• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan Produktif

Dalam dokumen prosiding jilid1 bkl2016 (Halaman 180-186)

155 E2 : Pemberian EM-4 satu kali (1 hst )

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan Produktif

Rata-rata tinggi tanaman varietas Sidenuk pada paket rice transplantersistem sistem tanam jarwo 2:1 lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan tinggi tanaman pada paket rice transplanter sistem tanam tegel (Tabel 2). Rata-rata tinggi tanaman varietas Sidenuk pada paket rice transplanter sistem tanam jarwo 2:1 dan paket rice transplanter sistem tanam tegel lebih tinggi dibanding rata-rata tinggi tanaman pada deskripsinya yaitu 106,5 cm dan 102,9 cm dibandingkan 102 cm.

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif varietas Sidenuk di Desa Jungke Kecamatan/Kabupaten Karanganyar pada MT-3 2014

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan Produktif (batang/rumpun) Paketrice transplantersistem tanam tegel 102,9a 21,1c Paket rice transplantersistem tanam jarwo 2:1 106,5b 22,7d Keterangan: angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

Rata-rata jumlah anakan produktif/rumpun varietas Sidenuk pada paket rice transplanter sistem tanam jarwo 2:1 lebih banyak dan berbeda nyata dibanding dengan jumlah anakan produktif/rumpun pada paket rice transplanter sistem tanam tegel. Jumlah anakan produktif/rumpun paket rice transplanter sistem tanam jarwo 2:1 lebih banyak 1,6 batang/rumpun yaitu 22,7 batang/rumpun dibandingkan 21,1 batang/rumpun atau meningkat 7,35% (Tabel 2). Rata-rata jumlah anakan produktif/rumpun varietas Sidenuk baik pada paket rice transplanter sistem tanam jarwo 2:1 maupun pada paket rice transplanter sistem tanam tegel lebih banyak dibandingkan jumlah anakan produktif/rumpun pada deskripsinya yaitu 15 batang/rumpun. Paket rice transplanter sistem tanam tegel dapat meningkatkan jumlah anakan produktif varietas Mekongga antara 1,9 – 2,6 batang/rumpun

164

atau naik 9,59 – 13,13% dibanding paket sistem tanam tegel manual di Desa Tangkil Kecamatan/Kabupaten Sragen pada MT-3 2012 (Suhendrata dan Kushartanti, 2013). Pada paket rice transplanter jarwo 2:1 jumlah anakan produktif/rumpun varietas Pepe lebih banyak 1,7 batang/rumpun (10,43%) dibanding rata-rata jumlah anakan produktif/rumpun pada paket tanam jajar legowo secara manual di Desa/Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen (Suhendrata, 2014a)

Produktivitas

Rata-rata hasil (produktivitas) gabah kering giling (GKG)/ha varietas Sidenuk pada paket rice transplanterjarwo 2:1 lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan paket rice transplantersistem tanam tegel. Perbedaan hasil gabah sebesar 0,8 t/ha yaitu 7,0 t/ha dibanding 7,8 t/ha atau meningkat 11,73% (Tabel 3). Rata-rata hasil gabah varietas Sidenuk baik pada paket rice transplanter sistem tanam tegel maupun paket rice transplanter sistem tanam jarwo 2:1 manual lebih rtinggi dibandingkan rata-rata hasil pada deskripsinya yaitu 6,4 t/ha GKG tetapi lebih rendah dibandingkan potensi hasilnya yaitu 8,8 t/ha GKG.

Tabel 3. Rata-rata hasil gabah kering giling/ha varietas Sidenuk di Desa Jungke Kecamatan/Kabupaten Karanganyar pada MT-3 2014

Perlakuan Hasil Gabah (t/ha GKG)

Paketrice transplantersistem tanam tegel 7,0a Paket rice transplanter sistem tanam jarwo 2:1 7,8b

