• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sektor Industri

Dalam dokumen OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2009 (Halaman 58-62)

KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN ENERGI

A. Sektor Industri

Sektor industri merupakan konsumen energi terbesar. Pangsa pemakaian energi final sektor industri terhadap total pemakaian energi nasional tanpa biomasa adalah 45% pada tahun 2006, dan pada tahun 2025 pangsanya tetap mengikuti pertumbuhan total energi final tanpa biomasa. Di sektor industri selain dibutuhkan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga listrik dan panas, juga diperlukan bahan baku (non-energi) misalnya pada industri pupuk. Tenaga listrik yang diperlukan oleh suatu industri dapat diperoleh dari PLN atau dibangkitkan sendiri dengan menggunakan captive power. Pembangkitan listrik dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan bahan bakar diesel maupun secara tidak langsung melalui pembangkitan uap yang merupakan daya gerak turbin uap (indirect heat) yang menggerakkan

Kebutuhan dan Penyediaan Energi

generator listrik. Pembangkitan uap dapat menggunakan bahan bakar fosil atau menggunakan energi terbarukan, dimana bahan bakar fosil yang dimanfaatkan adalah batubara, BBM, dan gas, sedangkan energi terbarukan yang telah banyak dimanfaatkan adalah hidro dan panas bumi.

Listrik hanya dimanfaatkan pada beberapa industri tertentu. Berlainan dengan tenaga listrik yang dihasilkan dari captive power, panas untuk proses di industri diperoleh dari pemanfaatan tungku atau berupa panas langsung (direct heat). Bahan bakar tungku bisa berupa batubara, BBM, gas, atau biomasa. Dalam hal ini, biomasa hanya dimanfaatkan oleh industri yang berlokasi dekat dengan sumber biomasa atau industri yang menggunakan bahan baku biomasa.

Alat pengguna listrik yang utama di sektor industri adalah motor listrik. Motor listrik terutama digunakan untuk menggerakkan pompa, kompresor dan kipas. Motor standar beroperasi dengan efisiensi sebesar 70% untuk peralatan kecil dan sebesar 92% untuk motor besar sekitar 100 kW atau lebih. Motor beroperasi dengan efisiensi sekitar 83% sampai dengan 95%. Perbaikan efisiensi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi motor, sistem koneksi poros (shaft) dan tali penggerak.

Pemanfaatan energi untuk keperluan panas dan listrik di industri dapat ditingkatkan efisiensinya hingga 80% melalui penerapan teknologi kogenerasi. Ada dua pendekatan untuk mengimplementasikan kogenerasi yaitu dengan

topping cycle dan bottoming cycle. Pada kogenerasi topping cycle, energi

primer (panas dengan temperatur tinggi) digunakan untuk menghasilkan listrik dan panas dengan temperatur rendah yang dilepaskan dari generator akan digunakan untuk proses atau pemanas ruangan (misalnya pada industri pulp dan kertas). Pada kogenerasi bottoming cycle energi primer (panas dengan temperatur tinggi) digunakan untuk menghasilkan panas dan panas sisa digunakan untuk menghasilkan listrik.

0 100 200 300 400 500 600 700 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 J u ta S B M

Bahan Baku dan Motor Drive Tungku Turbin Uap

Historikal Proyeksi

Gambar 3.7 Realisasi dan proyeksi kebutuhan energi termasuk biomasa di sektor industri menurut pemanfaatan teknologi (kasus dasar)

Kebutuhan dan Penyediaan Energi

3-7

Jika ditinjau dari pemanfaatan teknologi, pemakaian energi pada sektor industri adalah untuk teknologi pembangkit uap (boiler), tungku (furnace), dan bahan baku (feedstock). Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.7. Teknologi tungku merupakan teknologi pengguna energi final terbesar pada sektor ini yaitu sebesar 51%, kemudian diikuti dengan teknologi pembangkit uap (boiler) lalu yang terakhir bahan bakar yang digunakan sebagai bahan baku. Pemakaian teknologi tungku yang besar disebabkan oleh lebih banyaknya jenis industri yang memanfaatkan tungku seperti industri semen. Sedangkan industri logam, industri kimia, industri pupuk, industri kertas, dan industri lainnya memanfaatkan kedua teknologi tersebut selain memanfaatkan bahan bakar sebagai bahan baku dan motor penggerak (motor drive).

Pada tahun 2006 kebutuhan energi final sektor industri mencapai 262,6 juta SBM kemudian meningkat menjadi 604,7 juta SBM pada tahun 2025 atau meningkat dengan laju pertumbuhan 4,5% per tahun. Jenis energi yang digunakan terkait dengan jenis industri. Dalam pengkajian energi final komersil (tanpa biomasa) pada sektor industri, jenis energi final yang dipertimbangkan adalah BBM, gas bumi, LPG, batubara, listrik, dan biofuel. Pertimbangan pemakaian biofuel pada sektor ini adalah untuk mensubstitusi pemakaian minyak diesel yang didukung dengan adanya mandatori pemakaian

biofuel pada program pemerintah. (Lihat Gambar 3.8).

