatment, penanaman, pengaturan air, pemupukan, pemeliharaan tanaman (penyiangan gulma dan pengendalian hama dan penyakit), pengamatan, panen dan pasca panen.Variabel pengamatan meliputi komponen pertumbuhan dan komponen hasil. Penelitian disusun menggunakan rancangan faktorial dalam rancangan acak kelompok terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor kesatu dosis kapur dolomit yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0, 500, 1000 dan 1500 kg dolomit/ha faktor kedua yaitu pupuk hayati tanpa pupuk hayati (A0) dan pakai pupuk hayati (A1), sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Data yang dikumpulkan dianalisis sidik ragam dengan uji F, apabila terdapat perbedaan yang nyata diuji lanjut dengan uji

134

DMRT (Duncan Multiple range Test) pada taraf signifikansi 5%. Analisis data mengggunakan program software SAS (Statistical Analysis System) versi 9.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik dan Kimia Tanah Sebelum Penelitian

Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum penelitian, diketahui bahwa tanah mempunyai pH-H20 5.6 termasuk agak masam, dengan kandungan C-organik 1.11%, (rendah), N-total 0.12% (rendah), dan KTK tanah (9.69 cmol/kg) tergolong rendah. Kandungan hara P, Ca dan K pada lahan rawa lebak bukaan baru termasuk sedang, kandungan Fe dengan nilai 41 ppm (sangat tinggi) seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat fisik dan kimia tanah sebelum penelitian di lahan rawa lebak bukaan baru

No Parameter Nilai Kriteria* 1 pH H2O 5.6 agak masam

2 pH KCl 4.7

3 C-organik (%) 1.11 Rendah 4 N total (%) 0.12 Rendah 5 P-tersedia Olsen (ppm) 12.9 Sedang 6 K-tersedia Morgan (ppm) 6.06 sangat

rendah 7 P-potensial (mg P205/100 g) 38.8 Tinggi 8 K- potensial(mg K20/100 g) 15.2 Rendah 9 K-dd (cmol/kg) 0.46 Sedang 10 Al-dd (cmol/kg) 0.06 11 H-dd (cmol/kg) 0.14 Sedang 12 Na-dd (cmol/kg) 0.38 Rendah 13 Mg-dd (cmol/kg) 0.93 Rendah 14 KTK (cmol/kg) 9.69 Rendah 15 Fe (ppm) 41 sangat tinggi Keterangan : *= Kriteria penilaian hasil analisis tanah Balai Penelitian

Tanah Bogor (2015).

Menurut Hardjowigeno (2007) secara umum untuk tanaman palawija berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan secara aktual termasuk kelas S3 (marginally suitable), dengan faktor penghambat kesuburan tanah, lereng dan erodibilitas tanah, namun faktor kesuburan tanah dapat diperbaiki dengan pemupukan, sedangkan erodibilitas tanah dapat diperbaiki misalnya dengan penambahan bahan organik, tetapi cukup sulit sehingga kelas kesesuaian lahan diperkirakan hanya meningkat satu kelas. Berdasarkan hasil analisis tanah awal dan kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai, secara potensial tanah ini termasuk kelas S2 (moderately suitable) atau sesuai untuk tanaman kedelai.

Keragaan Pertumbuhan Tanaman Kedelai

Hasil sidik ragam terhadap karakter-karakter agronomi kedelai memperlihatkan respon yang tidak berbeda terhadap tinggi tanaman baik perlakuan pupuk hayati maupun dosis dolomit (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh pupuk hayati dan dosis dolomit terhadap tinggi tanaman

Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Panen Pupuk hayati

Tanpa pupuk hayati 19.78 39.19 66.16 91.00 91.38 87.44 63.35 Pakai pupuk hayati 20.08 39.17 64.64 93.49 93.63 89.94 63.86

uji F tn tn tn tn tn tn tn Dolomit 0 kg/ha 20.38 38.30 64.92 90.80 91.72 88.05 65.88 500 kg/ha 19.57 40.65 66.12 91.52 93.33 89.02 62.15 1000 kg/ha 19.88 39.08 64.57 91.25 92.98 87.90 65.25 1500 kg/ha 19.87 38.68 66.00 95.42 91.97 89.80 61.14 uji F tn tn tn tn tn tn tn Interaksi tn tn tn tn tn tn tn KK (%) 4.11 3.82 6.11 6.61 3.30 3.46 8.89

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT.

135

Dalam dokumen prosiding jilid1 bkl2016 (Halaman 147-152)