• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Pedagang Pengumpul

8.4. Kebijakan Pengembangan

Berdasarkan berbagai kendala tersebut, dimana hambatan tersebut sangat kompleks maka pengembangan padi organik harus diintegrasikan dengan kebijakan-kebijakan lain yang saling berkaitan. Pengembangan beras organik di kalangan petani harus dilakukan secara bertahap dan hati-hati. Sosialisasi tentang pertanian organik dengan mendayagunakan penyuluh formal dan swadaya perlu didukung dengan aspek permodalan, kemudahan petani mendapatkan sarana produksi pertanian, memasarkan hasil, revitalisasi kelembagaan petani, dan regulasi yang jelas. Ringkasan kendala dan kebijakan yang ditempuh dalam pengembangan beras organik disarikan pada Tabel 29.

Berdasarkan kendala dan kebijakan yang diusulkan, maka agar pengembangan padi atau beras organik tersebut berhasil, maka pemerintah perlu mengembangkan sektor peternakan sebagai titik masuknya. Subsektor peternakan

perlu dikembangkan terlebih dahulu, karena subsektor tersebut merupakan penyedia input pertanian organik utama.

Tabel 29. Matriks Kendala dan Kebijakan Pengembangan Beras Organik

Aspek Kendala Kebijakan

A. Budidaya 1. Benih

Organik

Benih untuk tanaman organik ketersedian dan jumlahnya terbatas , karena usahatani organik tidak bisa

menggunakan benih non organik dari rekayasa genetik

Pengembangan produksi benih padi organik, peningakatan akses kelompok pada balai benih induk dan balai sertifikasi mutu benih, penyusunan SOP produksi benih organik dan standar mutu benih. 2. Pupuk

Organik

Jumlah kebutuhan banyak dan sumber bahan pupuk masih terbatas

Peningkatan kemampuan petani dan kelompok tani untuk memproduksi pupuk organik sendiri

3 Pestisida Organik

Alat dan bahan mudah didapat namun proses pembuatan memerlukan ketrampilan khusus

Peningkatan kemampuan petani dan kelompok tani untuk memproduksi pestisida organik sendiri

4. Tenaga Kerja

Usia petani relatif tua, sumber tenaga kerja keluarga terbatas

Pemberdayaan kelompok tani melalui pengaturan mekanisme kerja kelompok dan pelatihan minat pemuda tani untuk berusaha di bidang agribisnis padi organik, pelatihan wirausaha baru 5. Lokasi

Lahan

Rawan terkontaminasi pencemaran, karena lokasinya menyatu dengan wilayah budidaya non organik

Kebijakan pewilayahan komoditas dan pengembangan pada daerah-daerah baru yang sebelumnya bukan sentra padi non organik namun potensial B. Sosial Ekonomi 1. Modal usaha tani Kemampuan permodalan petani terbatas

Peningkatan akses dan dukungan permodalan, pemanfaatan skim kredit program

2. Kepemilihan Aset

Produktif (ternak)

Kepemilikian ternak untuk menghasilkan pupuk organik terbatas

Pemberdayaan petani dan kelompok tani melalui program integrasi tanaman ternak terpadu, penyediaan skim kredit pinjaman untuk ternak bagi petani yang mampu

3. Persepsi bahwa Padi Organik Kurang Praktis

Usaha budidaya organik dinilai kurang praktis, dampak aplikasi input organik terhadap tanaman lama, produktivitas rendah dan menghasilkan

pendapatan rendah

Sosialisasi proses dan manfaat usahatani padi organik, peningkatan intensitas dan kapasitas penelitian padi organik dan penyebarluasan hasil-hasil penelitian, peningkatan program bimbingan dan penyuluhan serta pendampingan, promosi pengembangan beras organik

Tabel 29 Lanjutan

Aspek Kendala Kebijakan

C. Pasca panen dan pengolah-an hasil

Petani masih menggunakan peralatan sederhana dan ketersediaan alsintan yang dibutuhkan untuk

penanganan pasca panen jenisnya sama dengan non , panen terbatas

Bantuan pengadaan alsintan bagi kelompok dan penyediaan fasilitas skim kredit bagi yang mampu melakukan pinjaman secara mandiri

