• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI TANJUNG ENU TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR

Dalam dokumen prosiding ekowisata lengkap ISBN (Halaman 65-68)

Determinan dan faktor pengarah

KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI TANJUNG ENU TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR

Yulianti Kalaba1), Lien Damayanti2)James Walalangi3)dan Erny Sirappa4) 1, 2 dan 4) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako

3) Staf Pengajar Program Studi Ilmu Budidaya Perikanan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako

E-mail:lien_damayanti@ymail.com ABSTRAK

Tanjung Enu merupakan obyek wisata unggulan di Kabupaten Donggala. Kawasan bahari Tanjung Enu memiliki sejumlah potensi pantai unggulan diantaranya terumbu karang, tanaman mangrove dan lamun yang memiliki daya tarik bagi wisatawan. Dampak positiftujuan wisata ini adalah peningkatan pendapatan daerah (PAD), dan aktifitas penyedia jasa usaha nelayan.Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak ekowisata bahari Tanjung Enu terhadap pendapatan masyarakat lokal pesisir Tanjung Enu. Penelitian menggunakan pendekatan model analisis pendapatan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa adanya ekowisata bahari Tanjung Enu secara signifikan meningkatkan pendapatan masyarakat secara langsung dari usaha penyedia sarana dan prasarana rekreasi,dan secara tidak langsung dari matapencaharian sebagai nelayan. Dampak positif lainnya adalahpemberdayaanmasyarakat perairan untuk mempertahankan manfaat hasil tangkapan danpeningkatan pendapatan.

Kata kunci:ekowisata bahari, Tanjung Enu, pendapatan dan masyarakat lokal pesisir. ABSTRACT

Tanjung Enu is a favourite tourism destination ini Donggala Regency. Coastal area of Tanjung Enu has a number of potential feature of beaches including coral reefs, mangroves and seagrass as attraction for tourists. The positive impact this area destination is an increasing local revenue (PAD), and the activity of general fishing service. This research aimed to study the impact of coastal ecotourism Tanjung Enu on income oflocal people. The study used income analysis approach. The results showed that the presence of coastal ecotourism Tanjung Enu significantly increase income of local people directly from businesses recreation facilities, and indirectly from livelihood as a fisherman. Another positive impact is a community empowerment to sustain the benefits of increased revenue. Keywords: coastal ecotourism, Tanjung Enu, income and local people.

Keywords:marine ecotourism, cape enu, income and local coastal communities. PENDAHULUAN

Ekowisata harus dibedakan dari wisata alam. Wisata alam, atau berbasis alam, mencakup setiap jenis wisata-wisata massal, wisata petualangan, ekowisata yang memanfaatkan sumber daya alam dalam bentuk yang masih lain dan alami, termasuk spesies, habitat, bentangan alam, pemandangan dan kehidupan air laut dan air tawar. Wisata alam adalah perjalanan wisata yang bertujuan untuk menikmati kehidupan liar atau daerah alami yang belum dikembangkan. Wisata alam mencakup banyak kegiatan, dari kegiatan menikmati pemandangan dan kehidupan liar yang relatif pasif, sampai kegiatan fisik seperti wisata petualangan yang sering mengandung resiko. Ekowisata menuntut persyaratan tambahan bagi pelestarian alam. Dengan demikian ekowisata adalah “Wisata alam berdampak ringan yang menyebabkan terpeliharanya spesies dan habitatnya secara langsung dengan peranannya dalam pelestarian dan atau secara tidak langsung dengan memberikan pandangan kepada masyarakat setempat, untuk membuat masyarakat setempat dapat menaruh nilai, dan melindungi wisata alam dan kehidupan lainnya sebagai sumber pendapatan (Goodwin, 1997:124)”.

Sumberdaya kelautan dengan aneka-ragam ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Potensi sumberdaya alam bahari dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat dengan tetap memperhatikan upaya konservasi dan rehabilitasinya. Sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai pelestarian alam dan sekaligus sebagai obyek wisata alam, adalah taman laut, pesisir-pantai, flora termasuk hutan, fauna, dan berbagai bentuk ekosistem khusus (Wahyudin, 2005).

Sulawesi Tengah memiliki potensi yang sangat besar berupa laut yang dapat dikembangkan menjadi ekowisata bahari. Potensi laut yang dimiliki salah satunya adalah luas perairan yang diperkirakan sekitar 3 (tiga) kali luas daratan yakni 193.923,75 km2 membentang sepanjang wilayah sebelah timur sejau Teluk Tolo dan Teluk Tomini dan sebelah barat adalah Selat Makassar dan sebagian Laut Sulawesi. Potensi perairan laut mengandung sumber penghasilan yang sangat besar berupa bahan makanan ikan dan tumbuhan laut. Potensi lestari perairan Laut Sulawesi Tengah diperkirakan sebesar 1.593.796 ton per tahun. Dengan potensi yang demikian besar Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah mengupayakan strategi pengelolaan kedalam 3 (tiga) zona, yang meliputi; (a) Zona I, terdiri dari Laut Sulawesi dan Selat Makassar yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Toli-Toli dan Kabupaten Buol, (b) Zona II, terdiri dari Perairan Teluk Tomini Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso dan Kabupaten Banggai, (c) Zona III, yang terdiri dari Perairan Teluk Tolo termasuk Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Morowali.

