• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keinginan dalam Target-Target Perkuliahan

Dalam dokumen sukseskan-mudamu (Halaman 149-153)

kompetensi bisnis yang ingin digelutinya, atau memulai membangun jaringan pertemanan yang terkait dengan bisnis yang ingin dibangun.

Mahasiswa yang ingin mendirikan perusahaan teknologi informasi (TI) harus membangun kompetensinya dalam bidang TI.

Mahasiswa yang bermimpi menjadi atlet olah raga nasional harus rajin berlatih dari sekarang.

Mahasiswa yang bermimpi menjadi politisi harus belajar membangun jaringan dan pengaruh sosial.

Mahasiswa yang bermimpi menjadi penyanyi terkenal dan disukai penggemar harus rajin berlatih olah suara.

Menyadari mimpi seperti di atas adalah ideal bagi seorang pemuda. Dengan mimpi itu, mereka dapat mulai menanam benih kebutuhan yang benar-benar diperlukan, dan mengesampingkan apa yang memang tidak diperlukan. Kalau kita mengenali mimpi, tentu kita akan mengenali apa yang kita butuhkan untuk mewujudkan mimpi tersebut.

Keinginan dalam Target-Target Perkuliahan

Menjadi seperti Shofwan yang penuh idealisme dan bervisi jauh adalah sempurna. Tetapi bagi seorang lulusan SMA atau mahasiswa baru, merumuskan visi masa depan yang jauh juga tidak mudah untuk dilakukan. Demikian juga yang dialami oleh sebagian besar Mahasiswa Berprestasi dalam studi kami ini.

Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan

- -

Pada awal masa perkuliahan, banyak dari Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini juga tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai peran apa yang ingin mereka ambil setelah lulus dari bangku kuliah. Menjadi apa, bekerja dimana, dan sederet pertanyaan lain terkait eksistensi individu sulit dijawab pada awal masa, bahkan kadang juga sampai pada akhir masa mahasiswa.

Mari kita tengok biodata beberapa Mahasiswa Berprestasi! M. Nuryazidi sempat bekerja di 2 agensi periklanan sebelum diterima di Bank Indonesia dan berprestasi di sana. Alief Aulia Rezza juga sempat menjadi peneliti di sebuah lembaga penelitian dan menjadi karyawan di sebuah bank nasional, sebelum kemudian dia mendapat beasiswa sebagai mahasiswa program Master di Norwegian University of Life Sciences (UMB), Norwegia, dan kemudian sekarang adalah kandidat Doktor di Norwegia juga.

Rangga Handika juga sempat bekerja di sebuah bank sebelum kemudian dia menyadari bahwa itu bukanlah tempat yang sesuai dengan minat dan karakternya. Dia akhirnya memutuskan pindah haluan menjadi akademisi dan sekarang sedang mengambil program Doktoral di Australia.

Ghofar Rozaq Nazila (Ghofar) pun tidak pernah berpikir dia akan menjadi pengusaha sukses seperti sekarang ini. Bahkan menjelang lulus dia sudah bertekad untuk mengambil program S-2 di luar negeri dan kemudian menjadi akademisi di kampus.

”Kenyataan hari ini ada sedikit perbedaan dengan rencana awal saya, walaupun ternyata Allah SWT memberikan hasil yang jauh lebih baik. Dulu setelah lulus kuliah, saya ingin menjadi ilmuwan

Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan

- -

dan membangun ‟Islamic Architectural Heritage‟. Atas keinginan ini, beasiswa S2 ke luar negeri pun sudah saya dapatkan. Bagian dari perencanaan saya adalah menikah pada usia dini, akhirnya saya tunaikan 3 bulan setelah kelulusan sambil menunggu berangkat sekolah.

Ternyata Allah SWT memiliki kehendak lain. Bisnis yang „iseng-iseng‟ saya coba sembari menunggu keberangkatan sekolah ternyata jatuh bangkrut dan membuat saya memiliki kewajiban-kewajiban kepada pihak lain.