D. Pemasaran Kemampuan memenuhi permintaan pasar terbatas, Berbasis kepercayaan personal

Peningkatan kapasitas produksi kelompok dan dan bantuan sertifikasi mutu, bantuan promosi pasar

Dalam pemasaran petani menghadapi sistem pembayaran tunda (konsinyasi)

Peningkatan kemampuan permodalan kelompok melalui pemupukan modal internal dan bantuan modal "talangan" atau resi gudang

E. Kelembagaan (organisasi)

Kelompok tani berusaha sendiri kurang bimbingan dan asistensi

Peningkatan kemampuan manajemen usaha, melalui pendidikan, pelatihan, bimbingan, penyuluhan dan

pendapingan

Belum ada lembaga sertifikasi mutu atau perwakilannya di lokasi

Meningkatkan akses petani dan kelompok tani kepada lembaga sertifikasi mutu organik Pelatihan assesor uji mutu

Pemberian fasilitas sertifikasi mutu untuk meningkatan kapasitas laboratorium terdekat lokasi Pemberian sertifikat mutu kepada produk kelompok

Dukungan permodalan dari sektor keuangan perlu diarahkan untuk menguatkan kelembagaan kelompok yang mendukung pengembangan pertanian organik, misalnya melalui kredit ternak dan tabungan. Kondisi ini jelas terlihat di lokasi kajian, dimana salah satu penyebab mengapa organisasi ini berjalan dengan baik karena anggota kelompok petani organik tersebut diberikan kredit untuk kegiatan pendukung pertanian organik dan mewajibkan anggotanya untuk menabung. Adanya ternak yang dimiliki akan memotivasi petani untuk melaksanakan pertanian organik, karena mereka telah memiliki sumber bahan baku pupuk telah tersedia. Tabungan ini penting mengingat ada risiko yang cukup

besar dalam usahatani padi organik karena sifat organik pada umumnya memberikan respons yang lambat.

Peran penting permodalan juga tercermin dari perbedaan proporsi pendapatan kelompok petani organik dan non organik di lokasi kajian. Rata-rata petani organik mempunyai pekerjaan lain yang mendatangkan pendapatan sehingga mereka lebih berani menghadapi risiko usahatani, sementara petani unorganik kurang berani mengambil resiko karena sebagian besar menggantungkan dari usahatani padi sebagai sumber penndapatan keluarga.

Pada tahap awal, seyogyanya pengembangan padi dan beras organik dilakukan melalui kelompok, karena selain efisien dalam penyediaan saprodi, transportasi dan pemasaran, peluang untuk tercemar dengan pertanian non organik lebih mudah dikelola. Selain itu, keberadaan kelompok ini akan memberikan motivasi yang besar bagi para anggota, merupakan wadah untuk belajar dan memahami cara-cara bertani organik, serta jalan masuk bagi pihak luar (pemerintah, LSM) untuk menguatkan organisasi petani tersebut.

Dari berbagai kebijakan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan beras organik sebagai produk yang premium tidak bisa dilakukan petani sendiri-sendiri, namun harus bergabung dalam sebuah kelompok. Hal ini disebabkan pengembangan organik pada tahap awal memerlukan biaya yang besar, mempunyai risiko yang tinggi sehingga diperlukan cadangan modal, memerlukan lokasi dengan tingkat pencemaran minimum, memerlukan kontrol kualitas yang relatif ketat baik pada proses usahatani dan penanganan pasca panen, serta kesamaan persepsi atas tujuan usahatani yang dilakukan.

Berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan di lapangan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Produktivitas padi organik dan non organik di lokasi penelitian secara statistik tidak berbeda nyata, sementara pendapatan petani padi organik lebih tinggi dari padi beras medium dan secara statistik berbeda nyata, perbedaan tersebut terutama disebabkan perbedaan harga produk dan pemanfaatan sumberdaya dalam keluarga (tenaga kerja, limbah ternak).

