• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOPIK KHUSUS: WANITA-WANITA DALAM ALKITAB

Dalam dokumen ANDA DAPAT MEMAHAMI ALKITAB: (Halaman 96-103)

I. Perjanjian Lama

A Secara Adat Istiadat , wanita dianggap sbagai suatu harta milik. 1. dicakup dalam daftar milik (Kel 20:17)

2. perlakuan terhadap budak wanita (Kel 21:7-11)

3. sumpah wanita bisa dibatalkan oleh laki-laki yang bertanggung jawab social (Bil 30)

4. wanita sebagai tawanan perang (Ul 20:10-14; 21:10-14) B. Dalam praktek terdapat suatu kebersamaan

1. laki-laki dan perempuan diciptakan dalam gambar Allah (Kejadian 1:26-27) 2. hormatilah ibu dan bapamu (Keluaran 20:12 [Ul 5:16])

3. hormatilah ibu dan bapamu (Imamat 19:3; 20:9)

4. laki-laki dan perempuan dapat bernazar menjadi nazir (Bilangan 6:1-2) 5. anak perempuan mendapatkan hak waris (Bilangan 27:1-11)

6. bagian dari umat perjanjian (Ulangan 29:10-12)

7. memperhatikan didikan ayah dan ibu (Amsal 1:8; 6:20)

8. anak-anak Heman (keluarga Lewi) memimpin musik di Bait Allah (I Tawarikh 25:5-6)

9. anak laki-laki dan perempuan akan bernubuat di jaman baru (Yoel 2:28-29) C. Wanita dalam peranan sebagai pemimpin.

1. Saudara perempuan Musa, Miryam, disebut sebagai seorang nabiah (Keluaran 15:20-21)

2. Wanita-wanita yang dikaruniai Allah untuk membangun Tabernakel (Keluaran 35:25-26)

3. Debora, seorang nabiah, (lih. Hak 4:4), memimpin semua suku (Hak 4:4-5; 5:7) 4. Hulda adalah seorang nabiah yang dipanggil Raja Yosia untuk membaca dan

menafsirkan “Kitab Hukum” yang baru saja ditemukan (II Raj 22:14; II Taw 34:22-27)

5. Ruth, seorang wanita yang saleh, adalah nenek moyang Daud.

6. Ratu Ester, wanita yang saleh, menyelamatkan orang Yahudi di Persia II. Perjanjian Baru

A. Secara adat, wanita, baik dalam dunia Yudaisme dan Yunani Romawi dianggap sebagai warga kelas dua dengan hanya memiliki sedikit hak atau keistimewaan (kecuali Makedonia).

B. Wanita-wanita yang berperan sebagai pemimpin

1. Elisabeth dan Maria, wanita-wanita saleh, menyediakan diri bagi Allah (Lukas 1-2) 2. Hanna, wanita saleh, melayani di Bait Allah (Lukas 2:36)

3. Lidia, orang percaya dan pemimpin dari sebuah gereja rumah tangga (Kisah 16:14,40)

4. Empat anak perempuan Filipus adalah para nabiah (Kis 21:8-9) 5. Febe, diaken wanita dari gereja di Kenkrea (Rom 16:1)

6. Priska (Priskila), rekan sekerja Paulus dan guru dari Apollos (Kis 18:26; Rom 16:3) 7. Maria, Trifena, Trifosa, Persis, Yulia, Saudara perempuan Nereus, beberapa wanita

97

8. Yunia (KJV), kemungkinan adalah rasul wanita (Rom 16:7) 9. Euodia dan Sintikhe, rekan sekerja Paulus (Flp 4:2-3)

III. Bagaimana orang-orang percaya moderen menyeimbangkan contoh-contoh alkitabiah yang beragam ini?

A. Bagaimana seseorang bisa memisahkan kebenaran-kebenaran historis atau budaya, yang hanya berlaku pada konteks aslinya, dari kebenaran-kebenaran kekal yang memenuhi syarat bagi seemua gereja, semua orang percaya di segala jaman?

1. Kita harus mengambil maksud dari si penulis asli yang mendapatkan ilham secara sangat serius. Alkitab adalah Firman Allah dan satu-satunya sumber bagi iman dan perbuatan.

