• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

3.1. Teori Alokasi Waktu Becker

Salah satu teori ekonomi rumahtangga dikemukakan oleh Becker (1965) atau Becker (1976). Becker memulai teorinya dengan menyoroti waktu yang tersedia bagi rumahtangga. Waktu menurut Becker merupakan suatu sumberdaya yang bersifat langka bagi rumahtangga. Hampir 50 persen waktu yang tersedia dalam kehidupan rumahtangga digunakan untuk kegiatan rumahtangga dalam bentuk istirahat, memasak, rekreasi, dan lain-lain. Begitu besar bagian waktu rumahtangga yang digunakan untuk kegiatan tersebut, sehingga persoalan alokasi dan efisiensi waktu menjadi penting dalam mempelajari kesejahteraan rumahtangga.

Rumahtanga diasumsikan akan mengkombinasikan waktu dengan sejumlah barang untuk menghasilkan suatu produk yang disebut barang Z yang secara langsung

akan menghasilkan utilitas tertentu. Konsep ini berbeda dengan teori konsumsi yang akan menghasilkan utilitas secara langsung dengan cara mengkonsumsi barang atau jasa tertentu. Manurut Becker, yang menghasilkan utilitas bukan barang atau jasa tersebut, tetapi suatu produk akhir yang disebut barang Z tersebut. Tentu saja secara praktis mengidentifikasi barang Z tidak semudah mengidentifikasi barang atau jasa yang biasa dihasilkan oleh kegiatan perusahaan. Misalnya rumahtangga mengkombinasikan sejumlah barang seperti sayuran dan bumbu dengan sejumlah waktu yang diperlukan untuk memasak dan menyajikan masakan akan menghasilkan barang Z untuk dinikmati rumahtangga. Contoh lain, menggunakan TV sebagai barang elektronik dikombinasikan dengan waktu menonton acara TV akan menghasilkan barang Z yang juga akan menimbulkan utilitas tertentu. Barang Z tersebut sifatnya abstrak, tetapi menimbulkan utilitas tertentu.

Memproduksi barang Zi memerlukan tekonologi tertentu, sehingga Becker juga

mengajukan bahwa rumahtangga mempunyai fungsi produksi tertentu yang dinyatakan dengan Zi = fi(Xi, Ti). Di sini barang Z ditentukan oleh input dalam bentuk vektor barang

Xi, dan vektor waktu Ti. Menggunakan kosep ini, kegiatan rumahtangga dipandang

sebagai unit ekonomi yang melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi. Fungsi utilitas yang akan dimaksimumkan rumahtangga adalah mengkombinasikan berbagai barang Zi yang dapat dinyatakan dengan U= U(Zi, ..., Zm).

Karena Zi = fi(Xi, Ti), maka U=(Xi, …, Xm, Ti, …, Tm). Di dalam memaksimumkan

fungsi utilitas tersebut, rumahtangga dihadapkan pada kendala anggaran g(Zi, ..., Zm)=Z,

dimana g adalah fungsi pengeluaran rumahtangga dan Z adalah maksimum sumberdaya rumahtangga.

Secara lebih praktis, memaksimumkan fungsi tujuan U=(Xi, …, Xm, Ti, …, Tm)

dibatasi dengan kendala anggaran untuk pembelian barang dan kendala waktu yang tersedia di dalam rumahtangga. Nilai pembelian barang dapat dirumuskan dengan • piXi,

dimana pi adalah harga barang ke-i. Nilai barang yang dibeli tersebut tentunya harus

sama dengan nilai penerimaan rumahtangga yang diperoleh dari aktivitas kerja Tw*W,

dimana W adalah penerimaan per unit T atau upah, dan penerimaan yang bukan karena aktivitas kerja, V. Secara matematik dinyatakan • piXi = I =Tw*W +V, dimana I adalah

besaran nilai barang yang sama dengan nilai penerimaan uang rumahtangga. Kendala waktu dinyatakan dengan • Ti=Te=T-Tw, dimana Te adalah jumlah waktu yang digunakan

untuk kegiatan di dalam rumahtangga, T adalah total waktu yang tersedia di rumahtangga, dan Tw adalah waktu kerja untuk memperoleh pendapatan.

Fungsi produksi Zi = fi(Xi, Ti), dapat dinyatakan juga sebagai Ti• tiZi dan Xi• biZi,

dimana ti adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit barang Zi, dan bi

adalah barang yang diperlukan untuk untuk menghasilkan satu unit Zi. Memanfaatkan

hubungan T pada kendala waktu, maka kedua kendala tersebut dapat disederhanakan menjadi • piXi +• TiW = T*W +V• S. Di sini S oleh Becker disebut sebagai full income.

