• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KATA BENDA-KATA BENDA

Dalam dokumen ANDA DAPAT MEMAHAMI ALKITAB: (Halaman 151-155)

YANG MEMPENGARUHI PENAFSIRAN

V. KATA BENDA-KATA BENDA

A. Secara sintaksis, KATA BENDA digolongkan berdasarkan kasus. Kasus adalah suatu bentuk dari KATA BENDA yang menunjukkan hubungannya dengan KATA KERJA dan bagian lain dari suatu kalimat. Dalam bahasa Yunani Koine banyak dari fungsi-fungsi kasus diindikasikan oleh KATA DEPAN. Karena bentuk kasus bisa mengidentifikasikan beberapa jenis hubungan yang berbeda, maka KATA DEPANnya berkembang utuk memberikan pemisahan yang lebih jelas pada kemungkinan fungsi ini.

B. Kasus-kasus Bahasa Yunani digolongkan dalam delapan cara berikut ini:

1. KASUS NOMINATIVE digunakan untuk penamaan dan biasanya adalah subyek dari suatu kalimat atau anak kalimat. Kasus ini juga digunakan untuk PREDICATE NOUNS

dan ADJECTIVES dengan mengaitkan dengan KATA KERJA “to be” atau “become.” (“adalah” atau “menjadi”)

2. KASUS GENITIVE digunakan untuk penjelasan dan biasanya memberikan suatu atribut atau kualitas pada kata yang berhubungan dengannya. Bentuk ini menjawab pertanyaan, “Seperti apa?” Kasus ini sering dinyatakan oleh penggunaan KATA DEPAN bahasa Inggris “of.” (“dari”)

3. KASUS ABLATIVE menggunakan bentuk perubahan yang sama dengan bentuk

GENITIVE, namun perubahan ini digunakan untuk menjelaskan pemisahan. Kasus ini biasanya menyatakan pemisahan dari suatu titik waktu, tempat, sumber, asal, atau tingkatan. Sering dinyatakan dengan pengunaan KATA DEPAN Bahasa Inggris “from” (“dari”).

4. KASUS DATIVE digunakan untuk menjelaskan kepentingan pribadi. Kasus ini bisa menyatakan suatu aspek positif atau negatif. Seringkali ini adalah obyek tidak langsung. Kasus ini seringkali dinyatakan oleh “KATA DEPAN” Bahasa Inggris“to” (“kepada”).

5. KASUS LOCATIVE adalah perubahan bentuk yang sama dengan DATIVE, namun kasus ini menjelaskan suatu posisi atau lokasi dalam ruang, waktu, atau batasan-batasan logis. Seringkali dinyatakan oleh KATA DEPAN Bahasa Inggris “in, on, at, among, during, by, upon, and beside” (“di dalam, di atas, pada, di antara, selama, di dekat/sebelum, atas, dan di samping”).

6. KASUS INSTRUMENTAL adalahbentuk perubahan yang sama dengan kasus DATIVE dan

152

KATA DEPAN Bahasa Inggris, “by” or “with” (“oleh” atau “dengan”)

7. KASUS ACCUSATIVE digunakan untuk menjelaskan kesimpulan dari suatu tindakan. Kasus ini menyeatakan pembatasan. Kegunaan utamanya adalah sebagai obyek langsung. Kasus ini menjawab pertanyaan, “How far?” or “To what extent?” “Seberapa jauh” atau “Sampai tingkat apa?”

8. KASUS VOCATIVE digunakan untuk alamat langsung.

VI. KATA SAMBUNG DAN PENGHUBUNG

A. Bahasa Yunani adalah bahasa yang sangat teliti karena dalam bahasa ini terdapat banyak sekali kata-kata sambung. Kata-kata ini menghubungkan pemikiran-pemikiran (anak kalimat, kalimat, dan paragraf). Kata-kata ini sangat umum sehingga ketidak hadirannya (asyndeton) seringkali secara eksegesis sangat penting. Dalam kenyataannya kata-kata sambung dan penhubung ini menunjukkan arah dari pemikiran si penulis. Kata-kata ini seringkali sangat menentukan sifatnya dalam menetapkan secara tepat apa yang dicoba dikomunikasikannya.

B. Berikut adalah daftar dari beberapa kata sambung dan penghubung dan arti-artinya (informasi ini kebanyakan dipungut dari buku H. E. Dana dan Julius K. Mantey, Panduan

Ketata-bahasaan Bahasa Yunani Perjanjian Baru).