2. Saluran tataniaga gabah/beras organik atau premium cenderung tertutup dan pasar cenderung ke arah persaingan monopolistik. Hal ini disebabkan faktor jaminan mutu dan kepercayaan para pembeli untuk menjaga kualitas. Pola kerjasama yang dilakukan sebagian berbasis kepercayaan. Dalam jangka panjang, selain mengandalkan kepercayaan personal, pemasaran beras organik harus berbasis mutu produk, sehingga menghadirkan lembaga penjamin mutu merupakan suatu kebutuhan.

3. Hasil estimasi fungsi produksi padi organik menunjukkan bahwa jumlah benih, pupuk, pestisida, tenaga dalam dan luar keluarga, dan sumber benih, secara statistik berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik.

4. Potensi pengembangan beras organik diantaranya adalah tingginya permintaan pasar, luasnya potensi areal pengembangan, tersedianya benih varietas unggul, berbasis sumberdaya keluarga dan input lokal, memiliki persentase harga yang diterima petani relatif tinggi, memiliki rantai saluran tataniaga yang relatif pendek, dan harga beras organik yang relatif tinggi,

5. Kendala pengembangan beras organik diantaranya adalah persepsi yang masih keliru mengenai sistem pertanian organik, lemahnya kemampuan permodalan petani, terbatasnya jumlah pupuk dan pestisida organik, terbatasnya peralatan pengolahan padi menjadi beras organik, kurangnya bimbingan dan penyuluhan, dan lemahnya penerapan standar dan sistem sertifikasi mutu beras organik.

6. Pengembangan beras organik sebagai salah satu jenis beras premium dinilai sebagai salah strategi yang tepat dalam rangka peningkatan pendapatan petani padi dan kebijakan pengembangan ini dinilai tidak mengganggu program swasembada beras sehingga pemerintah perlu mendorong pengembangan padi organik melalui peningkatan pemanfaatan potensi yang tersedia dan mengatasi berbagai kendala yang dihadapi.

7. Alternatif kebijakan yang dapat ditempuh adalah melakukan peningkatan promosi dan sosialisasi beras organik, menyediakan permodalan dan peningkatan akses petani untuk pengembangan beras organik, meningkatkan kemampuan petani dalam memproduksi pupuk dan pestisida organik, menyediakan alsintan pengolah beras organik, menambah jumlah penyuluh dan meningkatkan intensitas bimbingan dan pendampingan bagi petani, menyediakan lembaga sertifikasi, asesor mutu, serta meningkatkan akses petani terhadap lembaga sertifikasi mutu tersebut.

9.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini maka saran yang bisa dikemukakan berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kekhawatiran berbagai pihak mengenai pengaruh negatif pengembangan beras organik terhadap swasembada beras mulai harus dikurangi karena produktivitas padi organik tidak seluruhnya lebih rendah dari produktivitas padi non organik.

2. Agar pengembangan beras organik ini benar-benar tidak berpengaruh negatif terhadap swasembada beras, maka fokus pengembangannya perlu dilakukan di daerah non sentra produksi beras, khususnya pada daerah yang belum tersentuh teknologi intensifikasi terutama di Luar Jawa.

3. Dalam pengembangan beras organik sebagai beras kualitas premium, pemerintah perlu menempuh kebijakan yang komprehensif dari berbagai aspek mulai dari subsistem sumberdaya, sarana dan prasanana serta input produksi padi organik, subsistem budidaya atau usahatani, subsistem pengolahan hasil, subsistem distribusi dan pemasaran, serta subsisten penunjangnya. Keseluruhan subsistem tersebut kebutuhan akan keberadaan dan kelengkapan sampai ke lokasi pengembangan sangat penting secara terpadu dan teintegrasi.

4. Dalam pengembangan beras organik pendekatan pemberdayaan melalui kelompok tetap sangat dibutuhkan, karena secara spesifik terbukti dengan kelompok petani memiliki posisi tawar yang lebih tinggi.

