• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASA KULIAH

Dalam dokumen sukseskan-mudamu (Halaman 63-68)

pada tahun 2004. Semasa kuliah S-1, Purba mendapat bermacam beasiswa prestasi seperti Beasiswa PPSDMS Nurul Fikri, Beasiswa Bank Mandiri, Beasiswa ETOS, Dompet Dhuafa, Republika, Beasiswa Indofood, dan Beasiswa PPA.

Saat ini, selain melanjutkan pendidikan-nya, Purba juga menjadi peneliti di Biomaterial Research Center, KIST. Purba banyak meneliti tentang bahan kimia sebagaimana latar belakang pendidikan dia. Beberapa prestasi sudah diraihnya saat kuliah dan menjadi peneliti di Korea Selatan ini. Tahun 2010 kemarin, Purba adalah peraih “Otstanding Research Award” di UST. Sampai buku ini ditulis, Purba juga telah mencatatkan namanya sebagai pemegang 1 hak paten di Amerika Serikat 2 hak paten di Korea Selatan. Ketiganya adalah hasil penelitian Purba dalam modifikasi biopolymer polilaktida dan pemanfaatan teknologi superkritis karbon dioksida..

Jika melihat prestasi Purba sewaktu kuliah S-1 dan prestasi sekarang, mungkin banyak orang yang tidak membayangkan bahwa hidup Purba dulunya sangat berat. Purba harus membiayai sendiri biaya kuliah dan biaya hidup semasa mahasiswa.

MASA KULIAH

Pendidikan sarjana aku tempuh di Departemen Kimia, Fakultas MIPA Universitas Indonesia. Tak mudah melewati perkuliahan disini semenjak meningkatnya biaya pendidikan. Sungguh uang seratus ribu, dua ratus ribu, adalah uang yang besar bagiku dimasa kuliah dulu.

Membangun Kesuksesan dari Titik Nol

- -

Pada tingkat pertama, aku masih mendapat kiriman biaya semester dan bulanan dari Bapak, walaupun kiriman dari Bapak terkadang masih kurang untuk ukuran hidup di Depok. Sering kali aku hanya sarapan mi instan, yang beberapa semester kemudian mengakibatkan sakit radang lambung, Masya Allah, sudah susah, sakit pula.

Tantangan lain yang dihadapi adalah bagaimana cara memenuhi kebutuhan biaya alat tulis, fotocopy materi kuliah, buku, print makalah-makalah dan tugas.

Bersama temanku, Oky, kami memutuskan untuk mengkoordinir kelas ketika ada buku atau bahan kuliah yang perlu difotocopy. Kami kemudian mencari tempat fotocopy yang paling murah agar bisa mengambil keuntungan dari jasa tersebut. Dari jasa fotocopy ini, kami bisa menutup biaya fotocopy buku atau materi kuliah untuk kami sendiri. Tetapi tentu saja masih kurang untuk kebutuhan-kebutuhan kami yang lain.

Akhirnya, bersama Oky, aku mencari tempat-tempat les privat untuk mendaftar sebagai pengajar. Alhamdulillah kita diterima untuk menjadi pengajar dengan honor Rp.17,500 sekali datang. Dan mengajarnya seminggu sekali, paling banyak 2 kali seminggu kalau ada panggilan. Alhamdulillah, aku bisa dapat tambahan walau sedikit.

Membangun Kesuksesan dari Titik Nol

- -

Setelah beberapa bulan mengajar pada lembaga privat tersebut, Alhamdulillah aku dikasih murid yang lebih tinggi honornya, Rp. 30,000 sekali datang. Dan untungnya, setiap selesai mengajar sering kali aku dapat makan malam dari keluarga muridku itu. Lumayan, bisa menghemat uang makan dan memperbaiki gizi.

Dalam kehidupan perkuliahan pun, sebagai seorang mahasiswa dari daerah, aku terkadang merasa “minder” dengan mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Jabodetabek, yang memiliki prestasi bagus-bagus.

