• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONSTELASI KOMODITAS DAN BUDAYA KONSUMS

2) Kapital Modal

Pinang sebagai sebuah komoditas menggurita pada sendi-sendi perekonomian yang berpotensi menggerakkan dinamika – forum publik – kultur keseharian masyarakat Papua. Komoditas pinang berkonstelasi dengan sistem kapital modal; produksi, distribusi, serta budaya

20

Dokumen pribadi penulis. 21

konsumsinya. Oleh karena itu mobilitas budaya konsumsi pinang berada dalam ranah serta dinamika kehidupan sosial-ekonomi dan budaya pada ruang publik kota Manokwari. Penghayatan kultur memberi celah bagi pemilik modal (capital) untuk mengembangkan investasinya dengan profit

yang menjanjikan.

a. Nilai Ekonomis Komoditi Pinang

Pinang merupakan komoditi ekonomi yang dalam mobilitas pasar lokal mampu merambah lintas pasar regional, mendominasi pasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumennya di Papua. Dinas Perdagangan dan UMKM Kabupaten Manokwari berharap dengan komoditas ini akan mampu menyokong usaha mama-mama penjual pinang dalam usaha memperkuat ketahanan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangganya.

Dengan asumsi perhitungan yang didasarkan pada jumlah modal serta jumlah penjual pinang di sekitar Kota Manokwari, komoditi pinang mempunyai omset sekitar Rp. 6.993.000.000,00/bulannya. Angka ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut: 1.554 (jumlah lapak penjual pinang) X Rp. 150.000,00.(rata-rata modal usaha)22X 1 bulan (30 hari) = Rp. 6.993.000.000,00. /bulan, atau berkisar Rp.

22

Dari hasil perolehan data lapangan rata-rata modal jual mama-mama penjual pinangsekitar Rp. 150.000,00./lapak.

233.100.000,00./hari. Nilai ekonomis komoditi ini prospeknya menjanjikan bagi para pelaku dagang (pemodal) yang berkiprah di sekitar dinamika kehidupan warga yang memiliki budaya konsumsi pinang.

Gambar 14.Pinang kering (gebe) di Pasar Sanggeng Manokwari.23

Untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar, pemilik modal besar memposisikan sebagai agent distributor dengan mendatangkan komoditi pinang buah dan kering dari luar wilayah Manokwari, seperti pinang buah dari Jayapura, dan pinang kering dari Padang Sumatra Barat, Surabaya, Makassar serta Ternate.

Dalam siaran pagi hari Rabu (09/09/2015), pada Stasiun Televisi lokal Tasindo Manokwari memberikan ulasan singkat tentang

23

terjadimya kenaikan harga untuk komoditi pinang kering dan pinang buah pada sejumlah pasar di Manokwari. Seorang penjual pinang kering (Mansyur) menjelaskan bahwa sejak September 2015 harga pinang kering telah mencapai Rp.90.000,00./kilo gramnya, sedangkan harga per karung yang sebelumnya berkisar Rp.4.800.000.00 melonjak hingga Rp.7.800.000,00. Kenaikan (sekitar Rp. 3.000.000,00./karung) ini menyesuaikan dengan harga distributor yang berasal dari Padang Sumatra Barat.

Sedangkan untuk pinang buah telah mengalami kenaikan sebulan lebih dahulu dibandingkan kenaikan harga pinang kering. Menurut seorang penjual pinang buah (Solfince Romsumbre), sebelum terjadi kenaikan harga per karung sekitar Rp.200.000,00. - Rp.300.000,00 namun sekarang menjadi berkisar antara Rp.500.000,00 hingga Rp.600.000,00.