5. Dalam upaya pengembangan beras organik pada wilayah baru, adalah penting untuk melakukan sosialisi, pembinaan secara intensif, pengadaan berbagai fasilitas sarana prasarana, serta melakukan promosi pasar dan menciptakan pasar baru dalam skala luas baik untuk tujuan pemenuhan permintaan dalam yang belum dapat dipenuhi maupun untuk ekspor.

6. Khususnya untuk penelitian lanjutan sejenis, disarankan kajian lebih diperluas, sehingga potensi-potensi beras premium yang lain seperti premium dari aspek varietas, premium dari aspek pengolahan pasca panen, dan lain-lain dapat diketahui. Disamping itu, kajian tentang sosial ekonomi tentang teknologi pasca panen yang mampu menghasilkan beras kualitas premium, kajian efektifitas dan mekanisme jaminan kualitas produk, diyakini akan membantu pengembangan beras premium di masa-masa yang akan datang.

Andriyati. 2003. Perilaku Rumahtangga Petani Padi Dalam Kegiatan Ekonomi di Jawa Barat. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anggoro, T. 2003. Pengembangan Pertanian Organik (Kasus Penerapan Pupuk Organik pada Padi Sawah di Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu). http://www.lontar.ui.ac.id [ 4 Juni 2011].

BPS. 2007. Sensus Pertanian 2003. Buku D6. Badan Pusat Statistik, Jakarta. BPS. 2009. Klaten Dalam Angka 2007/2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Klaten, Klaten.

BPS. 2010a. Data Strategis BPS. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

BPS. 2010b. Jumlah Observasi dan Persentase Harga Gabah di Bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Badan Pusat Statistik, Jakarta http://www.bps.go.id.[ 25 Januari 2010].

BPS. 2010c. Jawa Tengah Dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Semarang.

Deptan. 2005a. Visi dan Arah Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025. Departemen Pertanian, Jakarta.

Deptan. 2005b. Go Organic 2010 Solusi Alternatif Dalam Eco Agribisnis. Departemen Pertanian, Jakarta.

Deptan. 2005c. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

Deptan. 2007a. Pedoman Penyusunan Standar Operasi (SPO) Padi Organik. Departemen Pertanian, Jakarta.

Deptan. 2007b. Roadmap Pengembangan Pertanian Organik 2008-2015. Departemen Pertanian, Jakarta.

Dinas Pertanian dan Peternakan. 2010. Laporan Tahunan Tahun 2009. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Klaten, Klaten.

Dudiagunoviani, Y. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus Kelurahan Mulyaraja Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor). Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fagi, A.M. dan I. Las. 2007. Membekali Petani dengan Teknologi Maju Berbasis Kearifan Lokal pada Era Revolusi Hijau Lestari Dalam F. Kasryno, E. Pasandaran, dan A.M. Fagi (Ed.). Membalik Arus Menuai Kemandirian Petani. Yayasan Padi Indonesia, Jakarta.

Fitri, M.A.A. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik pada Kelompok Tani Usahatani Bersama Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gujarati, D. 1991. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Erlangga, Jakarta.

Gustarini, A. 2006. Proses Komunikasi dan Hubungan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Dalam Usahatani Padi Organik (Kasus di Desa Ngdirejo Kecamatan Kepanjen Kidul Kotamadya Blitar. http://ebookbrowse.com. [ 2 Juli 2011].

Hapsari, I.A. 2006. Analisis Komparasi Usaha Tani Padi Sistem Organik dan Padi Sistem Konvensional (Kajian Pengembangan Usahatani Padi Organik di Wilayah Kabupaten Ngawi). http://student-research.umm.ac.id.[25 Juni 2011].

Islam, M.S., M.A. Ghani, A.K.M. Saiful Islam, and M.A. Rahman. 2003. Effect of drying and tempering on the milling quality of long grain aromatic paddy processing in Bangladesh. Pakistan Journal of Biological Sciences. 6(19): 1675-1680.

