• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampaui Batas Diri!

Dalam dokumen sukseskan-mudamu (Halaman 162-166)

- Mendapat beasiswa sehingga dapat meringankan beban orang tua dan keluarga

Alhamdulillah target ini tercapai dengan ijin Allah SWT dan doa orang tua.

Pada poin ini sangat menarik. Pemahaman berprestasi harus dilihat dari berbagai aspek. Ada prestasi dalam aspek akademis dan ada juga prestasi dalam aspek non-akademis yang kerangka dasarnya adalah pembelajaran dalam organisasi.

Aktivitas organisasi sangat bermanfaat dalam mengembangkan softskill, sesuatu yang sulit dipelajari dengan diktat dan kamus ilmiah. Tetapi sebenarnya aktivitas organisasi akan sangat signifikan menentukan arah keberhasilan kehidupan, karena memuat kecerdasan sosial, keluwesan pergaulan, mengasah manajerial, membantu menyusun kerangka strategi, latihan kepemimpinan, ketangkasan komunikasi, berlatih bertanggung jawab, mengembangkan jaringan, dan melatih kecerdasan emosi. Pada kehidupan pasca kampus, softskills inilah faktor utama penunjang prestasi kerja maupun segmen kehidupan lainnya selain kompetensi inti yang dimiliki para pemuda.” (Ghofar Rozaq Nazila)

Lampaui Batas Diri!

Prestasi diraih saat seseorang memperoleh sesuatu yang baik yang tidak diperoleh orang lain. Prestasi juga diraih saat seseorang melakukan sesuatu kebaikan yang tidak dilakukan oleh orang lain.

Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan

- -

Mahasiswa harus berani untuk menetapkan target prestasi

setingginya. Target tinggi mengawali prestasi tinggi. Target yang

biasa hanya menghasilkan mahasiswa yang biasa saja,

mungkin lebih jelek.

Dalam kata lain, prestasi adalah mencapai sesuatu yang tidak dicapai orang lain, atau melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh orang lain.

Dengan pengertian ini, untuk dapat disebut berprestasi, maka mahasiswa harus memiliki target-target pencapaian yang melebihi target-target yang ditetapkan oleh mahasiswa lain. Target yang biasa saja sudah pasti tidak akan menghasilkan prestasi, kecuali menghasilkan pencapaian-pencapaian umum yang juga akan banyak dimiliki oleh mahasiswa lain.

Lalu bagaimana kita bisa tahu bahwa target kita sudah melebihi target orang lain? Kita tidak akan tahu itu kecuali kita sendiri menetapkan sasaran tertinggi dari proses yang sedang kita jalani. Misalnya, dalam wilayah

akademik, sasaran tertinggi adalah summa cumlaude atau cumlaude; dalam ketrampilan berbahasa Inggris, sasaran tertinggi bisa berupa skor TOEFL di atas 100; atau dalam kompetisi karya tulis, sasaran tertinggi adalah Juara Pertama.

Penentuan target adalah awal dari perjalanan untuk mencapai prestasi tinggi. Sayangnya, banyak dari mahasiswa gagal merencanakan targetnya dengan baik, sehingga alih-alih merencanakan prestasi mereka justru merencakan kehidupan yang biasa saja. Sebagai contoh, karena rasa percaya diri yang rendah, banyak mahasiswa hanya menargetkan IPK di atas 3, atau bahkan sekadar lulus tepat waktu saja dengan berapapun nilai yang dapat raih. Tidak jarang juga

Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan

- -

mahasiswa tidak memiliki target sama sekali. Mereka melalui fase mahasiswa dengan mengalir begitu saja mengikuti proses-proses yang ada tanpa adanya keinginan, target, atau sasaran prestasi yang hendak diraih.

Penentuan target ini banyak dipengaruhi oleh keyakinan atas kemampuan diri sendiri untuk bersaing dengan mahasiswa lain. Pada awalnya, beberapa Mahasiswa Berprestasi dalam studi kami juga memiliki rasa percaya diri yang rendah, terutama karena mereka merasa berasal dari latar belakang yang tidak kompetitif, misalnya SMA kota kecil atau orang tua tidak berada. Untungnya, mereka mampu mengelola perasaannya dan tetap mampu membangun keyakinan diri yang kuat untuk bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya.

M. Fajrin Rasyid (Fajrin) kembali memberikan pelajaran yang baik. Saat datang sebagai mahasiswa baru ITB tahun 2004, Fajrin dan teman-teman seangkatannya disambut oleh Rektor ITB saat itu, Prof. Kusmayanto Kadiman, dengan sebuah tantangan dan harapan. ”Saya tantang kalian untuk menjadi mahasiswa ABG, yaitu mahasiswa yang A-kademisnya oke (cumlaude), B-erorganisasi dengan baik, dan G-aul (kenal lebih dari 1000 orang mahasiswa lain),“ kata Pak Kusmayanto. Sambutan Rektor ITB ini ternyata sangat mengesankan bagi Fajrin. Seketika itu dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia akan mengejar tantangan Rektor tersebut. Pada momen penerimaan mahasiswa baru tahun 2004 itu, Fajrin juga berharap dapat menjuarai Ganesha Prize suatu hari nanti. Keinginan Fajrin muncul setelah dia menyaksikan seremoni penganugerahan Ganesha Prize yang membanggakan dan penuh inspirasi.

Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan

- -

Perjuangan itu ibarat pegas. Jangan berhenti menariknya sampai dia benar-benar akan

putus!

Jangan berhenti berjuang sampai kita tidak sanggup lagi

menanggungnya!

Karena sifatnya yang sangat spontan, Fajrin jelas berani menetapkan target tinggi, seperti tantangan Rektor ITB dan Ganesha Prize tadi, tanpa dia peduli siapa mahasiswa lain yang akan menjadi pesaingnya nanti, dan tanpa dia peduli apakah kemampuannya sanggup mencapai itu semua. Reaksi Fajrin inilah contoh yang sempurna mengenai bagaimana seharusnya mahasiswa memandang dirinya sendiri dengan optimis dan penuh keberanian untuk mencapai prestasi tertinggi.

Hal yang sama juga diyakini oleh Shofwan Albanna (Shofwan). Bagi Shofwan, prestasi mensyaratkan kerja yang lebih keras dibandingkan orang lain, tindakan yang lebih unggul dibanding orang lain, atau juga

aksi-aksi yang tidak dilakukan oleh orang lain.

Perjuangan itu ibarat menarik pegas. Tariklah pegas sampai pada titik maksimalnya untuk tidak bisa ditarik lagi. Berusahalah sekerasnya sampai tenaga itu benar-benar tiada, waktu benar-benar habis, dan kesabaran telah pada batas ujungnya.

Pada kesimpulannya, mahasiswa harus meninggikan standar prestasi melebihi standar prestasi kebanyakan. Mahasiswa harus berani menetapkan target prestasi yang tinggi dan yakin bahwa mereka mampu mencapainya. Target-target yang tinggi itu harus direalisasikan bahkan jika harus dibayar dengan usaha yang menemui puncaknya.

Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan

- -

Prestasi besar dimulai dari prestasi kecil. Prestasi internasional dimulai dari prestasi nasional atau lokal.

Prestasi juga diawali oleh kegagalan-kegagalan.

Dalam dokumen sukseskan-mudamu (Halaman 162-166)