Selain komoditi pinang, di Manokwari juga beredar minuman keras (beralkohol) dan rokok yang menempati posisi penting dalam daftar kebutuhan sebagian warga masyarakat, ketiganya memiliki nilai ekonomis. Pinang dan rokok merupakan komoditas legal, sedangkan minuman keras sekalipun dilarang oleh pemerintah daerah setempat hingga kini tidak dapat dibendung peredarannya. Perda pelarangan jual beli miras serta peringatan bahaya merokok tidak mampu

membendung keikutsertaanya dalam dinamika sosial, ekonomi, dan budaya dalam warga masyarakat Manokwari.

Sebagai bahan perbandingan kelajuan prospeksi komoditas pinang dan rokok di sekitaran Kota Manokwari. Dari penuturan pimpinan

agent dan distributor rokok24 Ong King Sioe dari CV. Sinar Surya Mandiri (SSM) Manokwari, memberikan informasi dan perhitungan prospek kasar rata-rata nilai omset rokok pada setiap bulannya sekitar Rp.800.000.000,00./bulan25untuk merek rokok Gudang Garam. Masih ada dua (2) distributor (untuk merek lain), yang jika dihitung berdasarkan nilai omset sama dengan CV. SSM, maka akan memperoleh angka sekitar Rp. 2.400.000.000,00./bulannya. Sedangkan

untuk komoditas pinang yang beromset sebesar Rp.

6.993.000.000,00./bulan, atau mendekati 300% lebih tinggi dibanding nilai komoditas rokok. Oleh karena itu disamping memiliki fungsi guna dalam aspek kultur dan sosial, pinang juga mempunyai nilai komoditas cukupsignificant dalam sektor ekonomi bagi masyarakat di Papua.

24

1 dari 3 Agen dan Distributor Rokok di Manokwari 25

Asumsi kasar: Rp. 800.000.000,00. x 3 agen distributor = Rp. 2.400.000.000,00. /bulan, sedangkan untuk omset komoditi pinang ada sekitar 1.554 lapak penjual pinang x Rp. 150.000,00. x (30 hari) = Rp. 6.993.000.000,00./bulan, atau berkisar Rp. 233.100.000,00./hari beredar di sekitar Kota Manokwari.

b. Budidaya Tanaman Pinang

Komoditi pinang mempunyai posisi yang sangat strategis dalam bagian dan upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan kehidupan sosial budaya, serta prospeksi ekonomi pasar dalam ruang publik sekitar Kota Manokwari. Semakin tingginya permintaan pasar untuk komoditas buah pinang menjadi sebuah prospeksi yang telah direspon dengan kebangkitan daya ekonomi kreatif dari sebagian masyarakat yang telah ikut serta dalam meningkatkan kuantitas komoditi ini melalui penggalakan penanaman pohon pinang. Masyarakat berupaya melakukan swaproduksi, sehingga akan mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar.

Gambar 15. Tanaman pohon pinang mengitari rumah seorang warga

di Kampung Maripi – Distrik Manokwari Selatan.26

26

Dewasa ini tanaman pohon pinang masuk dalam kategori tanaman rumah tangga, dimana satu atau lebih anggota dalam suatu rumah tangga mengelola usaha perkebunan pohon pinang dengan tujuan untuk sebagian atau seluruh hasilnya dapat dijual, baik sebagai usaha milik sendiri, bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, termasuk dalam hal ini adalah usaha jasa perkebunan.

Berdasarkan hasil Sensus Pertanian Kabupaten Manokwari tahun 2013; tanaman ini mencapai 33,40% (sekitar 42.210 pohon)27 tumbuh di sekitar kota Manokwari dari keseluruhan budidaya tanaman Pinang yang ada di seantero Kabupaten Manokwari.28

Budidaya tanaman pohon pinang menempati pada peringkat ke-3 dari 5 jenis tanaman produksi yang sedang dibudidayakan di Kabupaten Manokwari. Kakao/Coklat : 4,68 juta pohon (konsentrasi di Distrik Ransiki dan Oransbari), Kelapa Sawit : 0,67 juta pohon (konsentrasi di Distrik Masni dan Prafi), Pinang : 0,13 juta / 126.378 pohon (konsentrasi di Distrik Ransiki dan Manokwari Barat), Kelapa :

27

Berdasarkan jenis tanaman yang diusahakan oleh sejumlah rumah tangga di Kab. Manokwari ada 2.294 KK (29 Distrik). 687 KK (ada di sekitar Kota Manokwari dalam 3 distrik), selebihnya ada 1.607 KK berada dalam 27 distrik lainnya.

