• Tidak ada hasil yang ditemukan

4: Keberanian untuk Mengambil Tanggung Jawab yang Lebih Besar

Dalam dokumen sukseskan-mudamu (Halaman 117-121)

#4: Keberanian untuk Mengambil Tanggung Jawab yang

Lebih Besar

Menjadi seorang mahasiswa di Indonesia memang masih dianggap elit, terutama karena jumlahnya yang masih sangat sedikit. Tetapi menjadi mahasiswa tidak akan bermakna apa-apa jika mereka tidak mampu memanfaatkan kelebihannya untuk mencapai prestasi tinggi dan bermanfaat bagi orang lain.

Dari sinilah kemudian kita akan mengenal mahasiswa yang biasa-biasa saja dan mahasiswa yang memiliki unsur pembeda. Selain prestasi tinggi dalam aspek eksistensi pribadi, yang membedakan satu mahasiswa dengan mahasiswa lain adalah keberanian untuk tampil di depan mengambil tanggung jawab yang lebih besar.

Shofwan Al Banna Choiruzzad (Shofwan), adalah mantan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia dari unsur mahasiswa. Menjadi Anggota MWA tentu bukan tugas yang gampang, lebih dari itu ini adalah tanggung jawab yang sangat besar. Gambaran sederhananya, Majelis Wali Amanat (MWA) UI adalah badan yang berwenang untuk menyeleksi dan memiilih Rektor UI. MWA UI, yang anggotanya terdiri dari berbagai unsur stakeholders UI, kemudian juga berwenang untuk mengawasi kinerja pengelola UI. Dengan tanggung jawab sebesar ini, Anggota MWA seperti Shofwan ikut menjadi penentu masa depan UI.

Di tengah-tengah kewajibannya menyelesaikan perkuliahan dan kewajiban individu lainnya, Shofwan tampil ke depan mewakili teman-temannya, dari unsur mahasiswa, untuk memikul tanggung jawab yang besar itu.

Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan

- -

Andy Tirta adalah mantan Ketua Badan Ekesekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik UI, Goris Mustaqim adalah mantan Sekretaris Jenderal Keluarga Mahasiswa (KM) ITB, Achmad Ferdiansyah Pradana Putra adalah mantan Menteri Riset dan Teknologi Badan Eksekutif Mahasiswa ITS. Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi lainnya juga merupakan pemimpin dalam organisasi-organisasi mahasiswa yang mereka geluti.

Menjadi Ketua Senat Mahasiswa atau Badan Eksekutif Mahasiswa adalah salah satu tanggung jawab besar, yang hanya dipegang oleh satu mahasiswa saja setiap tahunnya. Dalam praktiknya, organisasi semacam Senat Mahasiswa atau Badan Eksekutif Mahasiswa ini memiliki berbagai aktivitas yang sangat kontributif, baik bagi kalangan mahasiswa sendiri maupun bagi masyarakat.

Secara umum, menjadi pemimpin organisasi, seperti yang dilakoni Shofwan, Andy Tirta, Goris Mustaqim, Achmad Ferdiansyah, dan Mahasiswa Berprestasi lainnya, adalah mengambil tanggung jawab sosial yang berpengaruh terhadap urusan orang lain atau orang banyak. Karenanya, tidak semua mahasiswa berani mengambilnya. Disinilah penawaran tertingginya. Mahasiswa yang berani mengambil tanggung jawab lebih besar akan memiliki kesempatan yang lebih besar pula untuk belajar aneka hal. Karenanya mereka memiliki kesempatan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi pemuda yang lebih sukses.

Berbicara “tanggung jawab yang lebih besar” adalah berbicara tentang kepemimpinan dan kepeloporan. Cakupannya juga tidak melulu tentang organisasi mahasiswa. Mengambil tanggung jawab yang lebih

Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan

- -

Mengambil tanggung jawab yang lebih besar adalah mengambil kesempatan belajar yang langka, lebih

dari itu juga untuk menunaikan kebaikan dengan

segera tanpa harus menunggu datangnya

kesuksesan.

besar itu bisa juga dalam bentuk lain seperti: terlibat kegiatan sosial, membantu teman memahami mata kuliah, menyuarakan keadilan bagi masyarakat luas, hingga mengajak teman-teman lain berbuat kebaikan seluasnya. Aksi-aksi menuntut pemerintah agar membela kepentingan rakyat juga wujud pengambilan tanggung jawab yang lebih besar. Semua bentuk tanggung jawab

yang lebih besar ini akan menawarkan peluang bagi mahasiswa untuk belajar dan berkembang menjadi pemuda yang handal. Karenanya, mengabaikan atau menolak kesempatan untuk memikul tanggung jawab yang

lebih besar adalah kesalahan yang sulit diobati pada masa mahasiswa yang sangat pendek itu.

Lebih dari itu, mengambil tanggung jawab yang lebih besar berarti pula menunaikan kebaikan lebih cepat, tanpa harus menunggu kita menjadi apa atau sesukses apa, persis seperti yang dicontohkan Muhammad Toha, pahlawan dari Bandung yang kita bincangkan di awal buku ini.

#5: Keberanian untuk Mengatakan “Tidak”

Mahasiswa adalah masa kemandirian. Orang tua cenderung akan mengendorkan model dan frekuensi pengawasan dan bimbingan kepada anak-anaknya yang mulai menginjak bangku perkuliahan. Sistem akademik kampus pun ditata sedemikian rupa yang

Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan

- -

Godaan negatif akan selalu menarik mahasiswa, seperti bermalas-malasan

dan mencontek. Mahasiswa harus berani untuk mengatakan “Tidak”

pada hal-hal negatif yang merusak masa depannya.

mempersyaratkan mahasiswa untuk proaktif dan “mengurus” kebutuhannya sendiri tanpa menunggu perintah dari siapapun.

Dengan pola lingkungan seperti ini, mahasiswa memiliki kendali sepenuhnya atas pilihan-pilihan hidup yang hendak dia ambil saat ini. Mahasiswa boleh bermalas-malasan, boleh membolos, boleh urakan, atau boleh apa saja, karena semua sudah menjadi tanggung jawab mahasiswa sendiri.

Begadang dengan teman biasanya sangat mengasyikkan. Tetapi jika berlebihan, aktivitas seperti ini juga akan menganggu kinerja mahasiswa. Bermain games juga menyegarkan, tapi jika kebanyakan akan merusak hidup.

Karena berbagai alasan, mungkin mahasiswa tidak cukup belajarnya sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal ujian. Godaannya adalah mencari contekan teman atau bahkan mencontek dari bahan kuliah langsung. Keduanya jelas merusak integritas yang seharusnya dipupuk dan dijaga dengan baik sejak awal. Godaan-godaan negatif akan selalu menarik mahasiswa, dalam situasi dan bentuk yang berbeda.

Disinilah tantangannya. Karena kendali itu ada di tangan kita sendiri, maka bagian lain dari keberanian yang kami anjurkan di sub-bab ini adalah keberanian untuk mengatakan “tidak” terhadap hal-hal negatif yang mungkin menggoda.

Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan

- -

Kekhawatiran yang menghinggapi mahasiswa biasanya kekhawatiran yang

remeh saja untuk didengarkan.

Dalam dokumen sukseskan-mudamu (Halaman 117-121)