2. Kita harus berurusan dengan naska-naskah yang terilhami, yang secara nyata sangat terkait dengan kesejarahannya.

a. kultus (yaitu. upacara dan liturgi) dari Israel (lih. Kis 15; Gal 3) b. Yudaisme abad pertama

c. pernyataan Paulus yang nyata-nyata terkait dengan kesejarahan dalam I Korintus

(1) system perundangan dari bagsa kafir Romawi (I Korintus 6) (2) tetap menjadi budak (I Kor 7:20-24)

(3) pembujangan (I Kor 7:1-35) (4) keperawanan (I Kor 7:36-38)

(5) makanan yang dipersembahkan pada berhala (I Kor 10:23-33) (6) tindakan yang tidak layak pada perjamuan Tuhan (I Korintus 11) 3. Allah sepenuhnya dan secara jelas menunjukkan DiriNya kepada suatu budaya

tertentu, di suatu hari tertentu. Kita haris menganggap serius perwahyuan ini, namun tidak setiap aspek akomodasi historisnya. Firman Allah ditulis dalam kata-kataNya sendiri yang disampaikan pada suatu budaya tertentu di waktu tertentu. B. Penafsiran Alkitabiah harus mencari maksud asli si penulis. Apa yang dikatakannya

pada jamannya? Hal inilah yang mendasar dan sangat menentukan bagi suatu penafsiran yang tepat. Namun lalu kita harus menerapkannya ke jaman kita. Sekarang, di sinilah permasalahannya dengan wanita dalam kepemimpinan (masalah penafsiran sesungguhnya mungkin adalah pendefinisian istilahnya). Apakah lebih banyak pelayan daripada gembala sidang yang dipandang sebagai pemimpin? Apakah diaken wanita (lih. Rom 16:1) dipandang sebagai pemimpin-pemimpin? Cukup jelas, bahwa Paulus, dalam I Kor 14:34-35 dan I Tim 2:9-15, sedang menegaskan bahwa wanita tidak seharusnya memimpin dalam penyembahan secara umum! Tetapi bagaimana saya harus menerapkannya sekarang? Saya tidak ingin budaya Paulus atau budaya saya membungkam Firman dan kehendak Allah. Kemungkinan jaman Paulus terlalu bersifat membatasi, namun juga jaman saya sekarang mungkin terlalu terbuka. Saya sangat merasa tidak nyaman untuk mengatakan bahwa kata-kata dan pengajaran Paulus adalah kebenaran yang bersifat kondisional, abad pertama, situasi dan kondisi lokal. Siapakah saya ini hingga saya harus membiarkan pikiran saya atau budaya saya menegatifkan seorang peulis yang berilham?!

98

3. Katolik Romawi, dalam keinginan untuk mendukung sistem pemerintahan kerasulan, menggunakan naskah Yohanes 21:15-17. Dari naskah itu sendiri tidaklah tepat untuk Namun demikian apa yang harus saya lakukan apabila ada contoh-contoh alkitabiah mengenai pemimpin wanita (bahkan di tulisan Paulus, lih. Rom 16)? Sebuah contoh yang baik dari hal ini ialah diskusi Paulus mengenai ibadah umum dalam I Korintus 11-14. Dalam 11:5 ia nampaknya mengijinkan wanita untuk berkhotbah dan berdoa dalam ibadah umum jika kepala mereka dikerudungi, namun dalam 14:34-35 ia menuntut bahwa mereka tetap berdiam saja! Padahal ada diaken wanita (lih. Rom 16:1) dan nabiah-nabiah (lih. Kis 21:9). Keberagaman inilah yang mengijinkan kepada saya kemerdekaan untuk mengidentifikasi komentar Paulus (yang berkaitan dengan pembatasan pada wanita) terbatas hanya untuk abad pertama di Korintus dan Efesus saja. Di ke dua gereja tersebut ada permasalahan dengan wanita-wanita yang melaksanakan kemerdekaan yang baru diperolehnya (lihat Bruce Minter, Korintus

Setelah Ditinggalkan Paulus), yang dapat menyebabkan kesulitan bagi gereja mereka

untuk menjangkau masyarakat mereka bagi Kristus. Kemerdekaan mereka harus dibatasi sehingga injil dapat menjadi lebih efektif.

Jaman saya adalah lawan dari jaman Paulus. Di jaman saya injil akan menjadi terbatas jika para wanita yang lugas dan terlatih tidak diijinkan untuk memberitakannya, tak diijinkan memimpin! Apakah tujuan akhir dari ibadah umum? Bukankah penginjilan dan pemuridan? Dapatkah Allah dihormati dan disenangkan dengan para pemimpin wanita? Alkitab secara keseluruhan nampaknya berkata “Ya”!