0 100 200 300 400 500 600 700 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 J u ta S B M

Listrik Biodiesel LPG Gas BBM Batubara

Historikal Proyeksi

Gambar 3.8 Realisasi dan proyeksi kebutuhan energi tanpa biomasa di sektor industri (kasus dasar)

Pada tahun 2006, pangsa kebutuhan bahan bakar terbesar di sektor industri adalah gas bumi kemudian diikuti oleh pemanfaatan batubara. Pangsa gas bumi 35,3% dan batubara 33,9%, yang lainnya diisi oleh listrik, BBM dan LPG. Hal ini terjadi karena gas bumi dan batubara banyak dimanfaatkan untuk teknologi boiler dan furnace. Selain itu gas bumi juga dimanfaatkan sebagai bahan baku yaitu pada industri pupuk. Pada tahun 2010 pemakaian gas bumi meningkat menjadi 96 juta SBM (1.501,8 MMCFD) sedangkan pemakaian batubara adalah sebesar 104,3 juta SBM (26 juta ton). Sesuai mandatori pemakaian biofuel yang mulai dipertimbangkan pada tahun 2008, pada tahun 2010 pemakaian biofuel pada sektor ini adalah sebesar 1,8 juta SBM. Pada

Kebutuhan dan Penyediaan Energi

tahun 2025 pangsa gas bumi meningkat menjadi 36,3% terhadap total kebutuhan energi final sektor industri atau sebesar 219,5 juta SBM (3.435,4 MMCFD). Akan tetapi pemakaian batubara menurun menjadi 31,5% karena pemakaian LPG dan listrik meningkat lebih tinggi daripada batubara. Sedangkan pemakaian biofuel meningkat menjadi 10,5 juta SBM atau dengan pangsa sebesar 2%. Karena cadangannya yang terus berkurang pangsa pemakaian BBM terus menurun, pada awal studi pangsanya sebesar 17,3% kemudian pada tahun 2025 menjadi 13,2%.

17% 34% 35% 1% 13%0% 2006 BBM Batubara Gas LPG Listrik Biodiesel 626,6 Juta SBM 13% 31% 36% 4% 14% 2% 2025 604,7 Juta SBM 18% 34% 31% 3% 13% 1% 2010 304,6 Juta SBM

Gambar 3.9 Pangsa kebutuhan energi final di sektor industri (kasus dasar) tahun 2006, 2010, dan 2025 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 J u ta S B M

Kasus R30 Kasus R60 Kasus T30 Kasus T60

Historikal Proyeksi 2025 17% 34% 35% 1% 13% 0% 2006 BBM Batubara Gas LPG Listrik Biodiesel 13% 32% 37% 2% 14% 2% R60 13% 31% 36% 4% 14% 2% R30 22% 29% 30% 1% 13% 5% T30 22% 29% 29% 1% 14% 5% T60

Gambar 3.10 Perbandingan total kebutuhan energi final tanpa biomasa dan pangsanya di sektor industri

Pasokan gas bumi dalam negeri yang terbatas serta minimnya produsen gas bumi sebagai negara pengimpor menyebabkan pangsa pemakaian gas bumi

Kebutuhan dan Penyediaan Energi

3-9

pada sektor ini menurun. Gas bumi meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata yang cukup rendah yaitu 4,6% per tahun. Pertumbuhan batubara adalah sebesar 4,1%, hal ini didorong oleh besarnya kontrak ekspor batubara sebesar 150 juta ton menyebabkan menurunnya pasokan domestik. Maka pada tahun 2025 pangsa batubara terhadap total kebutuhan energi final pada sektor industri tidak berubah. Akibatnya, konsumsi energi final tanpa biomasa di sektor industri yang didominasi oleh gas bumi dan batubara pada tahun 2006, pada akhir studi yaitu tahun 2025 selain didominasi batubara dan gas bumi, peranan listrik dan BBM juga cukup besar. Perbandingan pemakaian jenis bahan bakar pada kasus dasar dengan kasus lainnya serta pangsa tahun 2006 dan tahun 2025 di sektor industri dapat dilihat pada Gambar 3.10.

Seperti telah disebutkan diatas, perbedaan harga minyak tidak banyak mempengaruhi pemanfaatan energi final, tapi perubahan laju pertumbuhan PDB tinggi menyebabkan kebutuhan final sektor industri meningkat sebesar 35,5% terhadap kebutuhan final sektor industri pada pertumbuhan PDB rendah. Perubahan pertumbuhan PDB juga mempengaruhi pangsa pemakaian jenis bahan bakar pada sektor ini. Di tahun 2025 pada pertumbuhan PDB tinggi menyebabkan pemakaian BBM pada sektor ini meningkat dari 17,3% menjadi 22% dan menurunkan pangsa pemakaian gas bumi dari 35,3% menjadi 29%. Hal ini disebabkan pemakaian gas bumi pada sektor industri sudah terbatas, sehingga kebutuhannya pada PDB tinggi digantikan dengan teknologi yang lebih efisien yang berbahan bakar BBM.

Dalam dokumen OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2009 (Halaman 58-62)