• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA-KATA KERJA

Dalam dokumen ANDA DAPAT MEMAHAMI ALKITAB: (Halaman 141-146)

Susunan kata yang normal yang diharapkan adalah KATA KERJA, KATA GANTI, SUBYEK (dengan perubah), OBYEK (dengan perubah). KATA KERJA dasar yang tak ditandai adalah bentuk Qal, PERFECT, JANTAN, TUNGGAL. Ini adalah bagaimana kamus bahasa Ibrani dan Aram disusun.

KATA-KATA KERJA diinfleksikan untuk menunjukkan 1. jumlah—tunggal, jamak, ganda

2. jenis—jantan dan betina (tak ada netral)

3. modus—indikatif, subjunktif, imperatif (dengan analogi kepada bahasa-bahasa barat modern, hubungan dari tindakan dengan kenyataan)

4. bentuk kalimat (aspek)

a. Bentuk PERFECT, yang menyatakan selesai dalam pengertian awal, kelanjutan, dan penyelesaian dari suatu tindakan. Biasanya bentuk ini digunakan untuk tindakan di masa lalu, hal yang telah terjadi.

J. Wash Watts, Suatu Survei Sintaksis dalam Perjanjian Lama Ibrani, berkata “Keseluruhan tunggal yang dijelaskan dengan suatu perfect juga di anggap sebagai pasti. Sebuah bentuk imperfect bisa menggambarkan suatu status kemungkinan atau diingini atau diharapkan, namun suatu bentuk perfect memandangnya sebagai aktual, nyata, dan yakin” (hal. 36).

S. R. Driver, Suatu Risalah mengenai Penggunaan Bentuk-bentuk Kalimat dalam

Bahasa Ibrani, menjelaskannya sebagai:

“Bentuk perfect digunakan untuk mengindikasikan tindakan-tindakan yang penyelesaiannya memang terletak di masa depan, namun dianggap sebagai berketergantungan pada suatu determinasi kehendak yang tak dapat digantikan, hingga bisa dikatakan seolah-olah telah terjadi: Jadi, suatu resolusi, janji, atau dekrit khususnya yang bersifat Illahi, sering diumumkan dalam bentuk kalimat perfect ini” (hal. 17, mis, Bentuk perfect profetik).

Robert B. Chisholm, Jr. Dari Eksegesis kepada Eksposisi, mendefinisikan bentuk kata kerja ini dengan cara ini:

“. . .memandang suatu situasi dari luar, sebagai suatu kesatuan. Sebagaimana ini menyatakan suatu fakta yang sederhana, apakah itu suatu tindakan atau status (termasuk status keberadaan atau pemikiran). Ketika digunakan untuk tindakan, bentuk kata ini sering memandang tidakan tersebut sebagai selesai dari sudut pandang retoris dari si pembicara atau si narator (apakah ini benar-benar selesai atau tidak secara kenyataan bukan permasalahan). Bentuk perfect bisa berkenaan dengan suatu tindakan/status di masa lalu, sekarang, atau masa depan. Sebagaimana di catat di atas, kurun waktu, yang mempengaruhi bagaimana seseorang menterjemahkan bentuk sempurna ke dalam suatu bahasa yang berorientasi pada bentuk kalimat seperti bahasa Inggris, harus di tentukan dari konteksnya” (hal. 86).

142

berlangsung (belum selesai, berulang, berlanjut, atau berketergantungan), sering merupakan pergerakan menuju suatu sasaran. Biasanya bentuk ini digunakan untuk tindakan di Masa Kini dan Masa Depan.

J. Wash Watts, Suatu Survei Sintaksis dalam Perjanjian Lama Ibrani, berkata “Semua bentuk IMPERFECT mewakili status yang tidak lengkap. Bisa berulang atau berkembang atau berketergantungan. Dengan kata lain, atau telah berkembang sebagian, atau dipastikan sebagian. Dalam segala hal bentuk ini bersifat sebagian dalam beberapa pengertian, yaitu, belum lengkap” (hal. 55).

Robert B. Chisholm, Jr. Dari Eksegesis kepada Eksposisi, berkata

“Sukarlah untuk mengurangi hakikat dari bentuk imperfect menjadi suatu konsep tunggal, karena meliputi baik aspek maupun modusnya. Kadang-kadang bentuk imperfect ini digunakan dalam suatu cara indikatif dan membuat suatu pernyataan yang obyektif. Di kesempatan yang lain bentuk ini memandang suatu tindakan secara lebih subyektif, yaitu sebagai bersifat hipotetis, berketergantungan, kemungkinan, dan selanjutnya” (p. 89).

c. Tambahan waw, yang mengaitkan KATA KERJA dengan tindakan dari KATA(-KATA) KERJA terdahulu.

d. IMPERATIF, didasarkan atas kemauan si pembicara dan kemungkinan tindakan oleh si pendengar.

e. Dalam Bahasa Ibrani kuno hanya konteks yang lebih besar yang bisa menentukan orientasi-orientasi waktu yang dimaksudkan oleh si penulis.