Keterangan: angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

Rata-rata hasil gabah kering giling/ha atau produktivitas(t/ha GKG) pada paket rice transplanter sistem tanam jarwo 2:1 lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan paket rice transplantersistem tanam tegel. Hal ini dikarenakan jumlah populasi dan jumlah anakan produktif penerapan paket rice transplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi dibandingkan jumlah populasi dan jumlah anakan produktif penerapan paket rice transplanter sistem tanam tegel dan adanya pengaruh efek pinggir (border effect) karena pada sistem jajar legowo dua baris semua rumpun padi berada di barisan pinggir dari pertanaman. Jumlah akan produktif/rumpun pada paket rice transplanter sistem tanam jarwo 2:1 yang lebih banyak 7,35% (Tabel 2) dibanding jumlah anakan produktif/rumpun pada paket rice transplanter sistem tanam tegel dan jumlah populasi rumpun padi sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam 20 x 15 x 40 cm (±222.222 rumpun) lebih banyak dibandingkan dengan populasi rumpun padi tanam sistem tegel dengan jarak tanam 30 x 18 cm (±185.185 rumpun).

Hasil pengkajian dibeberapa lokasi menunjukkan bahwa gabah (produktivitas) hasil penerapan paket rice transplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi dibandingkan gabah hasil penerapan paket rice transplanter sistem tanam tegel atau terjadi peningkatan hasil (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil penerapan rice transplanter sistem tanam tegel dan ricetransplantersistem tanam jajar legewo 2:1 pada MT-3 2014 dan MT-3 2015

No. Varietas Musim

Tanam Lokasi

Hasil (t/ha GKP) Peningkatan Trans Jarwo Trans Tegel (t/ha) GKG % 1 Ciherang MT-3 2014 Jetak Sragen 8,7 7,5 1,2 15,37 2 Mekongga MT-3 2014 Blimbing-Sragen 9,1 8,1 1,0 11,72 3 Mekongga MT-3 2015 Ngarum Sragen 12,0 10,5 1,4 13,43 4 Pepe MT-3 2015 Pilang Sragen 8,5 7,4 1,1 14,96

Rata-rata 9,5 8,4 1,2 13,87

Sumber: Suhendrata (2015a)

Hasil pengkajian dibeberapa lokasi menunjukkan bahwa hasil gabah penerapan paket rice transplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi dibandingkan hasil penerapan paket sistem tanam jajar legowo 2:1 secara manual (Tabel 5). Terjadi peningkatan hasil pada paket rice transplantersistem tanam jajar legowo 2:1 dikarenakan tanam bibit muda 15-18 hari setelah semai, tanam dangkal, konsisten dan akurat sehingga jumlah anakan produktif meningkat.

165

Tabel 5. Hasil penerapan paket rice transplantersistem tanam jajar legewo 2:1 dan paket sistem tanam jajar legowo 2:1 secara manual

No. Varietas Musim Tanam Lokasi Hasil (t/ha GKP) Peningkatan Transplanter Manual (t/ha) GKP % 1 Pepe MT-2 2014 Sragen 7,7 6,8 0,9 13,09 2 Inpari 10 MT-3 2014 Sukoharjo 5,2 4,7 0,4 8,83 3 Ciherang MT-3 2014 Karanganyar 5,1 4,7 0,4 8,81

Rata-rata 6,0 5,4 0,6 10,24

Sumber : Suhendrata (2015a)

Perubahan cara tanam dari manual ke penggunaan mesin tanam bibit padi (rice transplanter) berdampak terhadap peningkatan produktivitas usahatani padi terutama pada aspek hasil panen, pendapatan petani dan efisiensi waktu, biaya dan tenaga kerja (Suhendrata, 2015).

Kinerja Rice TransplanterJarwo 2:1

Kinerja rice transplantersistem tanam jajar legowo 2:1 relatif sama dengan rice transplantersistem tanam tegel. Operasional penggunaan rice transplanter dilakukan oleh 3 (tiga) orang terdiri dari satu orang sebagai operator atau yang menjalankan rice transplanter, satu orang sebagai penyedia bibit dan satu orang sebagai penyulam rumpun yang kosong dengan produkivitas kerja 6 -7 jam/ha. Menurut Suhendrata (2014a) ditinjau dari aspek tenaga kerja, produktivitas, kualitas tanam kinerja rice transplanter sistem tanamjarwo 2:1lebih efisien dibandingkan dengan sistem tanam jarwo 2:1 manual. Selanjutnya dikatakan bahwa penggunaan rice transplanter dapat mempercepat waktu tanam dan menghemat penggunaan tenaga kerja tanam (Tabel 4).