1. Penghubung Waktu

a. epei, epeid ē, hopote, hōs, hote, hotan (subj.) - “ketika” b. heōs - “sementara”

c. hotan, epan (subj.) - “kapanpun” d. heōs, achri, mechri (subj.) - “sampai” e. priv (infin.) - “sebelum”

f. hōs - “sejak,” “bila,” “segera setelah” 2. Penghubung Logika

a. Maksud

(1) hina (subj.), hopōs (subj.), hōs - “supaya,” “sehingga” (2) hōste (articular accusative infinitive) - “hingga”

(3) pros (articular accusative infinitive) atau eis (articular accusative infinitive) - “bahwa”

b. Hasil (ada hubungan erat antara bentuk-bentuk ketata-bahasaan maksud dan tujuan)

(1) hōste (infinitive, ini yang paling umum) - “supaya,” “jadi” (2) hiva (subj.) - “sedemikian hingga”

(3) ara - “jadi/sedemikian” c. Sebab Akibat atau Alasan

(1) gar (sebab akibat/pengaruh atau alasan/kesimpulan) - “sebab,” “karena” (2) dioti, hotiy - “karena”

(3) epei, epeidē, hōs - “sehubungan dengan”

(4) dia (with accusative) dan (with articular infin.) - “karena” d. Inferensial

153

(2) dio (kata sambung inferensial yang terkuat) - “demi,” “dari itu,” “karena itu” (3) oun - “karenanya,” “jadi,” “maka,” “akibatnya”

(4) toinoun - “sejalan dengan itu” e. Adversatif atau kontras

(1) alla (adversative kuat) - “tetapi,” “kecuali”

(2) de - “tetapi,” “namun demikian,” “namun,” “di sisi lain” (3) kai - “tetapi”

(4) mentoi, oun - “namun demikian” (5) plēn - “meskipun” (mostly in Luke) (6) oun - “bagaimanapun”

f. Perbandingan

(1) hōs, kathōs (mengenalkan anak-anak kalimat perbandingan) (2) kata (dalam kata majemuk, katho, kathoti, kathōsper, kathaper) (3) hosos (dalam Bahasa Ibrani)

(4) ē - “daripada”

g. Keberlanjutan atau Urutan (1) de - “dan,” “sekarang” (2) kai - “dan”

(3) tei - “dan”

(4) hina, oun - “bahwa”

(5) oun - “kemudian” (in John) 3. Penggunaan untuk Penegasan

a. alla - “tentu saja,” “ya,” “kenyataannya” b. ara - “sungguh,” “sesunggunya,” “sebenarnya”

c. gar - “namun sebenarnya,” “sesungguhnya,” “sungguh” d. de - “sungguh”

e. ean - “bahkan”

f. kai - “bahkan,” “sesungguhnya,” “sebenarnya” g. mentoi - “benar-benar”

h. oun - “sebenar-benarnya,” “secara pasti”

VII. KALIMAT-KALIMAT CONDITIONAL

A. Suatu KALIMAT CONDITIONAL ialah kalimat yang mengandung satu atau lebih anak-anak la;imat yang bersifat kondisional. Struktur ketatabahasaan ini membantu penafsiran karena kalimat ini menyediakan syarat-syarat, alasn-alasan atau sebab-sebab mengapa suatu tindakan dari KATA KERJA utamanya ada atau tidak ada. Ada empat jenis kalimat conditional. Jenis-jenis ini bergerkak mulai dari apa yang dianggap benar dari sudut pandang si penulis atau bagi maksud penulisannya, sampai yang hanya merupakan suatu pengharapan saja.

B. KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL menyatakan tindakan atau keadaan yang dianggap benar dari sudut pandang si penulis atau untuk maksud tujuan penulisannya walaupun kalimat ini di awali dengan kata “jika”. Dalam beberapa konteks kata jika ini bisa di terjemahkan sebagai “berhubung/karena” (lih. Mat 4:3; Rom 8:31). Namun demikian, hal

154

ini tidak bermaksud mengisyaratkan bahwa semua FIRST CLASS adalah benar sesuai kenyataan. Seringkali kalimat-kalimat ini digunakan untuk mengemukakan pandangan dalam suatu argumentasi atau untuk memunculkan suatu kesalahan (lih. Mat 12:27). C. KALIMAT SECOND CLASS CONDITIONAL sering disebut “kebalikan dari fakta”. Kalimat ini

menyatakan sesuatu yang tidak benar menurut faktanya untuk mengaskan suatu pandangan. Contoh:

1. “Jika Ia sungguh-sungguh seorang nabi, yang dalam hal ini bukan, Ia pasti akan mengetahui siapa dan bagaimana sifat wanita yang melekat padanya, namun Ia tidak mengetahuinya. (Thess. 7:39).

