• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas Serangan Hama Lanas Pada Umbi Ubi Jalar

Dalam dokumen prosiding jilid1 bkl2016 (Halaman 167-170)

145 Pengaruh Kadar Air Terhadap Mutu Fisik Beras

HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas Serangan Hama Lanas Pada Umbi Ubi Jalar

Intensitas serangan hama lanas pada 14 genotipe berkisar antara 0-75% (Tabel 4). Terdapat 3 genotipe ubi jalar yang tidak terdapat tanda serangan hama lanas yaitu genotipe GUJ 1, GUJ 4 dan GUJ 14, sedangkan intensitas serangan tertinggi terdapat pada genotipe ubi jalar GUJ 11 sebesar 75%. Tabel 4. Intensitas serangan hama lanas pada 14 genotip ubi jalar

Genotip Jumlah Umbi Terserang Jumlah Umbi Yang Diamati Intensitas Serangan (%)

GUJ 1 0 15 0 GUJ 2 13 23 56,52 GUJ 3 11 32 34,37 GUJ 4 0 18 0 GUJ 5 2 14 14,28 GUJ 6 8 29 27,58 GUJ 7 4 24 16,67 GUJ 8 4 20 20 GUJ 9 4 20 20 GUJ 10 8 18 44,44 GUJ 11 18 24 75

151

GUJ 12 9 19 47,37

GUJ 13 17 31 54,83

GUJ 14 0 18 0

Sumber : Data primer (2015)

Pada saat penelitian berlangsung tepat pada saat musim kemarau sehingga hal ini dimungkinkan memberikan pengaruh terhadap besarnya intensitas serangan hama lanas yang berkisar antara 0-75%. Nonci dan Sriwidodo (1993) melaporkan bahwa di kebun percobaan Bontobili Sulawesi Selatan, persentase umbi rusak oleh C. formicarius adalah 62,41%, 81,88%, 59,99% masing-masing untuk varietas Kalasan, Mendut, dan lokal Gowa yang ditanam pada musim kemarau.

Beberapa faktor dapat memberikan pengaruh terhadap tinggi rendahnya intensitas serangan salah satunya faktor lingkungan. Faktor lingkungan memiliki peranan penting dalam terciptanya interaksi antara tanaman inang dengan hama lanas. Iklim berpengaruh terhadap tingkat perkembangan larva maupun serangga dewasa Cylas formicarius. Suhu merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat perkembangan larva. Larva C. formicarius berkembang selama 10 - 35 hari pada suhu 24-30oC (Nonci, 2005). Selain itu, menurut Supriyatin (2001) C. formicarius aktif menyerang tanaman ubi jalar pada musim panas, pada saat musim panas sering terdapat keretakan tanah sehingga memudahkan hama C.Formicarius masuk kedalam tanah dan dapat menyerang umbi ubi jalar.

Tingkat Ketahanan Genotipe Ubi Jalar terhadap Serangan Hama Lanas

Distribusi tingkat ketahanan umbi terhadap serangan hama lanas menunjukkan terdapat 5 genotipe ubi jalar atau 35,71% termasuk dalam kriteria tahan, 5 genotipe ubi jalar atau 35,71% termasuk dalam kriteria agak tahan dan 3 genotipe ubi jalar atau 28,58% termasuk dalam kriteria ketahanan agak peka (Tabel 5).

Tabel 5. Reaksi ketahanan 14 genotip ubi jalar terhadap hama lanas

Genotip Rerata Skor Tingkat Ketahanan

GUJ 1 1 Tahan

GUJ 2 2,66 Agak Peka GUJ 3 2,33 Agak Tahan

GUJ 4 1 Tahan

GUJ 5 1,33 Tahan

GUJ 6 2,33 Agak Tahan

GUJ 7 1 Tahan

GUJ 8 1,66 Agak Tahan GUJ 9 2,33 Agak Tahan

GUJ 10 2 Agak Tahan

GUJ 11 3,66 Agak Peka GUJ 12 2,66 Agak Peka GUJ 13 2,66 Agak Peka

GUJ 14 1 Tahan

Sumber : Data primer (2015)

Tingkat ketahanan terhadap hama lanas tidak secara jelas dapat dikaitkan dengan karakteristik morfologis umbi ubi jalar. Karakter morfologi dari genotipe ubi jalar yang memiliki tingkat ketahanan tahan memiliki warna kulit umbi ungu merah dan krem, sedangkan warna daging umbi krem, kuning pucat, jingga sedang, jingga pucat dan putih. Pada genotipe ubi jalar yang memiliki tingkat ketahanan agak tahan memiliki warna kulit ungu tua, krem dan ungu merah sedangkan warna daging umbi kuning pucat, krem, jingga tua dan putih. Pada genotipe ubi jalar yang memiliki tingkat ketahanan agak peka memiliki warna kulit ungu merah, merah jambu, dan kuning sedangkan warna daging umbi kuning pucat, jingga tua dan jingga sedang. Dengan demikian, warna kulit umbi dan warna daging umbi tidak terkait erat dengan tingkat ketahanan.