B. Tujuh bentuk terinfleksi utama dan arti-arti dasarnya. Dalam kenyataannya bentuk-bentuk ini bekerja sama satu sama lain dalam satu konteks dan tidak bolah di sendirikan.

1.Qal (Kal), bentuk paling lazim dan mendasar dari semuanya. Bentuk ini menyatakan tindakan datau status keberadaan yang sederhana. Tidak ada isyarat sebab akibat maupun kekhususan.

2.Niphal, bentuk palng lazim kedua. Biasanya berbentuk PASIF, namun bentuk ini juga berfungsi sebagai timbal-balik dan refleksif. Bentuk ini juga tidak mengisyaratkan adanya sebab-akibat atau kekhususan.

3.Piel, bentuk ini bersifat aktif dan menyatakan proses dari tindakan menjadi suatu status keberadaan. Arti dasar dari akar kata Qal dikembangkan atau diperluas menjadi suatu status keberadaan.

4.Pual, ini bersifat PASIF pasangan dari Piel. Sering dinyatakan dengan suatu PARTICIPLE.

5.Hithpael, yang merupakan akar kata refleksif atau timbal balik. Bentuk ini menyatakan tindakan berulang dan berkelanjutan menuju ke akar kata

Piel. Bentuk PASIF nya yang langka disebut Hothpael.

6. Hiphil, bentuk aktif dari akar kata sebab-akibat sebagai kontras dari Piel. Bentuk ini bisa mempunyai suatu aspek yang serba membolehkan, namun biasanya menunjuk pada sebab dari suatu peristiwa. Ernst Jenni, seorang Jerman ahli tata bahasa Ibrani, percaya bahwa Piel menyatakan sesuatu yang akan menjadi suatu status keberadaan, sementara Hiphil menuunjukkan bagaimana terjadinya hal itu.

143

7.Hophal, bentuk PASIFnya yaitu pasangan dari Hiphil. Ke dua akar kata terakhir ini adalah yang paling jarang di gunakan dari tujuh akar kata ini. Kebanyakan dari informasi ini berasal dari Suatu Pengantar kepada Sintaksis Bahasa

Ibrani Alkitab, oleh Bruce K. Waltke dan M. O’Connor, hal. 343-452.

Bagan pelaku dan penyebab. Satu kunci dalam memahami sistem KATA KERJA Ibrani adalah melihatnya sebagai suatu pola hubungan-hubungan RAGAM KETETABAHASAAN. Beberapa akar kata merupakan kontras dari akar kata lain (yaitu,

Qal - Niphal; Piel - Hiphil)

Bagan di bawah ini mencoba untuk memvisualisasikan fungsi dasar dari akar-akar KATA KERJA nya dalam sebab-akibat.

RAGAM atau Subyek Tanpa Pelaku Kedua Suatu Pelaku Kedua

Aktif Suatu Pelaku Kedua Pasif

AKTIF Qal Hiphil Piel

PASIF TENGAH Niphal Hophal Pual

REFLEKSIF/ TIMBAL-BALIK

Niphal Hiphil Hithpael

Bahan ini di ambil dari diskusi yang sangat bagus mengenai sistem KATA KERJA atas dasar penelitian Akkadia yang baru (lih. Bruce K. Waltke, M. O’Conner, Suatu Pengantar

kepada Sintaksis Bahasa Ibrani Alkitab, hal.354-359).

R. H. Kennett, Suatu Catatan Singkat mengenai Bentuk-bentuk Kalimat Ibrani, telah menyediakan suatu peringatan yang diperlikan.

“Saya telah secara umum mendapati dalam pengajaran, bahwa kesulitan utama seorang murid dalam kata kerja Ibrani adalah untuk memahami arti menurut pemahaman orang Ibrani sendiri; yang dapat dikatakan, ada suatu kecenderungan untuk memberikan sebagai persamaan kepada setiap Bentuk Kalimat Ibrani sejumlah tertentu bentuk bahasa Latin atau Inggris yang dengannya Bentuk Kalimat tersebut bisa secara umum diterjemahkan. Hasilnya adalah kegagalan untuk mempersepsikan banyak dari nuansa halus dari makna ini, yang memberikan suatu kehidupan dan semangat pada bahasa Perjanjian Lama ini.