Saya ingin tunduk pada Paulus; teologia saya terutama juga aliran Paulus. Saya tidak ingin terlalu dipengaruhi atau di manipulir oleh aliran feminisme moderen! Namun demikian, saya merasa bahwa gereja masih sangat lambat untuk menanggapi kebenaran-kebenaran alkitabiah yang nyata, seperti ketidak pantasan perbudakan, rasialisme, fanatisme dan diskriminasi berdasar jenis kelamin. Gereja juga masih sangat lambat untuk menganggapi secara tepat terhadapa masalah pelecehan wanita dalam dunia moderen ini. Allah dalam Kristus memerdekakan budak dan wanita. Saya dengan berani tidak akan membiarkan suatu naskah yang teikat budaya membelenggu mereka kembali.

Satu hal lagi: sebagai seorang penafsir saya mengetahui bahwa Korintus adalah gereja yang sangat kacau. Karunia-karunia rohani diungkit-ungkit dan di pamer-pamerkan. Para wanita barangkali terikut dengan hal ini. Saya juga percaya bahwa Efesus sedang dipengaruhi oleh guru- guru palsu yang mengambil keuntungan atas para wanita dan menggunakan mereka sebagai pengganti-pengganti pembicara dalam gereja-gereja rumah tangga di Efesus (lih. I & II Timotius).

C. Saran bagi pembacaan selanjutnya

1. Bagaimana Membaca Alkitab Untuk Mendapatkan Semua Manfaatnya oleh Gordon Fee dan Doug Stuart (hal. 61-77)

2. Injil dan Roh: Permasalahan dalam Hermeneutik Perjanjian Baru oleh Gordon Fee 3. Kata-kata Keras dalam Alkitab oleh Walter C. Kaiser, Peter H. Davids, F. F. Bruce

99

menggunakan istilah "anak domba" dan "domba" dalam kaitannya dengan uskup-uskup dan imam-imam dan tugas pelayanan yang ditugaskan pada mereka.

B. Penyalahgunaan konteks kita – Ini merujuk baik pada konteks kesejarahan dan konteks sastra dari suatu bagian Alkitab. Ini mungkin merupakan penyalahgunaan Alkitab yang paling umum di zaman kita. Dengan memindahkan sebuah bagian dari zaman penulis dan tujuan yang dimaksudkan penulis, seseorang dapat membuat Alkitab mengatakan apapun. Kalau bukan sedemikian umum dan mematikannya, contoh-contoh dari perangkap ini akan menggelikan.

1. Seorang pengkhotbah di hari-hari yang lalu berkhotbah melawan penjualan anjing berdasarkan Ul 23:18. Latar belakang sejarah dan sastranya diabaikan. Istilah "anjing" ini dipindahkan dari pelacur kultis laki-laki, (zaman Ulangan) menjadi binatang (zaman ini).

2. Ketika kaum legalis modern menggunakan Kol 2:21 untuk melarang kegiatan-kegiatan tertentu bahkan tanpa menyadari bahwa ayat ini adalah kutipan Paulus dari pesan guru-guru palsu, masalahnya menjadi jelas.

3. Penggunaan modern oleh para pemenang jiwa akan Wahyu 3:20 sebagai seruan penutup dari "rencana keselamatan," bahkan tidak menyadari bahwa hal itu ada dalam konteks gereja-gereja Kristen (Wahyu 2-3). Naskah ini tidak membahas keselamatan awal, tetapi pembaharuan komitmen dari gereja, yang dimulai dengan individu-individu dari jemaat tersebut.

4. Kultus modern Mormonisme mengutip I Kor 15:29 sebagai bukti untuk "baptisan bagi orang mati." Tidak ada satupun ayat-ayat paralel untuk ayat ini. Konteks langsungnya adalah validitas kebangkitan dan ayat ini adalah salah satu dari beberapa contoh yang digunakan untuk mengkonfirmasi kebenaran tersebut.

5. Pengkutipan C. I. Scofield akan II Tim 2:15, "secara benar membagikan Firman kebenaran," digunakan sebagai dukungan Alkitab untuk membagi Alkitab dalam tujuh perjanjian-perjanjian yang berbeda.

6. Penggunaan Yohanes 6:52 dst oleh Katolik Romawi untuk mendukung doktrin transubstansiasi (bahwa unsur-unsur dari Ekaristi –perjamuan kudus– benar-benar menjadi tubuh dan darah Kristus) adalah contoh lain dari perangkap ini. Yohanes sendiri tidak mencatat Perjamuan Tuhan ini, melainkan hanyalah dialog dari pengalaman ruang loteng tersebut (Yohanes 13-17). Bagian ini adalah dalam konteks memberi makan lima ribu orang, bukannya Ekaristi.