Pada semester 1 itu, masih teringat ada 2 atau 3 orang yang memang dari SMU sudah menunjukan akademik bagus, yang kemudian selalu jadi andalan teman-teman kuliah untuk dimintai tolong re-teach bahan kuliah yang sulit.

Saat itu, teman-temanku boleh dibilang “tidak memperhitungkan”ku. Tapi it’s OK. Hal itu wajar, karena sudah berasal dari daerah, dana juga kurang sampai harus ngobyek fotocopy-an segala, apa mungkin bisa diandalkan buat ngajarin bahan kuliah?

Tapi, aku tidak peduli dan enjoy dengan apa yang ada. Hingga akhir semester, IP-ku semester pertama ternyata mencapai 3,53 dan

Membangun Kesuksesan dari Titik Nol

- -

merupakan peringkat 3 di angkatanku. Dari sinilah teman-teman mulai memper-hitungkanku dalam bidang akademis.

Aku mulai sering diminta untuk mengajarkan kembali bahan kuliah yang susah-susah seperti ”Analytical Chemistry”, ”Physical Chemistry”, ”Modern Physics”. Nah, hal-hal seperti inilah yang kemudian aku manfaatkan untuk mengulang pelajaran karena sering kali aku bolos kuliah untuk mengajar privat ataupun untuk kegiatan organisasi yang aku ikuti.

Namun, sekitar semester 2, Bapak sudah menyatakan tidak mampu membiayai hidupku di Depok ini. Kakakku yang bekerja sebagai awak kapal bersedia membantu biaya semesteran dengan catatan aku harus berjuang sendiri untuk bisa menghidupi diri selama kuliah.

Semuanya terasa berat dijalani. Sampai aku menemukan nasihat penting dari seniorku, “Pur, kalau mau kuliah itu, jangan kita yang bayar, kita kuliah itu justru kita yang harus dibayar. Jadilah seperti mutiara, walaupun kecil tapi mempunya nilai yang jauh lebih tinggi dari batu biasa”.

Setelah aku renungkan kata-kata itu, aku sadar bahwa prestasi adalah sesuatu yang bisa membantu agar kuliahku justru dibayar, bukan membayar. Alhamdulillah pada semester 1 aku mampu

Membangun Kesuksesan dari Titik Nol

- -

memperoleh IP 3,53. Dengan modal itulah aku mencoba mengajukan beasiswa ETOS pada akhir semester 2. Alhamdulillah besarnya beasiswa adalah Rp. 250,000 per bulan. Beasiswa itu aku jadikan sebagai pengganti kiriman Bapakku.

Dengan mengontrak rumah bersama teman-teman, beban hidup sedikit lebih ringan karena biaya tinggal ditanggung bersama. Tapi, tetap saja masih sering susah buat makan.

Aku teringat suatu ketika karena sudah menipisnya uang bulanan, aku terpaksa hanya membeli martabak yang harganya Rp 2,500. Pada saat pulang, ternyata ada temanku, Bayu, yang masih menungguku. Dia merasa aku akan pulang bawa martabak. Akhirnya kami makan bersama martabaknya. Alhamdulillah bisa mengenyangkan perut-perut kelaparan.

Saat itu aku hanya berfikir, kebetulan saja Bayu belum tidur. Eh, setelah lulus dan lama tak berjumpa, dia membuat pengakuan bahwa waktu itu dia benar-benar kehabisan uang bulanan dan tahu kalau aku sering beli martabak buat makan malam. Kirain aku saja yang kelaparan, ternyata ada juga yang lebih menyedihkan. Hehehehe.

Membangun Kesuksesan dari Titik Nol

- -

Fikri. Beasiswa yang menyediakan uang saku dan asrama bagi mahasiswa-mahasiswa berprestasi. Jelas, beasiswa dari PPSDMS Nurul Fikri semakin memudahkan urusan hidupku selama kuliah di UI.

Lebih dari itu, di Asrama PPSDMS Nurul Fikri ini pula aku mendapat banyak pembelajaran yang kemudian banyak mempengaruhi hidupku tentang arti penting idealisme dalam hidup.

Dalam dokumen sukseskan-mudamu (Halaman 63-68)