• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jender al Besar Ter akhir ?

Dalam dokumen TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO (Halaman 139-142)

Bambang Har ymur t i War t aw an Tempo

elar upacara milit er lengkap t elah mengant ar Soehart o ke t empat perist irahat an t erakhirnya, Senin pekan lalu. Bendera M erah Put ih yang dipegang empat perw ira memayungi jenazah saat dit urunkan ke liang lahat . Tembakan salvo menggelegar memberikan penghormat an dan semua pucuk pimpinan angkat an bersenjat a, bahkan panglima t ert inggi TNI, hadir dengan pakaian kebesaran masing-masing. Lagu Gugur Bunga pun mengalun dari barisan musik milit er.

Semua kegiat an it u, dilihat dari sudut prot okol kemilit eran, adalah hal yang w ajar saja bahkan sebuah keharusan. Terlepas dari berbagai kont roversi yang beredar di masyarakat , bagi kalangan t ent ara upacara ini sebuah keniscayaan: yang dimakamkan adalah seorang jenderal berbint ang lima, seorang jenderal besar.

Di Indonesia, pangkat kehormat an milit er t ert inggi ini hanya disandang oleh empat orang dan kini semuanya t elah berst at us almarhum: Jenderal Besar Sudirman, Soekarno, Abdul Haris Nasut ion, dan Soehart o. Tak jelas benar apakah secara resmi TNI masih mengakui keabsahan bint ang lima yang disandang Presiden Soekarno ket ika mengangkat dirinya menjadi panglima besar. Yang past i, st at us resmi jenderal besar yang lain diberikan secara bersamaan pada 1 Okt ober 1997, sew aktu Presiden Soehart o berada di akhir masa kekuasaannya.

M elalui PP No. 32 Tahun 1997, dinyat akan bahw a t iga t okoh TNI layak mendapat anugerah jenderal besar karena jasa-jasa mereka. Perat uran pemerint ah ini t ak menyebut secara t erperinci alasan pemberian it u, sehingga sempat memicu berbagai int erpret asi. Ut amanya, di negeri lain bint ang lima umumnya diberikan kepada seorang perw ira t inggi yang berhasil menang dalam sebuah perang besar. M isalnya Jenderal M c Art hur unt uk kemenangan dalam Perang Pasifik, M arsekal G.K. Zukov yang mengalahkan Jepang di M anchuria dan Jerman di Leningrad, Jenderal B.L. M ont gomery yang menekuk pasukan Jerman di Afrika, dan Jenderal Vo Nguyen Giap yang mengalahkan Prancis dalam pert empuran Dien Bien Phu.

Dilihat dari konvensi ini, kendat i Jenderal Sudirm an memang punya reput asi sebagai panglima yang berhasil menang dalam pert empuran Ambaraw a, sulit unt uk mengkat egorikan konflik bersenjat a it u sebagai sebuah perang besar. Jenderal Nasut ion bahkan t ak dikenal sebagai komandan pemenang pert empuran, t api lebih sebagai pemikir st rat egi perang, t erut ama set elah menerbit kan buku Pokok-Pokok Gerilya. Sedangkan kancah pert empuran Jenderal Soehart o adalah sebagai komandan Serangan Umum 1 M aret 1948 di Yogyakart a dan operasi M andala dalam pembebasan Irian Jaya pada 1962. Kedua

ht t p:/ / Semaraks.blogspot .com

operasi milit er ini t ak berbuah kemenangan milit er t api menunjang t ercapainya kemenangan polit is dan diplomat is.

Dengan mempert imbangkan argumen t ersebut , agaknya pandangan Salim Said t ent ang lat ar belakang anugerah jenderal besar oleh TNI sebelas t ahun silam it u lebih realist is. Pakar milit er yang dekat dengan para pet inggi TNI ini lebih melihat peran Jenderal Sudirman, Nasut ion, dan Soehart o dalam perkembangan peran polit ik milit er di Indonesia. Ia melihat Jenderal Sudirman sebagai pelet ak dasar pemikiran bahw a milit er adalah alat negara, bukan alat pemerint ah. Ini dibukt ikannya dengan t et ap meneruskan perlaw anan bersenjat a kendat i para pucuk pimpinan pemerint ah t elah dit angkap Belanda dan pusat pemerint ahan t elah diduduki m usuh.