7. Mengkhotbahkan tentang pengudusan dari Gal 2:20, dengan tidak menyadari bahwa fokus dari konteksnya adalah pada efektivitas lengkap dari pembenaran.

C. penyalahgunaan kita atas genre sastranya – ini melibatkan kesalahpahaman mengenai pesan dari si penulis asli karena kegagalan kita untuk mengidentifikasi bentuk sastra yang digunakannya untuk berbicara. Setiap bentuk sastra memiliki beberapa elemen penafsiran yang unik. Beberapa contoh dari penyalahgunaan ini sebagai berikut.

100

1. Beberapa sastrawan mencoba untuk mengubah puisi dari Maz 114:3-6 menjadi kisah sejarah—sering menilai orang lain dengan penafsiran kesastraan mereka.

2. Beberapa orang mencoba untuk menafsirkan bagian apokaliptik dari Wahyu 12 dan 13 sebagai orang-orang dan hewan-hewan secara harfiah.

3. Beberapa orang mencoba untuk menggambarkan "neraka" dari perumpamaan Lukas 16:19-31. Ini adalah yang kelima dalam serangkaian lima perumpamaan, yang terkait dengan satu maksud utama Yesus dalam menangani para pemimpin agama (orang Farisi) dalam Lukas 15:1-2. Juga, istilah yang digunakan adalah Hades dan bukan

Gehenna.

D. penyalahgunaan kita atas kata kiasan atau ungkapan budaya merupakan satu perangkap lain lagi. Kita semua berbicara dalam bahasa simbolik. Namun, karena mereka yang mendengarkan kita hidup dalam budaya yang sama, mereka memahami frasa-frasa ungkapan kita. Betapa pasti tidak biasanya ungkapan dan kiasan kita bagi mereka yang berasal dari budaya lain. Saya ingat seorang pendeta India yang mengatakan kepada saya bahwa dia sangat bersedih karena "saya tergelitik sampai mati." Baiklah bagi kita untuk merenungkan frasa-frasa kita sendiri yang penuh warna, seperti "itu sangat buruk baiknya" "Saya telinga semua" ; "itu hanya membunuh saya", atau "salib hati saya dan berharap untuk mati."

1. Alkitab memiliki ungkapan-ungkapan juga.

a. Kata "benci" dalam Luk 14:26; Yoh 12:25; Rom 9:13, dan Mal 1:2-3 adalah ungkapan Ibrani untuk perbandingan, seperti dapat dilihat dalam Kej 29:31,33 dan Ul 21:15, tapi jika kita tidak mengetahuinya hal ini dapat menyebabkan banyak kesalahpahaman.

b. Frasa, "memotong anggota badan Anda" dan "mencungkil mata Anda," dalam Mat 5:29-30 adalah pernyataan-pernyataan berlebihan gaya Timur, bukanlah perintah-perintah secara harfiah.

c. Roh Kudus adalah dalam bentuk seekor burung merpati dalam Mar 1:10; Namun demikian, Alkitab mengatakan, "seperti seekor burung merpati" atau "sebagaimana seekor burung merpati," lih. Luk 3:22.

E. Penyalahgunaan kita akibat penyederhanaan yang berlebihan. Kita mengatakan bahwa Injil adalah sederhana dan dengan hal ini kita maksudkan mudah untuk dipahami, namun demikian, banyak ringkasan-ringkasan sederhana dari Injil adalah salah karena tidak lengkap.

1. Allah adalah kasih, tapi ini menghilangkan konsep murka Allah (Rom 1:18-2:16). 2. Kita diselamatkan hanya oleh kasih karunia, tapi ini menghilangkan konsep bahwa

individu harus bertobat dan percaya (Mar 1:15; Kis 20:21).

3. Keselamatan adalah gratis (Ef 2:8-9), tapi ini sepenuhnya menghilangkan gagasan bahwa keselamatan menuntut suatu perubahan gaya hidup (Ef 2:10).

4. Yesus adalah Allah, tetapi hal ini menghilangkan konsep bahwa Ia sungguh-sungguh manusia juga (I Yohanes 4:2).

101

F. penyalahgunaan kita oleh karena selektivitas – ini mirip dengan penyederhanaan berlebihan dan pencomotan naskah. Kita sering memilih atau menggabungkan hanya ayat-ayat Kitab Suci yang mendukung teologia kita.

1. Suatu contohnya terlihat dalam Yohanes 14:13-14; 15:7,16; 16:23, dalam frasa "apa pun yang anda minta dalam doa, anda akan menerimanya." Untuk keseimbangan yang tepat seseorang harus menegaskan kriteria-kriteria Alkitabiah lainnya tentang hal ini.