2. “Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, (yang jelas-jelas tidak) tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, (juga jelas-jelas tidak)” (Yoh 5:46).

3. “Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, (yang dalam hal ini tidak) maka aku bukan hamba Kristus (dalam hal ini aku hamba Kristus)” (Gal 1:10). D. THIRD CLASS berbicara tentang kemungkinan tindakan di masa depan. Seringkali kalimat

ini membawa derajad kemungkinan terjadinya tindakan tersebut, yang biasanya diisyaratkan dalam bentuk suatu ketergantungan. Tindakan dari KATA KERJA utamanya tergantung pada tindakan dalam anak kalimatnya. Contoh dari I Yoh.: 1:6-10; 2:4,6,9,15,20,21,24,29; 3:21; 4:20; 5:14,16.

E. FOURTH CLASS ialah yang terjauh digeser dari kemungkinan. Kalimat ini jarang didapati dalam PB. Bahkan dalam kenyataannya tak ada satupun KALIMAT FOURTH CLASS CONDITIONAL yang di dalamnya ke dua bagian dari syarattersebut cocok dengan definisinya. Sebuah contoh dari suatu FOURTH CLASS sebagian adalah anak kalimat pembukaan dalam I Pet 3:14. Suatu contoh dari suatu FOURTH CLASS sebagian dalam anak kalimat penyimpul adalah Kis 8:31.

VIII. LARANGAN-LARANGAN

A. Suatu PRESENT IMPERATIVE dengan PARTICLE MĒ seringkali (namun tidak selalu demikian) memiliki penekanan menghentikan suattu tindakan yang telah dalam proses. Beberapa contoh: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi. . .” (Mat 6:19);” Janganlah kuatir akan hidupmu. . .” (Mat 6:25); “Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman. . .” (Rom 6:13); “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah. . .” (Ef 4:30); dan “janganlah kamu mabuk oleh anggur. . .” (5:18).

B. Suatu AORIST SUBJUNCTIVE dengan PARTICLE MĒ memiliki penekanan pada “jangan memulai suatu tindakan” Beberapa contoh: “Janganlah kamu menyangka, bahwa . . .” (Mat 5:17); “janganlah kamu kuatir. . .” (Mat 6:31); “janganlah malu . . .” (II Tim 1:8). C. Suatu DOUBLE NEGATIVE dengan suatu SUASANA SUBJUNCTIVE adalah suatu penegatifan

yang sangat tegas. “Tidak pernah, tidak akan pernah” atau “tidak dalam situasi apapun.” Beberapa contoh: “ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya” (Yoh 8:51); “aku untuk selama-lamanya tidak akan. . .” (I Kor 8:13).

155

IX. ARTIKEL

A. Dalam Bahasa Yunani Koine, DEFINITE ARTICLE “the” memiliki penggunaan yang serupa dengan bahasa Inggris. Fungsi dasarnya adalah sebagai “suatu penunjuk”, suatu cara untuk menarik perhatian pada sebuah kata, nama, atau frasa. Penggunaannya berragam dari penulis ke penulis dalam Perjanjian Baru. DEFINITE ARTICLE dapat juga brfungsi 1. sebagai suatu alat mengkontraskan seperti sebuah KATA GANTI demonstratif ; 2. sebagai suatu tanda untuk menunjuk pada SUBYEK atau orang yang telah

diperkenalkan sebelumnya;

3. sebagai suatu cara untuk mengenali suatu subyek dalam sebuah kalimat dengan suatu KATA KERJA berkaitan. Contoh: “Allah adalah Roh,” Yoh 4:24; “Allah adalah terang,” I John 1:5; “Allah adalah kasih,” 4:8,16.

B. Bahasa Yunani Koine tidak memiliki suatu INDEFINITE ARTICLE seperti bahasa Inggris “sebuah” Ketidak adaan INDEFINITE ARTICLE bisa berarti

1. suatu fokus pada sifat atau kualitas dari sesuatu 2. suatu fokus pada kategori sesuatu

C. Para penulis PB sangat berragam dalam cara menggunakan ARTIKEL.

X. CARA MENUNJUKKAN PENEKANAN DALAM BAHASA YUNANI PERJANJIAN

Dalam dokumen ANDA DAPAT MEMAHAMI ALKITAB: (Halaman 151-155)