Salah satu Kabupaten di Sulawesi Tengah yang memiliki potensi tersebut adalah Kabupaten Donggala. Hampir seluruh wilayah Kabupaten Donggala merupakan daerah

pesisir laut dengan pantai berpasir putih yang berada di sekitar mulut Teluk Tomini dan perairan pantai Selat Makassar. Salah satu diantaranya adalah Pesisir Tanjung Enu yang memiliki kekayaan sumberdaya perairan yang sangat baik dan sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi ekowisata bahari. Selain itu Tanjung Enu memiliki kekayaan perairan berupa terumbu karang, lamun, hutan mangrove dan berbagai macam jenis ikan yang dapat menjadi salah satu andalan yang dapat ditonjolkan kepada setiap orang yang akan berkunjung.

Ekosistem terumbu karang yang ada di Tanjung Enu saat ini juga dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Wisata merupakan perjalanan ke suatu tempat untuk sementara waktu guna untuk memenuhi keinginan dan kepuasan diri (Adi et al.,2013). Menurut Fandeli (2001) wisata adalah perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Namun, kegiatan wisata yang tidak bersifat konservatif dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang menjadi obyek wisata tersebut. Untuk itu perlu adanya suatu bentuk wisata yang berbasis pada kelestarian lingkungan dan sosial budaya masyarakat atau dikenal dengan ekowisata bahari.

Ekowisata bahari merupakan bentuk pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi (Ketjulan, 2011). Konsep ekowisata tidak mengedepankan faktor pertumbuhan ekonomi, melainkan menjaga keseimbangan antara kegiatan pemanfaatan dan kelestarian sumber daya (Yulianda, 2007). Lebih lanjut Latupapua (2008) mengatakan bahwa Ekowisata merupakan konsep dan istilah yang menghubungkan pariwisata dengan konservasi. Ekowisata sering dipahami sebagai pariwisata berwawasan lingkungan, jenis wisata ini merupakan salah satu bentuk pariwisata alternatif yang menonjolkan tanggungjawab terhadap lingkungan. Adanya pengembangan ekowisata bahari di Tanjung Enu diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal pesisir Tanjung Enu. Wisata bahari Tanjung Enu merupakan obyek wisata bahari yang telah lama dikembangkan namun dalam pengembangannya belum tersentuh oleh pemerintah setempat sehingga tidak mengalami perkembangan yang begitu signifikan. Jika dilihat dari banyaknya frekuensi wisatawan yang berkunjung yang menyebabkan usaha masyarakat lokal mengalami penurunan, untuk itu diperlukan penelitian kajian ini sehingga dapat memberikan gambaran kepada masyarakat untuk dapat lebih meningkatkan inovasi-inovasi dalam menciptakan ketertarikan wisatawan untuk berkunjung sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan juga kepada steakholder untuk lebih dapat memusatkan perhatian demi pengembangan ekowisata bahari di Tanjung Enu.

Upaya menempatkan masyarakat tidak hanya sebagai obyek tetapi menjadikan subyek dalam pembangunan akan berdampak pada manfaat yang diterima dan dirasakan oleh masyarakat dari kegiatan pembangunan tersebut. Hal ini dikarenakan keberhasilan suatu pembangunan dapat diukur dari semakin besarnya manfaat yang diterima oleh masyarakat,

baik manfaat secara ekonomi maupun sosial. Potensi sumber daya yang ada demikian besar memungkinkan masyarakat sekitar untuk lebih meningkatkan kesejahteraannya. Pola pikir masyarakat pesisir umumnya sangat sederhana, didominasi oleh bagaimana cara untuk bertahan hidup, bagaimana usaha penangkapan ikan ke laut untuk mendapatkan hasil yang banyak. Kehidupan yang turun temurun juga dipandang terus menerus dilestarikan dari generasi ke generasi. Hal ini secara tidak langsung mengakibatkan keadaan keluarga nelayan seolah-olah berada dalam lingkaran kemiskinan yang tidak habis-habisnya. Hal ini berimplikasi pada keadaan kesejahteraan keluarga nelayan tersebut (Pendid, 2003).

Melihat kondisi tersebut, masyarakat perlu mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada untuk meningkatkan kapasitasnya agar dapat memperoleh tambahan pendapatan. Pekerjaan untuk memperoleh tambahan pendapatan tersebut misalnya dengan memanfaatkan potensi obyek wisata seperti berdagang makanan/ikan, menjual souvenir, menyewakan perahu, menyewakan penginapan, dan lain-lain di lokasi wisata (Sulaksmi, 2007). Dengan demikian secara langsung telah memanfaatkan potensi dari obyek wisata di Tanjung Enu. Sumber penghasilan tambahan ini harus bisa digarap secara bertahap dan terus menerus.

Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang dapat dikemukakan adalah:

1. Berapa besar pendapatan masyarakat lokal pesisir Tanjung Enu dari adanya pengembangan ekowisata bahari Tanjung Enu

2. Bagaimana kondisi serta potensi daerah kajian dalam pengembangan kawasan ekowisata bahari Tanjung Enu.

Berdasarkan permasalahan di atas dapat dikemukakan tujuan dipublikasikannya hasil pemikiran ini adalah: diketahuinya pendapatan yang diperoleh masyarakat lokal pesisir Tanjung Enu dari adanya pengembangan ekowisata bahari Tanjung Enu dan diketahuinya kondisi serta potensi daerah kajian dalam pengembangan ekowisata bahari Tanjung Enu, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk lebih mengembangkan ekowisata bahari Tanjung Enu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal pesisir Tanjung Enu.

Dalam dokumen prosiding ekowisata lengkap ISBN (Halaman 65-68)