• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maksud Tujuan Alkitab

Dalam dokumen ANDA DAPAT MEMAHAMI ALKITAB: (Halaman 34-37)

A. Bukan Sebuah Buku Peraturan

Sebagian besar kesalahpahaman kita tentang Alkitab dimulai pada kelirunya pengertian kita tentang tujuannya. Salah satu cara untuk menetapkan apakah jatidiri dari sesuatu benda adalah dengan menyatakan apa yang bukan jatidirinya. Kecenderungan manusia yang telah jatuh kearah legalisme, yang sangat terlihat di kalangan orang-orang Farisi, masih hidup dan sehat dan tinggal di gereja tempat anda berbakti. Kecenderungan ini membelokkan Alkitab menjadi serangkaian luas dari aturan-aturan. Orang percaya modern telah hampir membalikkan Alkitab menjadi sebuah buku peraturan legalistik, semacam "Kristen Talmud." Haruslah dinyatakan secara tegasa bahwa fokus utama Kitab Suci adalah penebusan. Alkitab dimaksudkan untuk menghadapi, meyakinkan, dan membelokkan umat manusia yang tersesat kembali kepada Tuhan (McQuilkin 183, 49). Fokus utamanya adalah keselamatan (II Tim 3:15), yang menghasilkan keserupaan dengan Kristus (II Tim 3:17). Keserupaan dengan Kristus ini juga merupakan sebuah tujuan utamanya (Rom 8:28-29; II Kor 3:18; Gal 4:19, Ef 1:4; I Tes 3:13; 4:3; I Pet 1:15), tetapi ini merupakan hasil dari sasaran pertamanya. Setidaknya satu kemungkinan bagi struktur dan sifat dari Alkitab adalah tujuan penebusannya dan bukan sebuah buku peraturan sistematis atau doktrin (yaitu, bukan sebuah Talmud Kristen). Alkitab tidak menjawab semua pertanyaan-pertanyaan intelektual kita. Berbagai masalah dibahas dalam cara-cara yang rancu atau tidak lengkap. Alkitab terutama tidaklah dirancang sebagai sebuah buku teologia sistematis, tetapi sebagai sejarah terpilih tentang Allah yang berurusan dengan ciptaan-Nya yang memberontak. Tujuannya bukanlah sekedar aturan, tapi hubungan. Alkitab membiarkan bidang-bidang tertentu tidak terselubung sehingga kita dipaksa untuk berjalan dalam kasih (I Kor 13), bukan dalam aturan-aturan (Kol 2:16-23). Kita harus melihat prioritas dari orang-orang yang diciptakan menurut gambar-Nya (lih. Kej 1:26-27), bukan aturan-aturan. Bukanlah seperangkat aturan yang disajikan, tapi suatu karakter yang baru, fokus yang baru, kehidupan yang baru.

35

Ini tidak berarti bahwa Alkitab tidak mengandung aturan, karena ada aturan-aturan, hanya saja tidak mencakup setiap bidang. Seringkali aturan-aturan justru menjadi hambatan dan bukannya jembatan dalam upaya pencarian manusia akan Tuhan. Alkitab memberikan pada kita informasi yang cukup untuk bisa hidup menyenangkan Allah, sekaligus juga memberikan pada kita beberapa pedoman-pedoman atau batasan-batasan. Namun demikian, karunia utamanya adalah "Panduan," bukan pedoman. Mengetahui dan mengikuti Panduan tersebut sampai anda menjadi seperti Dia adalah tujuan kedua dari Kitab Suci.

B. Bukan Sebuah Buku Ilmu Pengetahuan

Contoh lain dari upaya manusia modern untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai Alkitab yang tidak dirancang untuk dijawabnya adalah di bidang penelitian ilmiah modern. Banyak orang yang ingin memaksakan Kitab Suci ke dalam kisi-kisi filsafat hukum alam, khususnya dalam kaitannya dengan "metode ilmiah" tentang penalaran induktif. Alkitab bukanlah Bukuteks Illahi tentang hukum alam. Ini bukan anti-ilmiah, namun pra-ilmiah! Tujuan utamanya tidaklah di bidang ini. Meskipun Alkitab tidak menjawab secara langsung atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, Alkitab berbicara tentang realitas fisik, namun demikian, ini dilakukannya dalam bahasa deskripsi (yaitu, bahasa fenomenologis), bukan ilmu pengetahuan. Kenyataan digambarkan dalam istilah-istilah jamannya sendiri. Alkitab lebih menyajikan suatu "pandangan dunia" dari pada sebuah "gambaran dunia." Ini berarti bahwa Alkitab lebih berfokus pada "Siapa"-nya dari pada "bagaimana"-nya. Berbagai hal digambarkan sebagaimana mereka tampak (yaitu, kelima indra) di mata orang biasa. Beberapa contohnya adalah

1. Apakah orang mati benar-benar hidup di dalam tanah? Budaya Ibrani, seperti budaya kita sendiri, mengubur mereka yang mati. Oleh karena itu, dalam bahasa deskripsi, mereka berada di dalam bumi (Sheol atau Hades).