Jenderal Nasut ion dianggap berjasa mengembangkan dokt rin dw ifungsi sebagai konsep peran polit ik TNI. Gagasan ini pert ama kali dilont arkan Jenderal Nasut ion ket ika berpidat o di depan Akademi M ilit er di M agelang, 11 November 1958. Dalam pidat o t anpa t eks it u Jenderal Nasut ion mengat akan bahw a TNI bukanlah sekadar alat pemerint ah sepert i di negara Barat dan juga bukan pemegang monopoli kekuasaan sepert i di negara-negara Amerika Lat in. TNI, menurut Nasut ion, memilih jalan t engah dan para perw ira milit er berhak unt uk t urut sert a-bersama unsur masyarakat yang lain-mengambil peran nonmilit er dalam membangun negara.

Jenderal Soehart o, menurut Salim Said, dianggap pihak m ilit er berjasa dalam menerapkan konsep dw ifungsi it u. Hal ini dilakukan set elah berhasil memberant as kelompok komunis, yang dikenal sebagai law an polit ik ut ama milit er di era Orde Lama pada 1965. Ia kemudian mengkonsolidasi peran polit ik TNI dengan cara melemahkan part ai-part ai polit ik melalui upaya depolit isasi, yait u dengan menggulirkan gagasan " massa mengambang" . Belakangan konsolidasi ini semakin kukuh melalui kebijakan penyederhanaan part ai dan penerapan asas t unggal dan pemihakan TNI pada Golkar.

Penerapan dw ifungsi TNI versi Jenderal Soehart o it u t ak selalu didukung penuh oleh kalangan milit er. Pada akhir 1970-an, set elah t erjadi kerusuhan dalam pemilihan umum 1977, sekelompok perw ira senior Angkat an Darat meluncurkan " M akalah Seskoad" , yang pada int inya berpendapat bahw a peran polit ik milit er t erlalu berlebihan. Kelompok yang kemudian disebut Fosko it u menyerukan agar TNI kembali ke jalan yang murni dengan menjadikan dirinya di at as semua golongan.

Kelompok ini lebih mem ilih TNI berperan sepert i milit er Turki, yang t ak t erlibat kegiat an polit ik sehari-hari dan hanya bergerak bila konst it usi sekuler progresif peninggalan Kemal At at urk dianggap t erancam. Penglima ABRI saat it u, Jenderal Yusuf, bahkan t elah menyiapkan rencana menarik sekit ar 16 ribu personel TNI yang mendapat t ugas kekaryaan di berbagai inst it usi sipil kembali ke t ugas milit er. Namun pandangan yang kemudian didukung Jenderal Widodo, Kepala St af TNI-AD saat it u, dit epis oleh Jenderal Soehart o.

ht t p:/ / Semaraks.blogspot .com

Tepisan it u dilakukan amat nyaring ket ika Presiden Soehart o berpidat o di Pekanbaru pada M aret 1980. Jenderal Widodo digant i dan para jenderal purnaw iraw an yang memprot es pidat o di Pekanbaru dengan menandat angani Pet isi 50 pun dicekal, t ermasuk Jenderal Nasut ion. Para pendukung Jenderal Soehart o, yang oleh pakar w art aw an Aust ralia David Jenkins disebut kelompok pragmat is, kemudian membuat konsep t andingan yang dikenal sebagai " M akalah Hankam" .

Sejarah mencat at , konsep kelompok pragmat is ini yang kemudian dijalankan Presiden Soehart o. Bagi kalangan yang sinis, pelaksanaan konsep ini di lapangan sebenarnya amat mirip dengan konsep pendudukan milit er. Tent ara menjadi alat pemerint ahan Soehart o. M it ra sipil peran polit ik TNI adalah Golkar, yang oleh salah seorang t okohnya, Rahman Tolleng, disebut bukan part ai yang berkuasa (ruling part y) t api part ainya penguasa (ruler's part y). Dengan dukungan kuat TNI melalui jaringan t erit orial, t emasuk kekaryaan, Golkar pun t erus-menerus menang dalam pemilihan umum yang berlangsung set iap lima t ahun.