(a) "terus meminta, mencari, mengetuk," Mat 7:7-8

(b) "sesuai dengan kehendak Tuhan," I Yoh 5:14-15, yang benar-benar merupakan arti dari "dalam nama Yesus"

(c) "tanpa keraguan," Yak 1:6

(d) "tanpa tujuan yang egois," Yak 4:1-3

2. Menggunakan naskah I Kor 11:6 untuk mengkritik pria yang berrambut panjang tanpa mencatat Bil 6:5; Im 19:27, dan budaya pada zaman Yesus, adalah tidak tepat.

3. Pelarangan wanita untuk berbicara atau mengajar di gereja berdasarkan I Kor 14:34 tanpa mempertimbangkan I Kor 11:5, yang berada di unit sastra yang sama, adalah berlebihan.

4. Pelarangan atau depresiasi bahasa lidah, sering didasarkan pada I Kor 13:8 (I Kor 13 menegaskan bahwa segala sesuatu kecuali kasih akan berlalu), tanpa mencatat pengajaran dari I Kor 14:5,18,39, adalah tidak tepat.

5. Menekankan hukum tentang makanan dari Im 11 tanpa mencatat Mat 15:11 dan, dengan cara tidak langsung, Kis 10:10-16, adalah tidak tepat.

G. penyalahgunaan kita dalam mengutamakan yang tidak utama – seringkali kita kehilangan maksud si penulis asli karena kita terlibat dalam suatu masalah yang menarik, tapi tidak merupakan masalah inti. Hal ini dapat dilihat dalam hal-hal berikut.

1. Siapakah yang dinikahi Kain? Kej 4:17

2. Banyak orang ingin tahu tentang siapa penerima khotbah Yesus sementara Dia berada di Hades. I Pet 3:19

3. Pertanyaan yang lain ingin tahu tentang bagaimana Tuhan akan menghancurkan bumi. II Pet 3:10

H. penyalahgunaan kita akan Alkitab sebagai sejarah – Alkitab sering mencatat apa yang tidak dianjurkannya (Fee dan Stuart 1982, 85). Kita harus berfokus pada bagian-bagian pengajaran yang jelas, bukan sekedar pada catatan-catatan sejarah, bagi teologia dan etika kita.

I. penyalahgunaan kita tentang hubungan antara Perjanjian Lama dan Baru, Israel dan Gereja, Hukum dan Kasih Karunia. Secara Prasuposisional, Kristus adalah Tuhan dari Kitab Suci (Grant dan Tracy 1984, 95). Seluruh ayat Alkitab pada akhirnya harus mengarah kepada-Nya. Dia adalah penggenapan dari rencana Allah bagi umat manusia (Kol 1:15-23). Ini berarti bahwa Perjanjian Lama, meskipun harus berdiri sendiri, menunjuk ke arah Kristus (Sterrett 1973, 157-171). Saya pikir kita harus menafsirkan PL

102

melalui wahyu baru dari PB. Penekanan Perjanjian Lama telah berubah dan telah diuniversalkan. Perjanjian Baru telah mengatasi Perjanjian Musa (lih. kitab Ibrani dan Galatia 3)

Contoh-contoh dari masing-masing perangkap ini sangatlah banyak. Namun demikian, hanya karena ada beberapa orang yang menafsirkan terlalu banyak dan beberapa menafsirkan terlalu sedikit dan beberapa orang yang lain salah-menafsirkan, tidak berarti tidak boleh ada penafsiran. Jika kita tinggal dengan maksud utama si penulis asli yang dinyatakan dalam suatu konteks dan jika kita datang pada Alkitab dengan peanuh doa dan dengan rendah hati kita dapat menghindari sebagian besardari perangkap-perangkap ini.

"Mengapa orang begitu sering menemukan hal-hal dalam narasi Alkitab, yang tidak benar-benar ada—membacakan ke dalam Alkitab pengertian mereka sendiri ketimbang membaca dari Alkitab apa yang Allah inginkan untuk mereka ketahui? 1. mereka sangat memerlukan, sangat merindukan informasi yang akan bisa

diterapkan pada situasi mereka sendiri

2. mereka tidak sabar, mereka ingin jawaban mereka sekarang, dari buku ini, dari bab ini

3. mereka salah berharap bahwa segala sesuatu di dalam Alkitab berlaku secara langsung sebagai instruksi untuk kehidupan mereka sendiri secara individu" (Fee dan Stuart 1980, 84).

103

Dalam dokumen ANDA DAPAT MEMAHAMI ALKITAB: (Halaman 96-103)