28

126.378. pohon (0,13 juta), sebagian besar ditanam di Distrik Ransiki dan Distrik Manokwari Barat. Perincian 26,70% : 33.738 pohon belum produktif, 54,16% : 68.435 pohon sedang dalam masa produktif, 19,14% : 24.204 pohon sudah tidak produktif lagi.

0,08 juta pohon (di Distrik Sidey), dan Cengkeh : 0,02 juta pohon (di Distrik Ransiki).29

c. Menejerial Mama-Mama Penjual Pinang

Sekitar dua dasawarsa,30 mengikuti situasi dan perkembangan warga masyarakat Manokwari, dengan proses pertumbuhan dan perubahan sektor struktur, infrastruktur, mobilitas ekonomi serta migrasi, menjadikan penulis mempunyai kesempatan mendapatkan akses informasi tentang budaya mengkonsumsi pinang dari warga masyarakat setempat. Kesempatan tersebut memberi peluang untuk mendapatkan informasi, data-data, serta elemen yang terlibat dalam keseharian hidup warga masyarakat kota Manokwari.

Mengkonsumsi buah pinang mempunyai fungsi dalam relasi sosial, budaya, medis (kesehatan dan pengobatan), serta menjadi sebuah bentuk seni pergaulan. Dengan makan pinang bersama dapat menjalin dan memelihara keakraban persaudaraan, sehingga akan lebih banyak mempunyai teman, menguatkan tali kasih persaudaraan dan bahkan akan mempermudah dalam upaya penyelesaian kasus-kasus persengketaan, perselisihan / kesalahpahaman, karena dengan

29

Diolah berdasarkan Publikasi Sensus Pertanian 2013, oleh BPS Kabupaten Manokwari Tahun 2014. 30

menawarkan kakes31 akan lebih memudahkan terjadinya proses saling memaafkan sehingga terbangun semangat persaudaraan / kekerabatan kembali.

Dahulu mengkonsumsi pinang dilakukan hanya oleh orang-orang tua yang sedang berkepentingan dalam ritual adat serta pertemun tetua adat, namun dewasa ini mengkonsumsi pinang telah dilakukan oleh masyarakat pada umumnya, bahkan juga oleh anak-anak kecil. Sebagaimana pengalaman seorang gadis kecil bernama Silfin (Kelas 5 Sekolah Dasar) dan temannya Oah Kumanireng (Kelas 4 Sekolah Dasar), yang sudah terbiasa ngobrol bersama teman-temanya sambil mengkonsumsi pinang; “Saya tiap hari makan pinang”. Oah mengaku bahwa “Makan pinang paling enak bersama teman-teman,”32 walau mamanya tidak mengijikan, Oah mengkonsumsi tak kurang dari 10 biji per harinya.

Dalam potret keseharian di Papua, sangat mudah menemukan orang sedang membawa pinang buah/pinang kering, batang sirih serta kapur dalam saku, noken, atau tas (kresek) kemana sedang pergi dan berada. Dengan ‘bawaannya’ tersebut baginya akan mudah menjalin

31

Sebutankakes, dipahami sebagai sajian dalam adat budaya orang Papua, berisikan pinang buah dan pinang kering (gebe), bunga sirih, dan kapur. Kakes menjadi simbol kesatuan yang menjadikan tali kasih persaudaraan menjadi semakin erat.

32

komunikasi dan merayakankehidupan bersama dengan kaum kerabat, teman, mau pun orang lain yang baru saja dikenalnya.