Kesulitan dalam penggunaan dari kata kerja Ibrani terletak sepenuhnya pada sudut pandang, yang sedemikian berbeda secara absolut dengan yang kita miliki, dari mana bahasa Ibrani memandang suatu kegiatan; waktu, yang bagi kita adalah pertimbangan pertama, sebagaimana ditunjukkan dalam kata “bentuk kalimat” itu sendiri, bagi mereka adalah urusan yang kepentingannya nomor dua. Oleh karena itu sangatlah hakiki bahwa para murid harus memahami secara jelas, bukan kebanyakan bentuk-bentuk Latin atau Inggris yang bisa digunakan dalam menterjemahkan setiap bentuk kalimat Ibrani, namun aspek dari tiap tindakan, sebagaimana dipresentasikan sendiri kepada suatu pemahaman orang Ibrani.

Nama ‘bentuk kalimat’ sebagaimana diterapkan pada kata kerja Ibrani sifatnya menyesatkan. Apa yang disebut sebagai ‘bentuk kalimat’ Ibrani tidak

144

menyatakan waktu melainkan hanya status dari suatu tindakan. Sungguh seandainya penerapan istilah ‘status’ kepada baik kata benda dan kata kerja tidak akan menimbulkan kebingungan, ‘status’ akan merupakan sebutan yang jauh lebih baik daripada ‘bentuk kalimat (tenses)’. Haruslah selalu diingat bahwa adalah mustahil untuk menterjemahkan suatu kata kerja Ibrani ke dalam Bahasa Inggris tanpa menggunakan suatu pembatasan (yaitu waktu) yang tidak ada sama sekali dalam bahasa Ibrani. Bahasa Ibran kuno tak pernah memikirkan suatu tindakan sebagai lampau, sekarang, atau masa depan, namun secara sederhana sebagai sempurna, yaitu, lengkap/selesai, atau tidak sempurna, yaitu, sebagaimana dalam perkembangan. Bila kita mengatakan bahwa suatu bentuk kalimat Ibrani tertentu sesuai dengan suatu bentuk Sempurna, Jamak Sempurna, atau Masa Depan dalam bahasa Inggris, kita tidak mengartikan bahwa orang Ibrani memikirkannya sebagai Sempurna, Jamak Sempurna, atau Masa Depan, melainkan hanyalah karena bentuk ini harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Bahasa Ibrani tidak berupaya untuk menyatakan waktu dari suatu tindakan dengan menggunakan bentuk-bentuk kata kerja apapun.” (kata pengantar dan hal.1).

Untuk suatu peringatan bagus yang kedua, karya Sue Groom, Analisis Kebahasaan dari

Bahasa Ibrani Alkitab, mengigatkan kita,,

“Tak ada cara untuk mengetahui apakah rekonstruksi bidang-bidang semantik dan hubungan-hubungan pengertian dalam suatu bahasa kuno yang telah mati hanyalah merupakan suatu cerminan dari intuisi mereka sendiri, atau bahasa ibu mereka sendiri, atau apakah biang-bidang tersebut ada dalam Bahasa Ibrani Klasik” (hal. 128).

C. Modus (yang hanyalah merupakan analogi yang ditarik dari bahasa-bahasa barat modern) 1. Sesuatu terjadi, sedang terjadi (INDIKATIF), biasanya menggunakan PERFECT

tense atau PARTICIPLE (semua PARTICIPLE bersifat INDIKATIF). 2. Sesuatu akan terjadi, bisa terjadi (SUBJUNKTIF)

a. menggunakan suatu bentuk IMPERFECT yang ditandai

(1) COHORTATIVE (ditambah h), bentuk IMPERFECT orang pertama yang umumnya menyatakan suatu pengharapan, suatu permohonan, atau dorongan pribadi (yaitu, tindakan-tindakan yang diinginkan si pembicara)

(2) JUSSIVE (perubahan internal), IMPERFECT orang ketiga (dapat juga orang kedua dalam kalimat-kalimat negatif) yang umumnya menyatakan suatu permohonan, suatu ijin, suatu peringatan, atau nasehat

b. menggunakan suatu bentuk PERFECT dengan lu atau lule

Pengembangan-pengembangan ini mirip dengan kalimat SECOND CLASS CONDITIONAL dalam Bahasa Yunani Koine. Suatu pernyataan yang salah (protasis) menghasilkan suatu kesimpulan yang salah (apodosis).

c. menggunakan sebuah bentuk IMPERFECT dan lu

Konteks dan lu, dan juga suatu orientasi masa depan, menandai penggunaan SUBJUNKTIF ini. Beberapa conoth dari J. Wash Watts, Sebuah Survei mengenai

Sintaksis dalam Perjanjian Lama Ibrani adalah Kej 13:16; Ul 1:12; I Raj 13:8;