Junaidi, A. 2008. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Organik (Studi Kasus di Desa Sumber Ngepoh Kecamatan Lawang Kabupaten Malang). http://ebookbrowse.com.[25 Juni 2011].

Kloter, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Prenhallindo, Jakarta

Lubis, S., Sudaryono, R. Rahmat, Hernani, S. Yuliani, dan Rahmawati. 2007. Teknologi Pengolahan Beras Beriodium untuk Mengatasi Kekurangan Iodium di Daerah Miskin dengan Pangan Pokok Beras. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.

Mankiw, N.G. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Terjemahan. Salemba Empat, Jakarta

Malian, M.H., R. Sayuti, M. Ariani, dan S. Mardianto. 2003. Dampak Perubahan Harga Gabah/Beras terhadap Produksi, Konsumsi dan Inflasi. Laporan Penelitian. Puslitbang Sosek Pertanian, Bogor.

Marhamah R. 2007. Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Sistem Usahatani Padi Organik Studi Kasus di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Propinsi Jawa Barat. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Maryana, R. 2006. Analisis Pendapatan Petani dan Margin Pemasaran Beras Organik Studi Kasus Kecamatan Cikalong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mawarni, A. 2008. Paguyuban Petani Lestari Melangkah Maju. Pusat Studi

Pedesaan dan Kawasan UGM. http:// www.pspk-ugm.or.id [ 25 Juni 2011].

Mutakin, J. 2010. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification). http://www.garutkab.go.id [2 Juni 2011].

Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Erlangga, Jakarta.

Nuryanti, S. 2001. Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Keputusan Petani Menjual Padi Hasil Panen di Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Purwaningsih, B. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Perilaku Konsumen Beras Organik (Studi Eksploratif Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Perilaku Konsumen Beras Organik Di Surakarta). http://digilib.uns.ac.id [12 Mei 2011].

Rachmat, R., R. Thahir, and M. Gummert. 2006. The Imperical Relationship Between Price and Quality of Rice at Market Level in West Java. Indonesian Journal of Agricultural Science 7(1): 27-33.

Rohmiatin, E. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Beras Organik Lembaga Pertanian Sehat Di Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rustiono, D. 2010. Pemberdayaan Petani oleh Penyuluh untuk Pengembangan Usaha Tani Padi Organik di Desa Pondok, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. http://digilib.uns.ac.id [2 Juni 2011].

Setiawati, J. 1999. Pengaruh Jenis Pemutih terhadap Mutu Beras. Buletin Enjiniring Pertanian 6 (1 dan 2) : 33-39.

Setiyanto, A. 2011. Analisis Special Safe Guard Mechanism Komoditas Pangan Utama Indonesia Dalam Rangka Perjanjian Word Trade Organization. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Siahaan, L. 2009. Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi,

Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soetoyo, R. dan R. Sumardi. 1980. The Effect of Thickness of Paddy Sun Drying on Milling Quality. Laporan Kemajuan Penelitian Seri Teknologi Lepas Panen. Subbagian Teknologi 4, LPPP, Karawang.

Sudaryono, S. Lubis, dan Suismono. 2005. Pengaruh Sistem Penggilingan Padi Skala Menengah terhadap Mutu Hasil Giling. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1 (1): 64-70.

Suhartini, S.Widodo, Irham, S. Hartono. 2006. Sikap dan Perilaku Berkelanjutan pada Petani Organik dan Non Organik di Kabupaten Sragen dan Implikasinya terhadap Kualitas Lahan, Biodiversitas, dan Produktivitas Tanaman Padi. Agros 8 (1): 90-102.

Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi: Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sumaryanto. 2004. Usahatani dan Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi: Studi Kasus di Persawahan DAS Brantas. Dalam F. Kasryno, E. Pasandaran, dan

A.M. Fagi (Ed.). Membalik Arus Menuai Kemandirian Petani. Yayasan Padi Indonesia, Jakarta.

Suprapto, E. 2010. Usahatani Padi Organik. di Kabupaten Sragen. http:// digilib.uns.ac.id [12 Juni 2011].

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta.

