• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intensitas Energi Terhadap PDB

Dalam dokumen OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2009 (Halaman 49-54)

MODEL ENERGI DAN INDIKATOR EKONOMI ENERGI

H. Program Percepatan Pemanfaatan LPG

I. Program Konservasi dan Efisiensi

2.4 Produk Domestik Bruto

2.5.1 Intensitas Energi Terhadap PDB

0 0 0

Sumatra Jawa-Bali Kalimantan Lainnya

Historikal Proyeksi

Gambar 2.4 Proyeksi PDRB per wilayah Indonesia skenario tinggi 2.5 Intensitas Energi Terhadap PDB dan Populasi

Intensitas energi merupakan salah satu indikator yang menggambarkan hubungan antara konsumsi energi dan ekonomi serta konsumsi energi dan penduduk. Di Indonesia, konsumsi energi terhadap ekonomi digambarkan berdasarkan besarnya intensitas energi terhadap PDB, sedangkan konsumsi energi terhadap penduduk dinyatakan dalam intensitas energi per kapita. Dalam buku ini perhitungan intensitas energi didasarkan pada konsumsi energi final komersil dan konsumsi energi final dengan biomasa, tanpa mempertimbangkan pemakaian bahan bakar untuk captive power, sedangkan listrik yang diproduksi dari captive power telah dipertimbangkan dalam kebutuhan listrik.

2.5.1 Intensitas Energi Terhadap PDB

Intensitas energi terhadap PDB skenario tinggi di Indonesia selama kurun waktu 2006 - 2025, dipertimbangkan berdasarkan dua kasus, yaitu kasus harga minyak rendah dan kasus harga minyak tinggi. Pada kasus harga minyak rendah, harga minyak bumi nasional tahun 2005 dan 2006 yang digunakan merupakan angka aktual, sedangkan harga minyak bumi tahun 2007 - 2025 diasumsikan tetap sebesar 30 $/barel (harga konstan tahun 2000). Sedangkan pada kasus harga minyak tinggi, harga minyak bumi tahun 2007 - 2025 diasumsikan tetap sebesar 60 $/barel (harga konstan tahun 2000).

Selain berdasarkan harga minyak, perhitungan intensitas energi terhadap ekonomi di Indonesia dibedakan menjadi konsumsi energi final komersil dan konsumsi energi final termasuk biomasa. Selama kurun waktu 2006 - 2025 besarnya intensitas energi terhadap ekonomi untuk kebutuhan energi final dengan biomasa mengalami penurunan. Hal ini disebabkan pada awalnya daya beli masyarakat melemah sehingga pemakaian biomasa di sektor rumah tangga menjadi tinggi, namun dengan adanya perbaikan ekonomi menyebabkan pemanfaatan biomasa menurun. Penurunan pemanfaatan

Model Energi dan Indikator Ekonomi Energi

biomasa akan berpengaruh terhadap total kebutuhan energi final, dimana total kebutuhan energi final untuk PDB tinggi lebih besar dibanding total kebutuhan energi final untuk PDB rendah. Perubahan total kebutuhan energi final pada kedua skenario tersebut dapat mempengaruhi besarnya intensitas energi yang besarnya secara bertahap akan berkurang hingga efisiensi pemakaian energi fosil optimal.

Namun dengan mempertimbangkan konsumsi energi final komersil, besarnya intensitas energi terhadap pertumbuhan ekonomi tinggi akan mengalami penurunan dan sebaliknya besarnya intensitas energi terhadap pertumbuhan ekonomi rendah akan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan pada pertumbuhan PDB tinggi pemakaian energi final komersil menjadi lebih efisien dan berangsur-angsur menjadi optimal, karena proses pembangunan di Indonesia selama kurun waktu tersebut secara bertahap akan menuju pada produktifitas yang semakin tinggi sehingga intensitas pemakaian energi final terhadap ekonomi menjadi semakin rendah. Disamping itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar dan laju inflasi pada kurun waktu 2007 - 2025 diharapkan menjadi relatif stabil seiring dengan semakin membaiknya perekonomian Indonesia. Dengan kata lain, biaya yang dibutuhkan untuk mengubah energi ke PDB secara bertahap akan berkurang seiring dengan pemakaian energi yang secara bertahap menjadi semakin efisien. Berlainan dengan pertumbuhan PDB rendah dimana efisiensi pemakaian energi final komersil masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDB tinggi, walaupun pertukaran nilai rupiah terhadap dolar dan laju inflasi juga relatif stabil. Sehingga biaya yang dibutuhkan untuk mengubah energi ke PDB pada kondisi pertumbuhan PDB rendah lebih tinggi dibandingkan biaya yang dibutuhkan untuk mengubah energi ke PDB pada kondisi pertumbuhan PDB tinggi.

