• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kita juga Butuh Persiapan

Dalam dokumen sukseskan-mudamu (Halaman 127-133)

Persiapan akan mengikis rasa khawatir dan takut saat

menghadapi berbagai tantangan.

 Everybody is same. Kita sama-sama memiliki waktu 24 jam sehari, makan hingga kenyang, memiliki organ tubuh yang sama, dan pastinya sama-sama hidup di bumi ciptaan Tuhan. Jika melihat kondisi tersebut, apakah pantas jika kita berkecil hati untuk bersaing dengan orang lain?. No body is prefect. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Berfikir positiflah karena hal itu adalah energi positif untuk memulai sesuatu.

Kita juga Butuh Persiapan

Rasa takut dan khawatir itu akan terus menghantui pemuda-pemuda yang ingin berkarya. Selain mengelola mental dan pikiran, Mahasiswa Berprestasi dalam studi kami memiliki pendekatan yang sama untuk mengikis dan menghantam rasa takut atau rasa khawatir yang menyerang mereka. Yaitu dengan melakukan Persiapan yang memadai.

Persiapan yang dimaksud adalah seperti belajar, latihan, meyiapkan persyaratan, atau menyiapkan berbagai kebutuhan

lainnya untuk menghadapi tantangan yang dihadapi, seperti perkuliahan, ujian, wawancara rekrutmen organisasi, wawancara beasiswa, atau kompetisi-kompetisi lainnya.

Jika mengelola mental dan cara bepikir adalah ”perangkat lunak” untuk menumbuhkan keberanian, maka proses persiapan adalah ”perangkat

Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan

- -

keras” nya untuk mempertahankan keyakinan, dan untuk memastikan bahwa keberanian yang muncul itu bukan keberanian membabi buta atau sembrono.

Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini menyadari betul pentingnya persiapan ini. Para Mahasiswa Berprestasi menjalani persiapan sampai pada keyakinan bahwa perasaan takut itu telah teratasi pada tingkat yang dapat diterima.

Sebelum mengikuti pelajaran di kelas, Rangga Handika mengaku melakukan persiapan dengan membaca bahan-bahan kuliah yang akan dipelajari walaupun itu tidak dilakukan secara menyeluruh. Untuk berani dan bisa bertanya di kelas, mahasiswa harus memahami materi yang sedang dibicarakan.

Achmad Ferdiansyah (Ferdi) adalah Mahasiswa Berprestasi yang memenangkan Business Start Up Awards ShellLIVE Wire 2010, sebuah kompetisi bagi wirausahawan muda. Ferdi mengaku telah menyiapkan diri untuk mengikuti kompetisi sejak setahun sebelumnya. Dia bertanya dengan rekan-rekan yang pada tahun sebelumnya mendapatkan penghargaan yang sama. Waktu satu tahun dia manfaatkan untuk memperbaiki kelemahan dan membenahi kekurangan. Persiapan membuatnya lebih berani (baca: percaya diri) untuk berkompetisi dalam lomba tersebut.

Alief Aulia Rezza (Alief) adalah sahabat kami. Alief banyak memberikan nasihat dan teladan kepada kami, salah satunya berkaitan dengan topik keberanian ini.

Alief tumbuh dan menyelesaikan sekolah SLTA di Jombang, sebuah kota yang tidak terlalu besar di Jawa Timur. Sebagai “anak daerah”,

Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan

- -

Alief juga mengalami kendala yang sama dengan rata-rata anak daerah yang lain, yaitu ketrampilan bahasa Inggrisnya biasa-biasa saja.

Padahal, dalam kompetisi Mahasiswa Berprestasi (Mapres) UI yang akan diikuti Alief, seleksi kemampuan bahasa inggris adalah salah satu proses yang paling penting. Selain dalam tahap wawancara, bahasa inggris juga wajib digunakan pada presentasi makalah ilmiah mereka dihadapan dewan juri dan penonton.

Alief mengalami kekhawatiran yang serius tentang betapa malunya dia jika dia tidak mampu berucap sepatah kata pun dengan bahasa inggris di depan dewan juri dan penonton. Untungnya, rasa khawatir ini tidak kemudian menghalanginya untuk tetap berpartisipasi dalam kompetisi tersebut.

Kami menyaksikan bagaimana Alief melakukan persiapan secara intensif. Belajar bahasa memang memerlukan waktu yang cukup lama dan latihan yang rutin untuk mencapai level lancar, tetapi Alief mengakalinya dengan menyiapkan kalimat-kalimat dalam bahasa Inggris dan kemudian menghafalkannya, persis seperti anak-anak yang menghafal surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an atau lagu-lagu sekolah mereka.

Pada satu malam, kami melakukan simulasi, kami dan teman-teman yang lain mengajukan pertanyaan dalam bahasa Inggris layaknya dewan juri kompetisi Mapres, sedangkan Alief berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan, tentu saja dengan memanggil hapalan-hapalan bahasa Inggris yang ada di kepalanya.

Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan

- -

Pada kesempatan lain, sebagai seorang lulusan pendidikan akuntansi, kami memiliki keinginan yang kuat untuk bekerja di kantor akuntan publik (KAP), terutama KAP dengan reputasi internasional seperti PricewaterhouseCoopers (PwC), Ernts and Young, KPMG, atau Delloitte. Tetapi, nilai IPK yang tidak cumlaude dan ketrampilan bahasa inggris yang pas-pasan memberikan tekanan rasa takut dan ketidakpercayaan diri bagi kami sebelum benar-benar mendaftar ke KAP-KAP tersebut.

Alief memberikan motivasi dan strategi saat kami justru tidak percaya diri setelah menerima panggilan dari PwC untuk mengikuti seleksi

”Fan, tidak ada yang perlu kamu takuti. Mari kita rumuskan, apa saja jenis tes dan seleksi yang akan digunakan PwC. Terus kita identifikasi dimana kelemahanmu, dan kita siapkan saja sebelum kamu benar-benar ikut seleksinya.

Setahuku wawancara seleksi itu memiliki pertanyaan yang standar, seperti motivasi, kelebihan, kekurangan, mengapa daftar kesini. Nah itu saja kita siapkan jawabannya dengan versi inggris, terus kamu hafalin sama seperti waktu aku menyiapkan kompetisi Mapres dulu.” (Alief Aulia Rezza)

Menghapal jawaban dalam bahasa Inggris memang terkesan sangat memalukan. Bahasa Inggris kok dihapalkan. Tetapi, kenyataannya strategi ini bekerja sempurna bagi Alief saat mengikuti kompetisi Mahasiswa Berprestasi, dan bagi kami saat mendaftar ke PricewaterhouseCoopers. Alief meraih predikat MAPRES-nya dan kami juga diterima di PwC dan kemudian bekerja di sana selama hampir 4 (empat) tahun.

Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan

- -

Menghapal jawaban dalam bahasa Inggris adalah salah satu bentuk persiapan yang diajarkan oleh Alief, yang akan membantu kita mengatasi rasa takut, cemas, atau khawatir saat menghadapi tantangan-tantangan dengan pengantar bahasa asing seperti ini. Jika bekerja dengan baik, persiapan tidak

hanya membunuh rasa cemas tetapi juga benar-benar mengantarkan kita mengatasi tantangan yang ada.

Tentu saja Alief yang sekarang sudah jauh berbeda dengan Alief saat masih menghapal bahasa Inggris dulu. Setahun setelah menamatkan kuliah S-1 nya, Alief

mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Norwegia untuk menempuh studi S-2 (Master) di Norwegian University of Life Sciences (UMB), Norwegia.

Setelah lulus S-2, Alief juga langsung melanjutkan studinya pada jenjang Doktoral (S-3) di Norwegian School of Economics and Business Administration (NHH), Norwegia, dengan beasiswa dari NHH. Selain studi S-3, aktivitas harian Alief di Norwegia diisi dengan mengajar di universitas yang sama dan juga melakukan beberapa penelitian yang dia presentasikan di berbagai konferensi internasional. Cerita tentang Alief dan persiapan bahasa inggrisnya hanyalah satu contoh tentang pentingnya ”persiapan”. Pentingnya ”persiapan” juga berlaku pada proses-proses selain dalam kompetisi atau perlombaan, seperti dalam membangun pertemanan atau pergaulan, menghadiri

#19: Alief saat mengajar di Kampus NHH,

Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan

- -

seminar/forum-forum keilmuan, berbicara di hadapan publik, mendaftar beasiswa, dan tentu saja saat menghadapi ujian kuliah.

Winston Churcill, Perdana Menteri Inggris yang menjadi pahlawan Inggris saat Perang Dunia II, dikenal sebagai sosok yang sangat mudah bergaul sehingga disenangi banyak orang. Dalam setiap perjamuan makan dengan koleganya, Winston Churcill akan selalu mengisi perbincangan itu dengan guyonan-guyonan cerdas yang menghangatkan suasan perjamuan.

Tetapi banyak orang yang tidak tahu. Winston Churcill sebenarnya juga melakukan banyak persiapan sebelum dia menghadiri atau mengadakan perjamuan-perjamuan itu. Winston Churcill akan berpikir dan kemudian menentukan topik pembicaraan apa yang akan menarik bagi koleganya, dan lelucon apa yang akan memancing tawa riang mereka.

Dengan persiapan ini, Winston Churcil ingin memastikan bahwa perjamuan yang dia datangi atau dia adakan dapat memberikan manfaat bagi dia dan orang lain dalam bentuk pergaulan dan pertemanan yang hangat.

Pada akhirnya, kuliah adalah kesempatan yang mahal dan berharga, kita tidak boleh menyia-nyiakannya dengan tidak melakukan apapun di sana, baik yang bersifat akademis maupun

non-akademis. Mahasiswa harus berani mencoba berbagai hal penting bagi pengembangan dirinya.

Menggambar Keinginan,

Dalam dokumen sukseskan-mudamu (Halaman 127-133)