Suwantoro, A. 2008. Analisis Pengembangan Pertanian Organik di Kabupaten Magelang (Studi Kasus di Kecamatan Sawangan). Tesis Magister. Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.

Suwarto. 2008. Produktivitas Lahan dan Biaya Usahatani Tanaman Pangan di Kabupaten Gunung Kidul.Jurnal Ekonomi Pembangunan 9 (2): 168 – 183 Syam, M. 2008. Padi Organik dan Tuntutan Peningkatan Produksi Beras. Iptek

Tanaman Pangan 3(1):1-8.

Thahir, R. dan S. Santosa. 1978. Pengaruh Alas Penjemuran Gabah terhadap Mutu dan Rendemen Beras. Laporan Kemajuan Penelitian Seri Teknologi Lepas Panen. Sub Bagian Teknologi 3, LPPP, Karawang.

Thahir, R. 1996. Effect of Various Polishing Types on Rice Milling Quality. International Seminar on Recent Development on Agricultural Machinery for Postharvest Handling of Rice, Surabaya 9 November 1996.

Trisno, I. 2009. Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Pemasaran beras. http://litbang.patikab.go.id [ 25 Juli 2010].

van Ruiten, H.T.L. 1981. Physical Properties of Paddy and Milled Rice. p. 1-12. In Grain Post Harvest Processing Technology. Pustaka Institut Pertannian Bogor, Bogor.

Wijayanti, I.K.E. 2005. Evaluasi Kelayakan Pengembangan Usahatani Padi Organik Berorientasi Bisnis di Kabupaten Sleman. Agros 6(2):93 -99. Windani, I. 2009. Preferensi Konsumen terhadap Beras Organik di Kota

Yogyakarta. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Yanti, R. 2005. Aplikasi Teknologi Pertanian Organik (Penerapan Pertanian Organik oleh Petani Padi Sawah Desa Sukorejo Kabupaten Sragen, Jawa Tengah). Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta.

Lampiran 1. Data Input Output Produksi Padi Organik Sampel Penelitian

No QPR IQS IQFL IQFS IQP IQLI IQLO DS DSS

1 900.00 7.00 310.22 434.00 1.78 14.00 20.65 1 0 2 900.00 7.00 322.33 437.50 1.77 14.00 20.57 1 1 3 900.00 7.00 322.44 437.50 1.79 14.00 20.90 1 1 4 600.00 5.00 198.53 315.00 1.20 10.00 11.89 1 0 5 800.00 6.00 300.11 402.50 1.65 12.00 18.71 1 1 6 900.00 7.00 320.22 437.50 1.78 14.00 21.32 1 1 7 700.00 6.00 274.06 350.00 1.34 12.00 17.05 1 0 8 800.00 5.00 284.72 350.00 1.40 12.00 17.86 1 1 9 850.00 6.00 302.33 385.00 1.47 12.00 18.57 1 1 10 850.00 6.00 312.37 385.00 1.48 14.00 19.00 1 1 11 950.00 8.00 329.06 448.00 1.85 15.00 21.46 1 0 12 800.00 7.00 303.34 385.00 1.65 12.00 18.70 1 0 13 700.00 6.00 276.67 381.50 1.33 12.00 16.77 1 1 14 700.00 6.00 275.89 385.00 1.36 12.00 17.25 1 0 15 650.00 5.00 256.22 367.50 1.37 11.00 16.37 1 0 16 1 000.00 7.00 359.90 497.00 1.90 15.00 24.43 1 1 17 400.00 4.00 150.11 210.00 1.02 8.00 9.44 1 0 18 850.00 7.00 304.56 367.50 1.73 14.00 19.41 1 1 19 500.00 5.00 161.22 280.00 1.10 9.00 9.99 1 0 20 900.00 7.00 328.40 420.00 1.77 14.00 20.21 1 1 21 900.00 7.00 328.40 441.00 1.78 14.00 19.85 1 0 22 600.00 5.00 211.67 245.00 1.28 10.00 13.88 1 1 23 900.00 8.00 323.33 420.00 1.79 15.00 20.58 1 1 24 800.00 6.00 312.28 392.00 1.61 14.00 18.70 1 1 25 1 100.00 9.00 389.00 507.50 2.18 16.00 26.13 1 1 26 1 000.00 8.00 362.33 472.50 1.94 15.00 23.45 1 1 27 800.00 7.00 292.69 367.50 1.62 12.00 18.58 1 1 28 1 000.00 9.00 379.44 479.50 1.90 16.00 22.62 1 0 29 1 150.00 10.00 396.33 497.00 2.16 17.00 25.48 1 0 30 950.00 8.00 324.12 472.50 1.83 15.00 21.51 1 1 Keterangan :