145

D. Waw - Konversif/konsekutif/relatif. Ciri sintaksis unik dari bahasa Ibrani (Kanaan) ini telah menyebabkan kebingungan yang besar selama bertahun-tahun. Ini digunakan dalam suatu ragam cara yang sering berdasarkan pada jenis tulisan. Alasan dari kesimpulan ini adalah bahwa para ahli mula-mula adalah orang-orang Eropa dan mencoba untuk menafsirkan atas dasar bahasa-bahasa ibu mereka sendiri. Ketika ini terbukti sukar mereka menyalahkan permasalahan pada bahasa Ibrani sebagai bahasa yang dianggap kuno dan kolot. Bahasa-bahasa Eropa adalah KATA-KATA KERJA yang berdasarkan BENTUK KALIMAT (Waktu). Beberapa dari variasi dan implikasi-implikasi ketatabahasaan yang ditentukan oleh huruf WAW ditambahkan pada akar KATA KERJA PERFECT atau IMPERFECT. Ini merubah cara suatu tindakan di pandang.

1. Dalam gaya cerita kesejarahan KATA KERJAnya terkait dalam suatu rantai dengan suatu pola baku.

2. Awalan waw menunjukkan suatu hubungan yang khusus dengan KATA-KATA KERJA terdahulu.

3. Konteks yang lebih luas selalu merupakan kunci untuk memahami rantai KATA KERJA. KATA-KATA KERJA Semitik tak dapat dianalisis dalam suati isolasi.

J. Wash Watts, Suatu Survei Sintaksis dalam Perjanjian Lama Ibrani, mencatat perbedaan dari bahasa Ibrani dalam penggunaannya akan waw sebelum PERFECT dan IMPERFECT (hal. 52-53). Sebagaimana ide dasar dari PERFECT adalah lampau, penambahan waw sering memproyeksikannya kedalam suatu aspek waktu yang akan datang. Ini juga benar mengenai IMPERFECT yang ide dasarnya ialah maa kini atau masa yang akan datang; penambahan waw menempatkannya ke dalam masa lampau. Pergeseran waktu yang tidak biasa inilah yang menerangkan penambahan waw, bukannya suatu perubahan dalam arti dasar dari kalimat itu sendiri. Bentuk PERFECT waw bekerja baik dengan nubuatan, sementara IMPERFECT waw bekerja baik dengan gaya cerita (hal. 54, 68).

Watts melanjutkan definisinya,

“Sebagai suatu perbedaan mendasar antara kata penghubung waw dan kata berurutan waw, penafsiran berikut ditawarkan:

1. kata penghubung waw nampaknya selalu megindikasikan suatu paralel.

2. kata berurtan waw nampaknya selalu mengindikasikan suatu rangkaian. Ini adalah satu-satunya bentuk waw yang digunakan dengan imperfect yang berurutan. Hubungan antara imperfect yang dikaitkan dengannya bisa jadi urut-urutan sementara, konsekuensi logis, penyebab logis, atau contras logis. Dalam segala hal ada urut-urutan” (hal. 103).

E. INFINITIF - Ada dua jenis INFINITIF

1. ABSOLUT INFINITIF, yang adalah ekspresi-ekspresi yang “kuat, independen, menyolok yang digunakan untuk efek dramatis. . .sebagai suatu subyek, seringkali tidak memiliki kata kerja yang tertulis, kata kerja ‘to be’ dimengerti, tentu saja, namun kata ini secara dramatis berdiri sendiri.” (J. Wash Watts, Suatu Survei Sintaksis

Perjanjian Lama Bahasa Ibrani,” hal. 92).

2. GAGASAN INFINITIF, yang “secara ketatabahasaan berhubungan dengan kalimat melalui kata-kata depan, kata ganti milik, dan hubungan gagasan” (hal. 91).

146 status gagasan:

“Bila dua (atau lebih) kata-kata sedemikian menyatu sehingga secara bersama-sama mendirikan suatu ide gabungan, kata(-kata) turunannya dikatakan sebagai status gagasan” (hal. 44).

F. INTEROGATIF

1. Kata-kata ini selalu muncul pertama dalam kalimat. 2. Signifikansi penafsiran

a. ha – tidak mengharapkan suatu tanggapan

b. halo’ – si penulis mengharapakan suatu jawaban “ya” G. NEGATIF

1. Kata-kata ini selalu muncul sebelum kata yang dinegatifkannya. 2. Penegatifan yang paling lazim adalah lo’.

3. Istilah ’al memiliki suatu konotasi ketergantungan dan digunakan dengan

COHORTATIVE dan JUSSIVE.

4. Istilah lebhilti, berarti “agar supaya. . .bukan,” digunakan dengan INFINITIF. 5. Istilah ’en digunakan dengan PARTICIPLE.

Dalam dokumen ANDA DAPAT MEMAHAMI ALKITAB: (Halaman 141-146)