Tabel 4. Kinerja rice transplanter sistem tanam jarwo 2:1 dibandingkan dengan sistem tanam jarwo 2:1 manual

Parameter Rice TransplanterJarwo 2:1 ManualJarwo Jumlah tenaga kerja 3 orang 10 – 15 orang Produktivitas 6-7 jam/ha 8-10 jam/ha Kualitas tanam konsisten kurang konsisten

Kontrol tenaga kerja mudah sulit

Sumber: Suhendrata (2014)

Kelayakan Finansial

Struktur biaya pada usahatani padi menggunakan rice transplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 dan ricetransplanter sistem tanam tegel sama, perbedaan hanya pada nilai penerimaan dan keuntungan. Perbedaan nilai penerimaan dikarenakan produksi rice transplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi dibandingkan ricetransplanter sistem tanam tegel. Dengan demikian terjadi peningkatan keuntungan Rp. 3.500.000/ha/musim tanam atau terjadi peningkatan 18,03%, peningkatan R/C dari 2,61 menjadi 2,89 dan B/C dari 1,69 menjadi 1,89 (Tabel 6).

Apabila struktur biaya pada usahatani padi tanam menggunakan rice transplanter baik sistem tanam jajar legowo maupun system tanam tegel dibandingkan dengan struktur biaya pada usahatani padi tanam secara manualterdapat perbedaan nilai pada setiap struktur biaya kecuali pada biaya PBB dan P3A. Total biaya usahatani padi tanam secara manual lebih tinggi dibandingkan usahatani padi tanam menggunakan rice transplanter, tetapi sebaliknya penerimaannya lebih rendah sehingga keuntungan dan B/C usahatani padi tanam secara manual lebih rendah dibandingkan keuntungan usahatani padi tanam menggunakan ricetransplanter sistem tanam tegel maupun rice transplanter sistem tanam jajar legowo 2:1.

166

Tabel 6. Kelayakan usahatani padi tanam menggunakan cara manual, rice transplanter sistem tanam tegel dan ricetransplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 di Desa Jungke Kec./Kab. Karangaanyar pada MT-3 2014

No. Uraian Transplanter

Tegel (Rp.) Transplanter Jarwo (Rp.) Manual (Rp.) 1 Biaya

- Bibit siap tanam 1.200.000 1.200.000 1.650.000 - Saprodi 3.855.000 3.855.000 3.760.000 - Tenaga kerja 6.460.000 6.460.000 6.610.000 - Biaya lain (PBB, P3A) 575.000 575.000 575.000 Jumlah Biaya\ 12.090.000 12.090.000 12.595.000 2 Penerimaan 31.500.000 35.000.000 29.255.814 3 Keuntungan 19.410.000 22.910.000 16.660.814

4 Peningkatan keuntungan

- Transplanter tegel ke transpalnter jarwo 3.500.000 18,03 (%) - Manual tegel ke ricetransplanter tegel 2.749.186 16,50 (%) - Manual tegel ke ricetransplanter jarwo 6.249.186 27,28 (%)

4 Kelayakan usahatani

- R/C 2,61 2,89 2,32

- B/C 1,61 1,89 1,32

- MBCR manual ke ricetransplanter tegel 5,4 - MBCR manual ke ricetransplanter jarwo 12,4

Secara finansial tanam menggunakan rice transplanter sistem tanam tegel dapat meningkatkan pendapatan/keuntungan Rp. 2.749.186 dengan Margin Benefit Cost Ratio (MBCR) 5,4 dibandingkan tanam secara manual. Sementara tanam menggunakan rice transplanter sistem jajar legowo 2:1 keuntungannya meningkat Rp. 6.249.186 dengan MBCR 12,4 dibandingkan tanam secara manual. Malian (2004) berpendapat bahwa teknologi usaha pertanian yang dikaji akan menarik petani bila secara intuitif nilai MBCR lebih besar atau sama dengan dua. Ini berarti bahwa perubahan cara tanam dari tanam secara manual menjadi tanam menggunakan ricetransplanter sistem tanam tegel dan rice transplanter sistem jajar legowo 2:1 layak untuk dijalankan dan dikembangkan (Gambar 1). Besaran nilai peningkatan pendapatan/keuntungan petani akibat perubahan penggunaan teknologi cara tanam baik dari cara manual menjadi mekanis menggunakan rice transplanter maupun dari rice transplanter sistem tanam tegel menjadi rice transplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 sangat dipengaruhi oleh harga gabah dan volume kenaikan hasil gabah.