QPR : Produksi Padi Organik ( kg) IQLI : Jumlah TK Dalam Keluarga (HKSP) IQS : Jumlah Benih (kg) IQLO : Jumlah TK Luar Keluarga (HKSP) IQFL : Jumlah Pupuk Cair (liter) DS : Dummy Musim

IQFS : Jumlah Pupuk Padat (kg) DSS : Dummy Sumber Benih IQP : Jumlah Pestisida (liter)

Lampiran 1. Lanjutan

No QPR IQS IQFL IQFS IQP IQLI IQLO DS DSS

31 1 000.00 7.00 343.24 490.00 1.93 15.00 23.47 0 1 32 1 000.00 8.00 356.67 483.00 1.95 15.00 23.65 0 1 33 900.00 8.00 322.22 437.50 1.80 14.00 20.66 0 1 34 600.00 5.00 196.81 315.00 1.25 10.00 14.12 0 1 35 800.00 6.00 301.24 367.50 1.65 14.00 18.18 0 1 36 900.00 8.00 323.53 416.50 1.83 14.00 20.96 0 1 37 750.00 6.00 277.94 353.50 1.60 12.00 17.90 0 1 38 850.00 7.00 312.48 402.50 1.70 11.00 19.43 0 1 39 850.00 7.00 323.03 367.50 1.71 11.00 18.85 0 1 40 880.00 7.00 326.44 385.00 1.75 12.00 19.88 0 1 41 900.00 8.00 331.35 409.50 1.82 14.00 21.36 0 1 42 850.00 7.00 318.46 367.50 1.73 12.00 20.30 0 1 43 700.00 5.00 266.67 367.50 1.33 12.00 17.10 0 1 44 700.00 5.00 255.89 357.00 1.34 12.00 17.27 0 1 45 800.00 6.00 312.75 385.00 1.66 12.00 18.49 0 1 46 1 040.00 8.00 389.34 483.00 1.96 15.00 24.12 0 1 47 480.00 4.00 160.11 210.00 1.04 9.00 9.05 0 1 48 800.00 6.00 312.79 385.00 1.70 12.00 18.48 0 1 49 500.00 4.00 167.89 245.00 1.05 9.00 10.11 0 1 50 920.00 7.00 328.34 385.00 1.81 12.00 20.38 0 1 51 900.00 7.00 312.89 385.00 1.81 14.00 19.83 0 1 52 600.00 5.00 208.89 245.00 1.20 10.00 14.85 0 1 53 1 000.00 8.00 356.67 472.50 1.93 15.00 23.29 0 1 54 800.00 6.00 313.39 385.00 1.63 14.00 18.37 0 1 55 1 215.00 10.00 392.89 560.00 2.24 16.00 29.20 0 1 56 1 100.00 9.00 334.56 507.50 2.12 16.00 25.66 0 1 57 800.00 7.00 306.68 367.50 1.66 12.00 18.68 0 1 58 1 000.00 8.00 383.33 472.50 1.93 16.00 23.59 0 1 59 1 150.00 10.00 397.61 497.00 2.16 17.00 26.21 0 1 60 950.00 8.00 329.06 437.50 1.83 15.00 21.11 0 1 Keterangan :

QPR : Produksi Padi Organik ( kg) IQLI : Jumlah TK Dalam Keluarga (HKSP) IQS : Jumlah Benih (kg) IQLO : Jumlah TK Luar Keluarga (HKSP) QFL : Jumlah Pupuk Cair (liter) DS : Dummy Musim

