• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR GAMBAR

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETAN

6.1. Hasil Pendugaan Harga Bayangan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa harga bayangan diturunkan dari fungsi produksi usahatani. Idealnya, setiap strata rumahtangga pada penelitian ini mempunyai fungsi produksi masing-masing, sehingga dibutuhkan tiga fungsi produksi translog. Namun hasil yang diperoleh ternyata tidak memuaskan sehingga pada akhirnya dipilih satu fungsi produksi. Perbedaan strata akan tetap dipertahankan pada saat simulasi.

Fungsi produksi translog pertama kali diduga dengan metode OLS, dimana seluruh variabel terlebih dahulu ditransfer ke dalam bentuk logaritma natural. Hasil pendugaan menunjukkan adanya gejala kolinearitas ganda yang serius, yang ditunjukkan dengan nilai VIF yang sangat besar. Hal ini sudah diduga sebelumnya, bahwa dalam model fungsi produksi translog, terdapat interaksi antar variabel, sehingga satu variabel dapat muncul beberapa kali. Akibatnya sejumlah antar variabel penjelas sangat berkorelasi tinggi. Di samping adanya pelanggaran asumsi serius dalam fungsi produksi ini, juga hasil yang diperoleh tidak menghasilkan harga bayangan input seperti yang diharapkan. Sebagian besar dugaan harga bayangan berdasarkan fungsi dugaan tersebut bernilai negatif.

Usaha menghindari adanya kolinearitas ganda pada fungsi translog, dilakukan dengan mencari bentuk fungsi produksi yang lebih sederhana. Mengingat translog sebenarnya adalah pengembangan dari fungsi produksi Cobb-Douglas, pada penelitian ini juga dicoba menggunakan bentuk fungsi ini. Hasil yang diperoleh juga kurang memuaskan. Beberapa koefisien fungsi produksi yang diperoleh bertanda negatif, sehingga harga bayangan input yang dihasilkan bertanda negatif.

Upaya berikutnya adalah kembali ke fungsi produksi translog dengan cara mengoreksi adanya kolinearitas ganda. Salah satu metode yang cukup efektif menekan adanya kolinearitas ganda adalah metode PLS seperti telah dijelaskan pada metodologi. Pada metode PLS tahapan yang kritis adalah penentuan jumlah komponen utama yang akan digunakan untuk mewakili variabel aslinya. Hasil metode PLS menunjukkan bahwa jumlah rata-rata akar nilai PRESS minimum terjadi dengan mempertahankan 4 komponen, atau sampai dengan P4. Fungsi produksi yang diperoleh disajikan pada Tabel

15. Pada tabel tersebut terlihat dari 36 parameter dugaan terdapat lima parameter dugaan bernilai negatif. Namun demikian nilai negatif tersebut tidak menyebabkan harga bayangan negatif.

Uji statistik terhadap paramater dugaan pada fungsi produksi di atas menggunakan standard error hasil metode bootsrap. Dari 36 parameter dugaan diperoleh

12 parameter dugaan mempunyai taraf nyata (á) kurang atau sama dengan 10 persen, atau

terdapat 15 parameter dugaan dengan taraf nyata kurang atau sama dengan 20 persen. Hasil dugaan juga menunjukkan fungsi produksi translog di atas mempunyai R2 sebesar 69.10 persen. R2 ini relatif kecil, namun uji statistik menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan fungsi produksi Cobb-Douglas, fungsi produksi translog ini tetap lebih baik dengan taraf nyata kurang dari satu persen.

Walaupun uji statistik terhadap fungsi produksi di atas kurang memuaskan, namun fungsi cukup baik dalam menduga harga bayangan input usahatani. Syarat yang perlu diperhatikan adalah kemampuan fungsi produksi tersebut menghasilkan harga bayangan yang bernilai positif. Seperti telah disinggung di atas, walaupun ada beberapa

Tabel 15. Hasil Dugaan Fungsi Produksi Translog Dengan Metode PLS Pada Rumahtangga Petani Tanaman Pangan

No Variabel* Parameter Dugaan Standard Error** t Pr >| t | 1 Intercept 5.445830 0.226180 24.08 0.000000 2 lx1 0.040460 0.026590 1.52 0.128430 3 lx2 0.030880 0.030800 1.00 0.316319 4 lx3 0.017620 0.019140 0.92 0.357606 5 lx4 0.012900 0.017800 0.72 0.468883 6 lx5 0.070460 0.023560 2.99 0.002859 7 lx6 0.104690 0.026390 3.97 0.000078 8 lx7 0.073610 0.018590 3.96 0.000081 9 lx11 0.002090 0.006400 0.33 0.744348 10 lx12 0.003650 0.003950 0.92 0.355366 11 lx13 -0.000710 0.004130 0.17 0.862925 12 lx14 -0.002170 0.004530 0.48 0.631698 13 lx15 0.002900 0.002680 1.08 0.280204 14 lx16 0.010850 0.012760 0.85 0.395270 15 lx17 0.003950 0.002620 1.51 0.132464 16 lx22 0.001140 0.008320 0.14 0.891140 17 lx23 -0.002760 0.003470 0.80 0.425658 18 lx24 -0.004140 0.003760 1.10 0.270534 19 lx25 0.000060 0.003080 0.02 0.983649 20 lx26 0.002240 0.013130 0.17 0.864497 21 lx27 0.003310 0.003390 0.97 0.330463 22 lx33 0.005030 0.005080 0.99 0.321899 23 lx34 0.001860 0.001990 0.93 0.350757 24 lx35 0.002860 0.002250 1.27 0.204728 25 lx36 0.011100 0.005030 2.21 0.027422 26 lx37 0.005830 0.001820 3.21 0.001381 27 lx44 0.004040 0.004750 0.85 0.395436 28 lx45 0.001690 0.002220 0.76 0.448407 29 lx46 0.009640 0.005470 1.76 0.078268 30 lx47 0.005640 0.001990 2.83 0.004749 31 lx55 0.008120 0.003860 2.11 0.035502 32 lx56 0.008990 0.006150 1.46 0.144030 33 lx57 0.005540 0.001310 4.23 0.000026 34 lx66 -0.111240 0.034340 3.24 0.001241 35 lx67 0.009330 0.007510 1.24 0.214592 36 lx77 0.017530 0.003600 4.87 0.000001