Untuk menyederhanakan, disini W dianggap konstan. Full income adalah penerimaan rumahtangga jika waktu yang tersedia diukur dengan tingkat upah ditambah dengan penerimaan yang diperoleh dari bukan aktivitas kerja. Full Income dapat dibelanjakan untuk barang Z, baik secara langsung melalui pengeluaran • pibiZi atau secara tidak

langsung melalui konsumsi waktu (tidak bekerja mencari pendapatan) • WtiZi.

Adanya konsep full income memungkinkan substitusi antara konsumsi barang dan penggunaan waktu, termasuk waktu untuk kegiatan rumahtangga. Di samping itu,

konsep full income juga memungkinkan substitusi antara pendapatan menurut konsep ekonomi dan pendapatan menurut konsep non-ekonomi. Unit rumahtangga dapat memilih untuk bekerja memperoleh pendapatan atau tidak bekerja dengan melakukan aktivitas rumahtangga atau bahkan memilih istirahat, dengan tujuan memaksimumkan utilitas. Jika rumahtangga memang akan memaksimumkan utilitas, maka dapat dirumuskan kondisi keseimbangan yang akan dicapai yaitu Ui=•U/•Zi= ë

ð

i, dimana

ð

=

pibi+Witi dan ë diinterpretasika sebagai utilitas marginal pendapatan.

Teori yang dikemukakan Becker dapat diperjelas dengan bantuan grafik seperti telihat pada Gambar1. Pada Gambar 1, sumbu vertikal menunjukkan jumlah barang Z yang dihasilkan oleh rumahtangga. Barang Z tersebut diasumsikan dihasilkan dengan mengalokasikan waktu yang tersedia di dalam rumahtangga. Waktu tersebut dinyatakan dalam sumbu horisontal. Total waktu yang tersedia misalnya sebesar T. Pada sumbu ini waktu rumahtangga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu waktu yang digunakan untuk kegiatan rumahtangga, waktu yang digunakan untuk bekerja memperoleh pendapatan, dan waktu untuk bersantai. Kurva PT adalah kurva produk total menghasilkan barang Z dengan memanfaatkan waktu kegiatan rumahtangga. Garis lurus S menggambarkan nilai tenaga kerja rumahtangga dinilai dengan tingkat upah riil w = W/p. Tingkat upah riil yang berlaku digambarkan dengan garis lurus putus-putus ww.

Pada kondisi keseimbangan, yaitu dimana rumahtangga memaksimumkan utilitas, garis upah ww akan akan menyinggung kurva produk total PT dan kurva indiferen I1.

Pada kondisi ini, tenaga kerja rumahtangga akan dialokasikan untuk santai sebanyak T- T1, untuk kegiatan bekerja memperoleh pendapatan sebanyak T1-T2, dan untuk kegiatan rumahtangga sebanyak T2-O.

Pada Gambar 1 juga diperlihatkan jika seandainya terjadi perubahan pada tingkat upah. Perubahan tingkat upah dengan harga produk p konstan, maka akan terjadi kenaikan upah riil yang ditunjukkan dengan perubahan kurva ww menjadi lebih curam ke w1. Adanya perubahan upah ini direspons oleh rumahtangga dengan merealokasi waktu yang tersedia. Pada Gambar 1 diperlihatkan, perubahan terjadi dengan mengurangi kegiatan untuk rumahtangga, dari T2-O menjadi T3-O. Titik keseimbangan diperoleh pada titik persinggungan antara kurva produk total PT dengan garis upah yang baru. Pengurangan kegiatan rumahtangga menambah ketersediaan waktu untuk bekerja memperoleh pendapatan dan waktu santai. Keseimbangan diperoleh pada titik singgung

B A 0 w w D E C PT F G Z Z w1 T T1 T2 T4 T3 H I I1 I2

Gambar 1. Efek Perubahan Upah Pada Model Ekonomi Rumahtangga Becker Sumber: Ellis,1988 (dimodifikasi)

garis upah yang baru dengan kurva indiferen I2. Titik keseimbangan ini tergantung pada

bagaimana rumahtangga menilai waktu santai. Jika waktu santai merupakan barang normal, kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh kenaikan upah kerja akan menyebabkan waktu santai rumahtangga meningkat. Sebaliknya, jika waktu santai dinilai sebagai barang inferior, maka peningkatan pendapatan tersebut akan menyebabkan waktu santai berkurang. Pada Gambar 1, diasumsikan bahwa waktu santai merupakan barang normal, sehingga keseimbangan baru dicapai dengan menambah waktu santai, yang berarti mengurangi waktu yang digunakan untuk bekerja. Kondisi seperti ini akan menghasilkan kurva penawaran tenaga kerja bersudut negatif, atau backward bending supply.