Jenderal Soehart o semakin ringan t angan dalam memanfaat kan milit er unt uk menjalankan t ugas nonmilit er. Operasi pem bersihan para preman yang dianggap mengganggu ketent eraman diberikan kepada t ent ara. Ribuan preman bert at o pun t ew as dit embak secara mist erius.

Kesibukan aparat milit er di berbagai bidang nonmilit er ini pada akhirnya bermuara pada menurunnya kemampuan profesional milit er TNI. Kecenderungan ini semakin buruk set elah pengaruh keluarga dan kroni Cendana m ulai merasuk ke sist em promosi di jajaran milit er. Jenderal L.B. M oerdani, seorang pendukung set ia dari kelompok pragmat is yang mencoba mengingat kan Jenderal Soehart o t ent ang bahaya pengaruh nepot isme, malah t erpent al dari posisinya sebagai Panglima ABRI.

M ilit er pun seolah menjadi lembaga kebal hukum dan ringan t angan dalam menggunakan kekerasan. Peningkat an ket erlibat an aparat milit er dalam berbagai kegiat an bisnis dan polit ik menyebabkan maraknya ant ipat i masyarakat t erhadap t ent ara. Perangkat perang TNI memang makin modern dan canggih t api pert aut an hat i dengan rakyat just ru merenggang.

Kerenggangan ini amat dirasakan oleh para perw ira muda, t erut ama yang t erlibat dalam berbagai operasi milit er di Timor Timur, Aceh, dan Papua. Posisi mereka seolah t erbalik dengan generasi 45. Para senior pendiri TNI melakukan perang gerilya bersama rakyat melaw an musuh dari luar yang lebih profesional secara milit er. Para perw ira muda penerus just ru memiliki perangkat milit er yang lengkap dan dilat ih secara profesional dan harus berhadapan dengan pemberont akan bersenjat a yang set idaknya didukung oleh sebagian rakyat set empat. Di lapangan mereka mulai paham bahw a pemberont akan- pemberont akan it u t erjadi karena penyelesaian polit ik t ak berjalan, bukan karena kegiat an musuh dari luar. Polit ik t ak jalan karena dom inasi milit er t erlalu kuat .

ht t p:/ / Semaraks.blogspot .com

Pandangan ini set idaknya diut arakan almarhum Jenderal Agus Wirahadikumah, yang mengat akan " ABRI mampu menjalankan apa pun kecuali di bidangnya sendiri" . Alumni Akabri angkat an 1973 ini t ak sendirian. It u sebabnya berbagai diskusi dilakukan para perw ira muda yang risau, bahkan angkat an 1973 pun akhirnya memut uskan menerbit kan pendapat mereka dalam sebuah buku. Salah sat u anggot anya, Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono, bahkan kemudian berperan akt if menyiapkan konsep paradigma baru TNI yang membaw a milit er akt if keluar dari kancah polit ik prakt is.

Pemberian gelar jenderal besar kepada Soehart o boleh jadi merupakan cara canggih para perw ira muda ini menyampaikan pesan mereka. Pangkat kehormat an t ert inggi TNI ini diberikan sekaligus kepada Jenderal Sudirman dan Jenderal Nasut ion, pelet ak dasar dan penggagas konsep peran m ilit er yang, menurut m ereka, t elah dilanggar oleh Soehart o.

Dan Jenderal Besar Soehart o kelihat annya menangkap pesan it u. Terbukt i, dalam acara hari ulang t ahun TNI pada 1997, ket ika Soehart o pert ama kali mengenakan bint ang lima di acara publik, ia mengat akan perlunya TNI bersikap " t ut w uri handayani" alias mengurangi dom inasinya di masyarakat .

Upaya ini t ernyat a t erlambat . Krisis ekonomi menerpa dan gelombang t sunami reformasi pun dat ang. Kali ini para pimpinan TNI membujuknya t urun agar pihak milit er t ak harus berhadapan dengan rakyat dan t enggelam bersama rezim Orde Baru. Soehart o akhirnya sepakat set elah panglima TNI berjanji melindungi keamanan dan harkat nya.

Janji it u t erbukt i dipegang TNI. Sampai sang Jenderal Besar dit urunkan ke liang lahat , Senin pekan lalu.

Dalam dokumen TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO (Halaman 139-142)