**Diperoleh dengan metode Bootsrap

koefisien fungsi produksi translog yang bertanda negatif, harga bayangan yang dihasilkan tetap positif.

Dari fungsi produksi translog di atas dapat dihasilkan harga bayangan tenaga kerja dalam keluarga pria dan wanita, harga bayangan tenaga kerja luar keluarga pria dan wanita, harga bayangan pupuk Urea, dan harga bayangan lahan. Harga bayangan input lain tidak dapat dicari karena dalam fungsi produksi dinyatakan dalam bentuk variabel komposit nilai rupiah. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Harga Bayangan dan Harga Pasar Input Usahatani Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Translog Menurut Strata Luas Lahan

Garapan Lahan Sempit (n=322) Lahan Sedang (n=317) Lahan Luas (n=312) Total (n=951) Variabel*

Rata-rata St dev Rata-rata Stdev Rata-rata Stdev Rata-rata Stdev SWP 4.15 7.41 7.28 9.73 16.62 36.50 9.29 22.69 SWW 3.92 5.64 9.29 20.78 23.41 145.80 12.12 84.83 SWPL 5.15 10.93 8.09 13.26 9.14 16.17 7.44 13.69 SWWL 3.06 5.50 6.42 14.50 7.04 11.66 5.49 11.31 SPU 0.81 1.42 1.20 1.85 1.48 1.14 1.16 1.53 SPL 1586.30 1211.55 947.80 853.97 682.22 821.32 1075.79 1050.12 UHP 8.21 2.37 9.36 2.85 10.47 2.58 9.34 2.76 UHW 5.22 1.77 6.50 2.64 7.56 2.61 6.42 2.55 HURE 0.81 0.25 0.82 0.29 0.83 0.29 0.82 0.28 * Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.

Walaupun fungsi produksi yang digunakan hanya satu, namun harga bayangan yang dihasilkan dapat dipelajari menurut strata luas lahan. Sebagai pembanding, pada Tabel 16 juga disajikan rata-rata upah harian buruh usahatani pria dan wanita serta harga rata-rata Urea. Upah harian buruh usahatani pria dan wanita merupakan pembanding harga bayangan tenaga kerja pria dan wanita, baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Harga pupuk Urea merupakan pembanding harga bayangan

pupuk Urea. Evaluasi secara umum pada Tabel 16 menunjukkan bahwa besar harga bayangan input usahatani, kecuali lahan, secara konsisten semakin meningkat pada strata lahan yang semakin luas. Jika kembali melihat intensitas penggunaan input pada bab sebelumnya, terdapat indikasi semakin tinggi penggunaan input, harga bayangan semakin input yang bersangkutan semakin rendah. Hubungan ini menunjukkan bahwa fungsi produksi translog yang diduga secara geometrik berbentuk cekung (concave) terhadap titik pusat. Harga bayangan yang positif dan cenderung menurun pada penggunaan input yang lebih tinggi menunjukkan bahwa penggunaan input usahatani berada di daerah produksi II.

Harga bayangan lahan mempunyai besaran yang cenderung menurun pada strata lahan yang lebih luas. Kecenderungan tersebut dapat diterjemahkan bahwa semakin luas lahan usahatani produktivitas lahan tersebut semakin rendah. Kondisi ini konsisten dengan pembahasan pada bab sebelumnya, yang mengindikasikan adanya gejala IP atau inverse farm size productivity.

Perbandingan harga bayangan input usahatani dengan harga pasar pada Tabel 16 menunjukkan hubungan, bahwa semakin luas lahan usahatani, harga bayangan cenderung lebih tinggi dibanding harga pasarnya. Kecenderungan tersebut wajar, karena seperti telah dijelaskan di atas bahwa harga bayangan, tenaga kerja dan pupuk Urea cenderung meningkat pada strata lahan yang lebih luas. Di sisi lain, upah buruh usahatani dan harga pupuk Urea relatif sama di setiap strata luas lahan.

Perbedaan harga bayangan dengan harga pasarnya, dapat diterjemahkan dalam dua pengertian. Pengertian pertama, menunjukkan bahwa penggunaan input usahatani tidak efisien. Menurut teori ekonomi produksi, pada kondisi keuntungan maksimum,

penggunaan input optimum terjadi jika harga bayangan input (nilai produk marjinal input) sama dengan nilai korbanan marginalnya (harga pasar per unit input). Pengertian kedua, perbedaan antara harga bayangan input dan harga pasarnya menunjukkan adanya distorsi penggunaan sumberdaya yang disebabkan oleh berbagai kendala (Bhattacharyya dan Kumbakar, 1997). Persoalan ini akan dibahas lebih lanjut pada bab di belakang.