Besarnya intensitas pemakaian energi final pada tahun 2006 adalah sebesar 0,453 SBM per juta rupiah (termasuk biomasa) dan 0,312 SBM per juta rupiah (komersil). Pada tahun 2025 besarnya intensitas pemakaian energi final termasuk biomasa pada skenario tinggi untuk harga minyak rendah adalah sebesar 0,316 SBM per juta rupiah dan intensitas energi final komersil sebesar 0,292 SBM per juta rupiah. Intensitas pemakaian energi termasuk biomasa pada skenario rendah untuk kasus harga minyak rendah adalah sebesar 0,245 SBM per juta rupiah dan intensitas energi final komersil sebesar 0,226 SBM per juta rupiah.

Prakiraan intensitas pemakaian energi termasuk biomasa terhadap ekonomi pada skenario PDB tinggi dan rendah untuk harga minyak rendah dan harga minyak tinggi dari tahun 2006 - 2025 ditunjukan pada Gambar 2.4. Sedangkan Gambar 2.5 menyajikan prakiraan intensitas pemakaian energi komersil terhadap ekonomi pada kedua skenario untuk harga minyak rendah dan harga minyak tinggi dari tahun tahun 2006 – 2025.

Model Energi dan Indikator Ekonomi Energi 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 2006 2009 2012 2015 2018 2021 2024 S B M /J u ta R p Kasus T60 Kasus T30 Kasus R60 Kasus R30

Gambar 2.5 Prakiraan intensitas pemakaian energi termasuk biomasa terhadap PDB 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 2006 2009 2012 2015 2018 2021 2024 S B M /J u ta R p Kasus T60 Kasus T30 Kasus R60 Kasus R30

Gambar 2.6 Prakiraan intensitas pemakaian energi komersil terhadap PDB 2.5.2 Intensitas Energi Terhadap Populasi

Pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan dapat mempengaruhi besaran dan pola pemakaian energi melalui perubahan aktivitas dan intensitas energi per kapita. Naiknya intensitas energi per kapita di Indonesia mengindikasikan peningkatan pendapatan per kapita setiap tahunnya, yang selanjutnya akan mempengaruhi aktivitas dan pola pemakaian energi di setiap sektor. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan secara tidak langsung meningkatkan intensitas pemakaian energi final di Indonesia yang saat ini masih rendah dibandingkan negara lainnya.

Intensitas pemakaian energi final komersil dan energi final termasuk biomasa per kapita diperkirakan akan terus meningkat. Pada tahun 2006, intensitas

Model Energi dan Indikator Ekonomi Energi

energi final komersil sebesar 2,41 SBM/kapita dan intensitas energi final termasuk biomasa sebesar 3,72 SBM/kapita. Pemakaian biomasa diperkirakan akan menurun sehingga pada tahun 2025 intensitas energi final komersil dan energi final termasuk biomasa pada kedua skenario hampir sama. Pada tahun 2025, untuk skenario rendah intensitas energi final komersil meningkat menjadi 4,9 SBM/kapita dan intensitas energi final termasuk biomasa meningkat menjadi 5,3 SBM/kapita. Untuk skenario tinggi intensitas energi final komersil pada tahun 2025 meningkat menjadi 6,3 SBM/kapita dan intensitas energi final termasuk biomasa meningkat menjadi 6,8 SBM/kapita. Perubahan harga minyak dari 30 $/barel menjadi 60 $/barel ternyata hanya menyebabkan perubahan intensitas energi final komersil dan energi final termasuk biomasa secara tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena teknologi pemakai energi (demand device) yang dipertimbangkan (termasuk teknologi alternatif) dalam model tidak sensitif terhadap perubahan harga minyak pada rentang tersebut. Teknologi pemakai energi alternatif belum layak pada harga di bawah 60 $/barel. Sedangkan teknologi pemakai energi alternatif yang masuk ke dalam sistem energi adalah sesuai dengan kebijakan energi yang telah ditetapkan (mandatori BBN, percepatan pembangkit listrik 10.000 MW dan konversi minyak tanah ke LPG).

Prakiraan intensitas pemakaian energi komersil dan intensitas pemakaian energi termasuk biomasa terhadap penduduk di Indonesia untuk kasus harga minyak rendah dan tinggi dari tahun 2006 - 2025 ditunjukan pada Gambar 2.6. Sedangkan Gambar 2.7 menunjukkan prakiraan intensitas pemakaian energi komersil terhadap penduduk di Indonesia untuk kasus harga minyak rendah dan tinggi dari tahun 2006 – 2025.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 2006 2009 2012 2015 2018 2021 2024 S B M /K a p it a Kasus T60 Kasus T30 Kasus R60 Kasus R30

Gambar 2.7 Prakiraan intensitas pemakaian energi final termasuk biomasa terhadap penduduk

Model Energi dan Indikator Ekonomi Energi 0 1 2 3 4 5 6 7 2006 2009 2012 2015 2018 2021 2024 S B M /K a p it a Kasus T60 KasusT30 Kasus R60 Kasus R30

Gambar 2.8 Prakiraan intensitas pemakaian energi final komersil terhadap penduduk

Dalam dokumen OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2009 (Halaman 49-54)