• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stop Excuse! Mereka Terbukti Berhasil

Dalam dokumen sukseskan-mudamu (Halaman 57-61)

Mari bersikap optimis saja!. Jika anda dari keluarga kaya, manfaatkan fasilitas

itu untuk lebih maju lagi. Jika anda dari keluarga tidak beruntung, anda tidak

perlu berkecil hati, banyak orang sukses dari titik nol.

Dari berbagai diskursus ini, ”Lingkaran Setan Kemiskinan” memang sulit dipungkiri kebera-daannya, jika dia tidak ada tentu negara Indonesia atau negara berkembang dan miskin lainnya tidak akan lama-lama berkubang

dalam kemiskinan yang meluas. Tetapi menganggap bahwa hanya orang kaya yang bisa sukses juga terlalu sembrono.

Mari kita bersikap optimis, kalau anda berangkat dari keluarga kaya maka anda jelas memiliki kesempatan untuk lebih maju. Tetapi jika anda dari keluarga yang tidak beruntung pun, anda tidak perlu berkecil hati, terlalu banyak cerita-cerita nyata mengisahkan keberhasilan orang yang mengentas dari kemiskinan dan mencapai kesuksesannya. Dari merekalah kita dapat belajar banyak tentang menggapai kesuksesan dari titik nol.

Stop Excuse! Mereka Terbukti Berhasil

Saat memulai belajar di kampus, anda akan mendapati atau juga mengalami sendiri kebiasaan-kebiasaan excusing atau justifiying atas ketidakmampuan diri untuk berkompetisi dengan mahasiswa lain. Ini jamak sekali. Kita menuduh teman lain lebih hebat bahasa inggris-nya karena orang tua-inggris-nya diplomat atau dia sudah kursus bahasa inggris sejak balita. Kita menuduh teman lain bisa ber-IPK cumlaude karena punya lebih banyak buku bagus yang mahal. Kita menuduh teman lain bisa menjuarai kompetisi di luar negeri karena orang tuanya

Membangun Kesuksesan dari Titik Nol

- -

mampu membayar tiket pesawat ke sana. Dan seabrek excuse lainnya. Ujung-ujungnya, semua excuse ini seperti menuduh dunia yang tidak adil.

Hasil studi kami dengan gamblang dan faktual membantah berbagai mitos, anggapan, atau juga excuse yang sering dilontarkan pemuda-pemuda mengenai tidak adilnya dunia. Temuan tersebut adalah sebagai berikut:

Mahasiswa Berprestasi tidak harus berlatar belakang keluarga kaya

Sebelumnya ada anggapan bahwa Mahasiswa Berprestasi akan datang dari keluarga-keluarga berada. Mereka memiliki sumber daya finansial yang memungkinkan mereka memiliki beragam fasilitas untuk mendukung prestasi di bangku perkuliahan, seperti buku-buku yang lengkap, kursus private, atau perlengkapan kuliah yang memadai, semacam komputer, kalkulator, alat gambar, atau alat laboratorium. Faktanya, Mahasiswa Berprestasi, yang berbagi dalam studi ini, tidak semuanya datang dari keluarga berada. Beberapa dari mereka bahkan harus mencari biaya kuliah dan biaya hidup sendiri karena orang tua atau keluarga mereka sudah tidak mampu membiayai.

Mereka memang harus berjuang mengatasi masalah keuangan ini. Tetapi, kekurangan atau keterbatasan finansial yang mereka miliki ternyata tidak menghalangi keinginan mereka untuk sukses di perkuliahan. Mereka tetap berprestasi di tengah usaha mencari biaya hidup dan biaya kuliah sendiri.

Membangun Kesuksesan dari Titik Nol

- -

Kesimpulan kami, mahasiswa dengan latar belakang apapun, yang berada atau yang tidak, memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk berprestasi.