Tingkat ketahanan genotip ubi jalar konsisten dengan persentase intensitas serangan hama lanas. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat ketahanan klon-klon tersebut merupakan ekspresi

152

karakter genetik yang dimiliki individu tersebut. Bervariasinya tingkat ketahanan yang muncul menunjukkan adanya perbedaan ekspresi ketahanan terhadap serangan hama lanas.Menurut Mau et al., 2011 bahwa tingkat ketahanan umbi yang terserang dipengaruhi oleh latar belakang genetik klon-klon ubi jalar, dan perbedaan ekspresi genetik dipengaruhi kondisi lingkungan dimana umbi klon-klon ubi jalar tersebut diperoleh. Lokasi produksi umbi sedikit berpengaruh terhadap ekspresi ketahanan terhadap hama lanas, namun hasil akhirnya sangat ditentukan oleh jenis klon ubi jalar yang diuji. Perbedaan ekspresi ketahanan klon-klon ketika ditanam di lokasi yang berbeda dapat disebabkan oleh perbedaan jenis dan kandungan hara tanah maupun kondisi lingkungan penanaman, termasuk suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan ketinggian tempat. Kadar air umbi juga memberikan pengaruh terhadap ketahanan terhadap serangan hama lanas (Waluyo dan Prasadja, 1996).

KESIMPULAN

Plasma nutfah ubi jalar yang termasuk tahan yaitu GUJ 1, GUJ 4, GUJ 5, GUJ 7, GUJ 14 dengan karakteristik warna daging umbi krem, kuning pucat, jingga sedang, jingga pucat dan putih; agak tahan meliputi GUJ 3, GUJ 6, GUJ 8, GUJ 9 dengan karakteristik warna daging umbi kuning pucat, krem, jingga tua, putih; peka meliputi GUJ 2, GUJ 11, GUJ 12, GUJ 13 dengan karakteristik warna daging umbi kuning pucat, jingga tua, jingga sedang, dan kuning pucat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala BPTP Bengkulu, Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP. yang telah membantu dan mendukung kegiatan penelitian berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W. 1960. Principles of plant breeding. John Wiley & Son, New York. 450 p.

Jansson, R.K., H.H. Bryan, and K.A. Sorensen. 1987. Within-vine distribution and damage of sweet potato weevil, Cylas formicarius elegentulus (Coleoptera: Curculionidae), on four cultivars of sweet potato in Southern Florida. Florida Entomologist 70(4): 523−526. Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta. 701 p. Mau, YS., Ndiwa, AS., dan Arsa, IGBA. 2011. Tingkat Ketahanan Klon Potensial Ubi Jalar Lokal

Asal NTT Terhadap Hama Lanas (Cylas Formicarius FAB.). J.HPT Tropika. Vol. 11, No. 2: 139 – 146.

Nonci, N. 2005. Bioekologi dan Pengendalian Kumbang Cylas formicarius Fabricius (Coleoptera: Curculionidae). Jurnal Litbang Pertanian, 24 (2) : 63-69.

Nonci, N. dan Sriwidodo. 1993. Pengaruh pengendalian Cylas formicarius pada ubi jalar terhadap kerusakan ubi pada penyimpanan. Laporan Hasil Penelitian Jagung dan Ubi-Ubian (no. 3): 89−97. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Maros.

Supriyatin. 2001. Hama boleng pada ubi jalar dan cara pengendaliannya. Palawija (no. 2):22−29. Waluyo dan Prasadja. 1996. Pengendalian hama lanas pada ubi jalar. Dalam Syam, M., Hermanto, dan

A. Musaddad (Eds.). Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku 4:1258-1269.

Widodo, Y., Supriyatin, and A.R. Braun. 1994. Rapid assessment of IPM needs for sweet potato in some commercial production areas of Indonesia. International Potato Center, South East Asia and the Pacific Region, Bogor, and MARIF, Malang, Indonesia. 19 p.

153

PENGOLAHAN TANAH DAN PEMBERIAN EM-4 UNTUKMENINGKATKAN

Dalam dokumen prosiding jilid1 bkl2016 (Halaman 167-170)