2. Apakah daratan itu benar-benar mengapung di atas air? Hal ini sering dihubungkan dengan model alam semesta tiga tingkat. Orang-orang zaman dahulu tahu bahwa air ada di bawah tanah (yaitu, oasis). Kesimpulan mereka diungkapkan dalam bahasa puitis.

3. Bahkan kita, di zaman kita, berbicara dalam kategori-kategori ini. a. "Matahari terbit"

b. "Embun jatuh"

Beberapa buku yang telah sangat membantu saya di bidang ini adalah 1) Agama dan Kebangkitan Ilmu Pengetahuan Modern oleh R. Hooykaas 2) The Aktivitas-aktivitas Ilmiah dan Iman Kristen oleh Malcolm A. Jeeves

3) Pandangan Kristen terhadap Ilmu Pengetahuan dan Kitab Suci oleh Bernard Ramm

4) Ilmu Pengetahuan dan Hermeneutika oleh Vern S. Poythress 5) Darwinisme Diadili oleh Phillip Johnson

36

7) Ilmu Pengetahuan dan Iman: Sebuah Dialog Injili oleh Henry Poe dan Jimmy Davis

8) Persengketaan tentang Asal Mula oleh Del Ratzsch

9) Menuju ke Perdamaian dengan Ilmu Pengetahuan oleh Daniel Falk

10) Kekeristenan Belaka: Ilmu Pengetahuan dan Disain Intelijen oleh William Demoski

C. Bukan Sebuah Buku Sihir

Alkitab tidaklah hanya sekedar bukan merupakan sebuah buku peraturan atau buku ilmu pengetahuan, namun juga bukan sebuah buku sihir. Kasih kita akan Alkitab telah menyebabkan kita untuk memperlakukannya dalam beberapa hal yang sangat aneh. Pernahkah anda mencari kehendak Allah dengan berdoa dan kemudian membiarkan Alkitab anda terbuka sendiri ke sebuah halaman dan kemudian meletakkan jari anda pada sebuah ayat? Praktek umum ini memperlakukan Alkitab seolah-olah sebagai sebuah bola kristal atau "papan Ouija" ilahi. Alkitab adalah sebuah berita, bukanlah sebuah Urim dan Tumim modern (Kel 28:30). Nilainya berada di dalam beritanya, bukan dalam keberadaan fisiknya. Sebagai orang Kristen, kita membawa Alkitab kita ke rumah sakit bersama dengan kita, bukan supaya kita bisa membacanya, karena kita terlalu sakit. Kita melakukannya karena Alkitab mewakili hadirat Allah kepada kita. Bagi banyak orang Kristen modern Alkitab telah menjadi sebuah berhala fisik. Beritanya tentang Allah di dalam Kristuslah yang merupakan kuasanya, bukannya kehadiran fisiknya. Menempatkan Alkitab anda pada sayatan bedah anda tidak akan membantunya untuk lebih cepat sembuh. Kita tidak hanya perlu Alkitab di samping tempat tidur kita, kita perlu beritanya dalam hati kita.

Saya bahkan mendengar orang-orang merasa kesal jika seseorang menjatuhkan sebuah Alkitab atau jika seseorang menulisinya. Alkitab tidak lebih dari kulit sapi (jika Anda memiliki edisi yang mahal), ampas pohon, dan tinta. Alkitab hanya menjadi suci dalam hubungannya dengan Allah. Alkitab tidak akan ada gunanya kalau tidak dibaca dan diikuti. Budaya kita bersikap hormat terhadap Alkitab dan memberontak terhadap Allah. Sebelumnya pada sistem pengadilan kita seseorang harus bersumpah untuk mengatakan yang sebenarnya sambil memegang tangannya di atas Alkitab. Jika seseorang adalah orang percaya maka ia pasti otomatis tidak akan berbohong. Jika seseorang bersumpah atas sebuah buku kuno yang tidak dipercayainya dan yang isinya tidak diketahuinya, apa yang membuat kita berpikir bahwa dia tidak akan berbohong?

Alkitab bukan sebuah pesona magis. Alkitab bukankanlah sebuah Bukuteks yang rinci, lengkap, dan menyeluruh tentang fenomena-fenomena alam dan bukan pula sebuah buku aturan "Hoyle" tentang permainan kehidupan yang disertai petunjuk-petunjuk rinci di setiap bidang. Alkitab adalah sebuah pesan dari Allah yang bertindak dalam sejarah manusia. Alkitab menunjuk ke arah Putra-Nya dan menunjukkan jarinya pada pemberontakan kita.

37

Dalam dokumen ANDA DAPAT MEMAHAMI ALKITAB: (Halaman 34-37)