Mahasiswa Berprestasi datang dari daerah manapun

Sebelumnya ada anggapan bahwa Mahasiswa Berprestasi akan datang dari kota-kota besar. Mereka diyakini telah memiliki modal awal yang lebih baik, seperti pengenalan lingkungan perkotaan dengan budayanya yang lebih dinamis, atau telah memanfaatkan fasilitas-fasilitas pembelajaran yang dapat ditemukan lebih lengkap di kota-kota besar, seperti lembaga kursus, perpustakaan, atau media informasi. Faktanya, Mahasiswa Berprestasi, yang berbagi dalam studi kami ini, tidak semuanya datang dari kota besar. Mereka datang dari kota-kota yang sedang atau kecil saja, seperti Brebes, Jombang, Jepara, atau Pekalongan.

Memang Mahasiswa Berprestasi yang berangkat dari kota kecil sempat mengalami kekagetan atas lingkungan dan budaya baru yang dihadapinya. Tetapi ini bukanlah masalah yang tidak bisa diselesaikan sehingga layak menghalangi prestasi yang ingin mereka raih. Mereka datang ke kampus untuk suatu alasan yang kuat, yaitu berprestasi dalam perkuliahan.

Mahasiswa Berprestasi datang dari sekolah manapun

Sebelumnya ada anggapan bahwa Mahasiswa Berprestasi akan datang dari alumni-alumni SMA/SMK terbaik atau favorit. Mereka

Membangun Kesuksesan dari Titik Nol

- -

diyakini telah terbiasa dalam lingkungkan yang kompetitif sehingga terbiasa pula untuk berusaha keras mengejar prestasi.

Faktanya, Mahasiswa Berprestasi, yang berbagi dalam studi kami ini, tidak semuanya datang dari alumni-alumni SMA/SMK favorit. Bahkan M. Nuryazidi dan Kurnia Fitra Utama justru berangkat sebagai alumni pondok pesantren, institusi pendidikan yang kurikulumnya tidak mengkhususkan pada materi-materi pendidikan umum, tetapi juga materi-materi pendidikan agama.

Ini menjadi bukti bahwa alumni SMA/SMK manapun memiliki kesempatan untuk meraih prestasi tinggi di masa perkuliahan.

Mahasiswa Berprestasi datang dari keluarga dengan orang tua berpendidikan apapun

Sebelumnya ada anggapan bahwa Mahasiswa Berprestasi akan datang dari keluarga dengan orang tua yang berpendidikan tinggi. Mereka diyakini memiliki pandangan lebih maju mengenai arti prestasi dan kesuksesan akademik, sebagaimana yang orang tua mereka ajarkan.

Faktanya, Mahasiswa Berprestasi, yang berbagi dalam studi kami ini, tidak semuanya datang dari keluarga dengan orang tua berpendidikan tinggi. Orang tua dari beberapa Mahasiswa Berprestasi hanya berpendidikan SLTA dan bahkan diantaranya hanya Sekolah Dasar. Hasil studi kami menunjukkan bahwa beberapa Mahasiswa Berprestasi pernah mengalami situasi dimana orang tua mereka terkadang kurang faham dengan kondisi perkuliahan yang sedang

Membangun Kesuksesan dari Titik Nol

- -

Sebelum excuse dengan tuduhan “dunia tidak adil”,

sebaiknya kita evaluasi diri sendiri dulu. Tuduhan “dunia tidak adil” juga sudah tidak dapat kita pakai, Mahasiswa Berprestasi

membantahnya.

dialami putra-putri mereka. Tetapi ini tentu bukan alasan untuk menghalangi keinginan mereka berprestasi. Alih-alih meng-hambat, kami mendapati bahwa setiap orang tua selalu mendukung putra-putrinya, tentu dengan cara mereka masing-masing.

Semua temuan di atas memberikan keyakinan kepada kita bahwa prestasi dan kesuksesan dapat diperoleh oleh siapapun dengan latar belakang apapun. Pencapaian kita ditentukan oleh diri kita sendiri, sementara masalah-masalah warisan atau bawaan hampir-hampir tidak menjadi faktor penentu yang signifikan.

Jadi jika sekarang anda belum mampu berprestasi, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah evaluasi internal terhadap diri sendiri. Sadari apa kekurangan yang dimiliki dan apa yang harus diperbaiki agar prestasi menjadi lebih baik! Menuduh dunia tidak adil sudah tidak dapat kita lakukan lagi. Cerita dan pengalaman para Mahasiswa Beprestasi sudah membantahnya.

Dalam dokumen sukseskan-mudamu (Halaman 57-61)