Tanam: rice transplanter tegel Tanam: rice transplanter jarwo

(a)

167

Tanam: jarwo cara manual Tanam: rice transplanter jarwo

Gambar 1. Perubahan dari tanam rice transplanter sistem tanam tegel ke rice transplanter jarwo (a) dan dan manual jarwo ke rice transplanter jarwo (b)

KESIMPULAN

1. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah anakan produktif dan produktivitas penerapan paket ricetransplanter sistem tanamjajar legowo 2:1lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan hasil penerapan paket ricetransplantersistem tanam tegel.

2. Kinerja rice transplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 relatif sama dengan rice transplanter sistem tanam tegel yaitu menggunakan tiga tenaga kerja dengan produktivitas kerja antara 6-7 jam.

3. Secara finansial usahatani padi tanam menggunakan rice transplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 dan ricetransplanter sistem tanam tegel layak untuk dikembangkan dengan MBCR 12,4 dan 5,4.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Karanganyar, PPL Desa Jungke, dan Kelompok Tani Sido Makmur III Desa Jungke Kecamatan Karanganyar serta Teknisi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), 2013a. Sistem tanama jajar legowo. Balitbangtan. Jakarta. 26 pp

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), 2013b. Indo jarwo transplanter dan indo combine harvester mendukung swasembada beras berkelanjutan. Balitbangtan. Jakarta. 12p

Malian, A.H., 2004. Analisis Ekonomi dan Kelayakan Finansial Teknologi pada Skala Pengkajian. Makalah disampaikan pada Pelatihan Analisa Finansial dan Ekonomi bagi Pengembangan Sistem dan Usahatani Agribisnis Wilayah, Bogor, 29 November – 9 Desember 2004. 27pp.

Suhendrata, T. 2013. Prospek pengembangan mesin tanam pindah bibit padi dalam rangka mengatasi kelangkaan tenaga kerja tanam bibit padi. Jurnal SEPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta. 10 (1):97-102

Suhendrata, T., 2014. Penerapan mesin tanam bibit padi jajar legowo 2:1 (rice transplanter jajar legowo 2:1) pada lahan sawah irigasi di Kabupaten Sragen. Dalam Prosiding Seminar Nasionalyang diselenggarakan pada tanggal 13 September 2014 di Fakultas Pertanian UGMYogyakarta, Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kedaulatan pangan.

Suhendrata, T., 2015. Dampak perubahan penerapan teknologi cara tanam bibit padi terhadap produktivitas usahatani padi di Kabupaten Sragen. Dalam Prosiding Seminar Nasional yang diselenggarakan pada tanggal19 September 2015 di Fakultas Pertanian UGM

(b

)

168

Yogyakarta, Peningkatan Sinergi dan Inovasi Teknologi untuk Kedaulatan Pangan: 165 - 169

Suhendrata, T., 2015a. Penerapan mesin tanam bibit padi dalam mendukung swasembada padi berkelanjutan. Bagian dari Buku Inovasi Mekanisasi Pertanian Untuk Swasembada Beras: Implementasi dan Diseminasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. IAARD Press: 33 - 51

Suhendrata, T., dan E. Kushartanti, 2013. Pengaruh penggunaan mesin tanam pindah bibit padi (transplanter) terhadap produktivitas dan pendapatan petani di Desa Tangkil Kecamatan/Kabupaten Sragen. Dalam Prosiding Seminar Nasional yang diselenggarakan pada tanggal17 April 2013 di Fakultas Pertanian UNS Solo, Akselerasi pembangunan pertanian berkelanjutan menuju kemandirian pangan dan energi.

169

PENGARUH PAKET TEKNOLOGI PUPUK HAYATI TERHADAP KARAKTERISTIK

Dalam dokumen prosiding jilid1 bkl2016 (Halaman 180-186)