• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR GAMBAR

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETAN

6.2. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga

6.2.1. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga

Seperti telah disebutkan pada formulasi model, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai curahan kerja rumahtangga di usahatani sendiri atau sebagai permintaan tenaga kerja usahatani sendiri terhadap tenaga kerja keluarga. Sebagai permintaan tenaga kerja dalam keluarga oleh usahatani sendiri berarti penggunaan tenaga kerja dilihat dari sisi kegiatan usahatani. Di sisi lain, sebagai curahan kerja rumahtangga berarti penggunaan tenaga kerja usahatani dalam keluarga dilihat dari sisi rumahtangga sebagai penyedia tenaga kerja. dirumuskan menjadi fungsi permintaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani.

Pada Tabel 18 dapat disebut sebagai fungsi permintaan tenaga kerja untuk usahatani, dengan alasan faktor-faktor penjelas pada persamaan tersebut merupakan ciri karakteristik usahatani yang menjadi faktor penentu kebutuhan tenaga kerja pada usahatani. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja dalam keluarga usahatani sendiri ditentukan oleh harga bayangan tenaga kerja (SWP, SWW), lahan garapan (LGARP), penggunaan tenaga kerkja luar keluarga (TKPL, TKWL), penggunaan pupuk (PURE, PTSP), dan indeks diversifikasi (DIVE). Terlihat pada tabel tersebut, seluruh parameter dugaan secara ekonomi telah sesuai dengan yang diharapkan.

Uji statistik terhadap masing-masing parameter menunjukkan hasil yang sangat baik. Seluruh parameter dugaan berbeda nyata dari nol pada taraf nyata kurang dari satu persen1.

Harga bayangan tenaga kerja keluarga, baik pria maupun wanita, baberpengaruh negatif pada penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pria atau wanita. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja dalam keluarga ditentukan secara subjektif oleh nilai penerimaan tenaga kerja itu sendiri. Apabila nilai produktivitas marjinal tenaga kerja menurun, yang berarti harga bayangan menurun, maka untuk memperoleh pendapatan yang sama usahatani akan memerlukan tenaga kerja lebih banyak. Sebaliknya, jika nilai produktivitas marjinal tenaga kerja meningkat, yang berarti harga bayangan tenaga kerja meningkat, maka untuk memperoleh pendapatan yang sama usahatani akan memerlukan tenaga kerja lebih sedikit.

Tabel 18. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Dalam Keluarga di Usahatani

Variabel* Parameter

Dugaan Std Err Nilai t Pr > |t| Elasitisitas

Tenaga Kerja Pria

Intersep 25.66234 5.35450 4.79 <.0001 - SWP -1.70456 0.14300 -11.92 <.0001 -0.177 LGARP/TKPL 83.00048 15.94870 5.20 <.0001 0.009 PURE 0.18173 0.01770 10.28 <.0001 0.526 PTSP 0.13394 0.03920 3.42 0.0004 0.094 DIVE 76.63761 13.27980 5.77 <.0001 0.203 Tenaga Kerja Wanita Intersep 21.95642 3.16350 6.94 <.0001 - SWW -0.12566 0.02160 -5.81 <.0001 -0.032 LGARP/TKWL 39.48420 9.41570 4.19 <.0001 0.011 PURE 0.02411 0.00965 2.50 0.0063 0.131 PTSP 0.16711 0.02380 7.01 <.0001 0.219 DIVE 31.93245 7.93690 4.02 <.0001 0.159 1

Nilai alfa (á) keluaran komputer merupakan hasil uji statistik dua arah. Oleh karena itu, untuk parameter dugaan yang memerlukan uji statistik satu arah, nilai alfa yang dihasilkan komputer harus dibagi dua.

* Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.

Fungsi di atas dapat juga dilihat sebagai curahan kerja rumahtangga di usahatani sendiri atau penawaran tenaga kerja rumahtangga di usahatani sendiri. Jika halnya demikian, maka hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi harga bayangan curahan kerja keluarga di usahatani semakin kecil. Penjelasan rasional terhadap hasil ini adalah bahwa pada rumahtangga petani tanaman pangan, pendapatan usahatani merupakan sumber pendapatan utama (perhatikan kembali Tabel 13). Adanya keterbatasan kesempatan kerja di luar usahatani menyebabkan ketergantungan rumahtangga terhadap sumber pendapatan dari usahatani semakin besar. Karena itu, semakin rendah nilai produktivitas marginal tenaga kerja dalam keluarga di usahatani, atau semakin rendah harga bayangan tenaga kerja tersebut, rumahtangga akan cenderung meningkatkan curahan kerjanya. Sebaliknya, peningkatan nilai produktivitas marjinal tenaga kerja cenderung mengurangi curahan kerja dan meningkatkan waktu santai (leisure). Skoufias (1993) menyebutkan bahwa pada kondisi seperti ini berarti waktu santai bagi rumahtangga petani merupakan barang normal. Semakin tinggi pendapatan, konsumsi waktu santai semakin meningkat.