Menurut Bapak Pieter Rante,33 komoditas pinang dalam masyarakat Papua mempunyai posisi sangat penting dan strategis:

Pinang itu lebih kuat kedudukannya dibanding rokok. Orang lapar tidak mencari rokok, namun di sini banyak orang lapar justru mencari pinang untuk dimakan. … pinang bagi warga masyarakat di sini sama dengan makanan pokok. Rokok masih bisa ditahan, namun berbeda dengan pinang yang selalu harus segera ada.”

Dengan mengkonsumsi pinang dapat memberi stamina bagi kesehatan tubuh agar bisa beraktivitas dalam keseharian. Hal tersebut diungkapkan oleh Mama Petronela Kawer (54); bahwa kebiasaan makan pinang telah dilakukannya sejak masih muda, dengan mengkonsumsi pinang akan mengembalikan stamina badan. Setelah bekerja seharian merasa capek dan keluar keringat banyak, sambil istirahat ia akan makan pinang untuk memperoleh tenaga dan kesegaran, sehingga bisa bekerja kembali.34

Material pinang menjadi komoditas andalan bagi agent distributor (kapital modal), yang juga memberi kesempatan bertumbuh

33

Kasubid Tata Ruang Bappeda Kabupaten Manokwari.Wawancara 15 September 2015. 34

kembangnya ekonomi kerakyatan bagi mama-mama Papua untuk menjadi pengecer pinang; seperti di pasar, di perkampungan, di lorong- lorong hunian, pinggir-pinggir jalan sepanjang kota, atau pun di sekitar tempat-tempat hunian yang diharapkan dapat menyokong ekonomi keluarga.

Gambar 16. Mama-mama penjual Pinang buah

di pelataran depan deretanWarung MakanPasar Sanggeng Manokwari.35

Keadaan tersebut ditandaskan juga oleh Aprila R.A. Wayar dalam tulisannya berjudul Menunggu Peran Perempuan dalam Mengentas Kemiskinan:

Dalam konteks Papua, sebagian besar roda perekonomian saat ini justru dipegang oleh para pendantang atau non-Papua. Sedangkan masyarakat Adat Papua banyak dijumpai di meja pinang. Para

35

penjualnya pun mayoritas perempuan, yang lazim disebut Mama-Mama Papua.”36

Dalam situasi tersebut masyarakat asli Papua mendapatkan keuntungan imbas (trickle down effect) ‘sedikit’ dari mobilitas sistem ekonomi pasar yang beroperasi pada ruang publik (kampung) mereka.

Menurut Pater Anton Tromp, penjualnya hampir semua adalahibu- ibu.37 Mereka memperoleh bahan dari kebun sendiri, atau membeli di Pasar Sanggeng dan Pasar Wosi, kemudian mengecerkannya di pondok-pondok jualan yang mereka buat. Tromp berpendapat bahwa; “menjadi kaya karena menjual pinang saya kira tidak”, karena mereka menjual Sirih Pinang tanpa memperhitungkan ongkos produksi dan jasanya, sehingga nilai ekonomisnya belum tentu bisa mencukupi kebutuhan keluarga.

Materi buah pinang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat di Papua, oleh karenanya diperlukan ketersediaan (ready stock) agar tetap dalam keadaan stabil, tidak terjadi kekurangan atau kekosongan stock. Namun dalam kenyataan pasar beberapa kali terjadi terbatasan bahan, sehingga harus mengatasinya dengan mendatangkan pinang buah segar dari Sentani Jayapura. Keadaan ini akan menaikkan harga beli

36

I Ngurah Suryawan (ed.). 2011. NARASI SEJARAH SOSIAL PAPUA. Bangkit dan Memimpin Dirinya Sendiri. Malang: Intrans Publishing. hlm. 207.

37

masyarakat konsumer. Tingginya permintaan menjadi sebuah indikator adanya kebutuhan pada hampir seluruh lini sektor ekonomi pasar (jalinan produksi, distribusi, dan konsumer) dari kota hingga ke pelosok-pelosok perkampungan.