Dari kenyataan ini, akhirnya saya memutuskan untuk menekuni bisnis dan bertekad mengembalikan segala kewajiban yang saya miliki.” (Ghofar Rozaq Nazila)

Ketidaksengajaan ternyata menjadi pintu bagi Ghofar untuk sukses lebih tinggi lagi.

Demikian pula dengan pengakuan Achmad Zaky Syaifudin, yang merupakan pengusaha IT sukses.

”Ya, sebenarnya tidak terbayang sama sekali waktu masih kuliah bahwa saya akan berwirausaha nantinya. Awalnya saya hanya berkeinginan untuk bekerja di perusahaan multinasional atau di luar negeri dengan gaji besar. Sekarang, semua seperti berputar seiring dengan tingkat pemahaman saya yang meningkat. Tapi keinginan saya tetap sama, memberikan manfaat dan kebanggaan kepada orang-orang sekitar. Hanya jalannya sedikit berbeda.” (Achmad Zaky Syaifudin)

Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan

- -

Deviana Octavira juga mengaku mengalami transformasi keinginan-keinginan, yang berkembang seiring dengan bertambahnya usia, pengalaman, dan pengetahuan.

Pada saat masih kecil, saya suka berjualan alat tulis dan pernak-pernik kepada teman-teman sebaya. Saya pikir saya ingin menjadi seorang pengusaha suatu hari nanti. Namun, seiring dengan bertambahnya usia, ternyata saya lebih tertarik menjadi seorang pekerja. Dan untuk menjadi seorang pekerja yang baik dan memiliki kualifikasi yang baik, diperlukan proses dan usaha yang mendukung.

Pada saat kuliah, saya telah memiliki beberapa opsi untuk bekerja dimana. Opsi tersebut didapat dengan melihat perkembangan akademik, berbagai informasi, dan hasil bincang-bincang dengan para alumni, kakak angkatan, maupun dengan keluarga. Salah satu opsi yang saya pikirkan saat itu adalah menjadi karyawan di perusahaan multinasional. Daya tariknya adalah benefit, job challenge, dan networking yang luas.” (Deviana Octavira)

Rangkaian cerita di atas menggambarkan bahwa pada awal fase mahasiswanya, Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini juga belum mampu menggambar dengan jelas target-targetnya pasca menyelesaikan kuliah. Beberapa dari mereka, setelah lulus, bahkan menjalani berbagai hal sebelum kemudian menemukan tempat dan proses yang sekarang mereka jalani dengan tekun.

Meskipun para Mahasiswa Berprestasi ini belum memiliki gambaran yang jelas mengenai peran pasca perkuliahan, mereka semua ternyata tetap memiliki target-target prestasi yang jelas untuk dicapai semasa

Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan

- -

Masa perkuliahan adalah masa pembelajaran. Apapun yang mahasiswa pelajari dan raih disana, selama itu baik, pasti

akan memberi manfaat bagi mahasiswa di kemudian hari.

menjadi mahasiswa. Mereka menetapkan target-target seperti skor IPK, kompetisi tertentu, pengalaman organisasi, dan berbagai target prestasi lainnya.

Kenyataan ini memberikan pelajaran kembali mengenai kedudukan perkuliahan bagi pemuda. Masa perkuliahan adalah masa pembelajaran

saja. Apapun yang mahasiswa pelajari disana, selama itu baik, pasti akan memberi manfaat bagi mahasiswa di kemudian hari. Prestasi apapun yang mahasiswa raih selama menjadi mahasiswa, pasti akan tetap memberikan modal positif baginya setelah menyelesaikan masa perkuliahan.

Kesimpulannya, sebagian besar Mahasiswa Berprestasi menjalani masa perkuliahannya dengan semangat yang sederhana saja. Walaupun mereka tidak tahu bakal jadi apa mereka nantinya, mereka tetap menjalani dan berusaha meraih prestasi pada semua kesempatan-kesempatan pembelajaran yang ada, baik di wilayah akademik maupun non-akademik, karena apapun prestasi yang bisa diraih pasti mendatangkan kebaikan bagi mereka di kemudian hari.

Dalam dokumen sukseskan-mudamu (Halaman 149-153)