Hasil perhitungan elastisitas pada fungsi ini menunjukkan bahwa harga bayangan tenaga kerja dalam keluarga tidak elastis, atau permintaan tenaga kerja pria dalam keluarga tidak responsif terhadap harga bayangan. Penjelasan rasional terhadap hasil ini adalah bahwa harga bayangan tenaga kerja dalam keluarga tersebut ditentukan oleh banyak faktor, selain penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, juga tenaga kerja luar keluarga, lahan garapan, pupuk Urea, pupuk TSP, dan input lain. Kontribusi penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga dalam pembentukan harga bayangan itu

sendiri, dengan demikian, relatif kecil. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga tidak responsif terhadap harga bayangan tersebut. Hasil ini juga menunjukkan adanya ketergantungan pendapatan rumahtangga terhadap kegiatan usahatani.

Paramater dugaan berikutnya adalah rasio antara luas garapan dengan penggunaan tenaga kerja pria atau wanita luar keluarga. Hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan, yaitu positif. Semakin luas luas garapan, permintaan tenaga kerja dalam keluarga semakin besar. Sebaliknya, semakin besar penggunaan tenaga kerja luar keluarga, permintaan tenaga kerja dalam keluarga semakin kecil. Dari fungsi penggunaan tenaga kerja dalam keluarga ini menunjukkan hubungan substitusi antara tenaga kerja luar keluarga.. Adanya parameter dugaan yang nyata secara statistik mengindikasikan bahwa substitusi antara tenaga kerja dalam keluarga dengan tenaga kerja luar keluarga tidak sempurna, baik di tenaga kerja pria maupun tenaga kerja wanita. Diduga hal ini disebabkan karena adanya biaya transaksi atau kebutuhan tenaga tambahan dari dalam keluarga untuk supervisi penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Kualitas tenaga kerja luar keluarga diduga tidak sama dengan tenaga kerja dalam keluarga. Hasil ini memperkuat indikasi adanya ketidak sempurnaan pasar tenaga kerja yang dihadapi rumahtangga petani, di mana asumsi yang harus dipenuhi pada asumsi pasar persaingan sempurna adalah substitusi yang sempurna antara tenaga kerja dalam keluarga dengan luar keluarga. Oleh karena itu, pada peneltian ini, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga tidak diduga dengan upah tenaga kerja luar keluarga..

Dari fungsi di atas dapat dilihat bahwa semakin luas luas garapan, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani semakin besar. Hal ini diduga karena lahan

garapan merupakan sumberdaya utama rumahtangga petani. Keputusan rumahtangga dalam menggunakan tenaga kerja keluarga dan juga input usahatani lainnya, sering berpatokan kepada luas lahan. Oleh karena itu, pada penelitian ini, lahan garapan menentukan seluruh penggunaan input usahatani lainnya. Namun demikian, elastisitas penggunaan tenaga kerja keluarga pada penelitian ini tampak tidak elastis terhadap luas lahan garapan.

Koefisien penggunaan pupuk Urea (PURE) bertanda positif, dan secara statistik berbeda nyata dari nol pada taraf nyata kurang dari satu persen. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga bersifat komplemen dengan penggunaan pupuk Urea. Secara teoritik sebenarnya bisa saja bersifat substitusi, dimana penggunaan pupuk Urea sebagai komponen teknologi akan mengurangi penggunaan tenaga kerja. Namun secara empirik ternyata hubungannya bersifat komplementer, karena aplikasi pupuk Urea pada usahatani pada saat ini masih menggunakan tenaga kerja langsung, termasuk di dalamnya tenaga kerja dalam keluarga. Dilihat dari besaran elastisitas dapat disimpulkan bahwa permintaan tenaga kerja pria dalam keluarga tidak responsif terhadap penggunaan pupuk Urea.

Hasil yang sama terjadi pada pupuk TSP (PTSP). Koefisien dugaan pupuk TSP bertanda positif, yang berarti penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pria juga bersifat komplementer dengan penggunaan pupuk TSP. Sama halnya dengan pupuk Urea, aplikasi pupuk TSP pada teknologi usahatani saat ini masih memerlukan sejumlah tenaga kerja, sehingga wajar jika terjadi hubungan komplementer dengan penggunaan tenaga kerja. Hal ini juga mengindikasikan bahwa aplikasi pupuk kimia pada usahatani tampaknya belum dapat mensubtitusi penggunaan tenaga kerja dalam keluarga.

Indeks diversifikasi (DIVE) berpengaruh positif terhadap penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, baik pada tenaga kerja pria maupun tenaga kerja wanita. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin beragam jenis komoditi yang diusahakan semakin banyak memerlukan tenaga kerja pria dalam keluarga. Walaupun tidak ada hipotesis apriori terhadap tanda parameter ini., namun demikian, hasil ini menunjukkan bahwa penganekaragaman jenis komoditi yang diusahakan pada lahan usahatani memerlukan tambahan tenaga kerja, di dalam hal ini tenaga kerja dalam keluarga. Kenyataan ini menunjukkan bahwa diversifikasi tanaman pangan yang dilakukan rumahtangga petani bukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja, tetapi diduga berkaitan dengan upaya menekan resiko produksi.