QFS : Jumlah Pupuk Padat (kg) DSS : Dummy Sumber Benih IQP : Jumlah Pestisida (liter)

Lampiran 2. Data Input Output Produksi Padi Non Organik Sampel Penelitian No

. QMR IQS IQF IQP IQLI IQLO DS DSS

1 700.00 8.00 62.50 0.84 16.00 13.00 1 0 2 870.00 10.50 62.71 1.05 17.00 18.00 1 0 3 945.00 10.00 92.60 1.19 18.00 21.00 1 0 4 840.00 8.50 82.50 0.98 18.00 15.00 1 0 5 800.00 8.50 51.00 0.98 16.00 21.00 1 1 6 880.00 9.00 75.00 1.05 19.00 19.00 1 1 7 985.00 10.50 77.00 1.18 20.00 21.00 1 0 8 1 095.00 11.50 68.00 1.25 22.00 23.00 1 0 9 910.00 9.50 59.88 1.20 19.00 20.00 1 0 10 915.00 9.00 75.00 1.03 19.00 21.00 1 0 11 865.00 9.00 63.92 1.04 19.00 18.00 1 0 12 1 085.00 12.00 88.50 1.28 20.00 23.00 1 0 13 590.00 6.50 45.42 0.68 13.00 15.00 1 0 14 980.00 10.50 82.50 1.14 19.00 22.00 1 1 15 1 020.00 11.00 92.75 1.28 21.00 23.00 1 0 16 1 165.00 12.50 107.50 1.36 19.00 25.00 1 1 17 1 015.00 10.50 81.00 1.15 19.00 23.00 1 0 18 875.00 8.50 70.00 1.03 18.00 21.00 1 0 19 605.00 7.00 85.00 0.73 15.00 14.00 1 0 20 875.00 9.50 72.50 1.07 18.00 20.00 1 0 21 985.00 11.50 70.00 1.23 21.00 21.00 1 1 22 940.00 9.50 76.00 1.10 17.00 17.00 1 0 23 1 060.00 11.00 82.50 1.21 19.00 23.00 1 1 24 1 085.00 11.50 111.50 1.28 22.00 22.00 1 0 25 980.00 9.50 75.00 1.19 19.00 22.00 1 0 26 1 045.00 11.50 95.00 1.24 20.00 20.00 1 1 27 990.00 10.50 72.50 1.15 21.00 21.00 1 0 28 225.00 3.00 11.50 0.28 7.00 3.00 1 1 29 890.00 9.00 61.00 1.01 18.00 18.00 1 1 30 835.00 8.50 80.00 0.98 16.00 20.00 1 1 Keterangan :

QMR : Produksi Padi Non Organik ( kg) IQLI : Jumlah TK Dalam Keluarga (HKSP) IQS : Jumlah Benih (kg) IQLO : Jumlah TK Luar Keluarga (HKSP) IQFS : Jumlah Pupuk Padat (kg) DS : Dummy Musim

Lampiran 2. Lanjutan No

. QMR IQS IQF IQP IQLI IQLO DS DSS

31 750.00 9.00 72.50 0.88 16.00 15.00 0 1 32 890.00 11.00 67.71 1.04 17.00 18.00 0 0 33 925.00 10.00 90.25 1.10 18.00 19.00 0 1 34 840.00 8.50 90.00 0.98 17.00 15.00 0 1 35 800.00 8.50 51.00 0.95 16.00 19.00 0 0 36 895.00 9.50 73.50 1.06 19.00 18.00 0 1 37 1020.00 11.00 82.25 1.20 21.00 20.00 0 0 38 1095.00 11.00 70.00 1.25 22.00 21.00 0 1 39 895.00 9.00 58.50 1.04 19.00 18.00 0 0 40 930.00 9.00 77.50 1.04 19.00 21.00 0 1 41 880.00 9.50 71.42 0.98 19.00 16.00 0 0 42 1070.00 11.00 85.00 1.27 21.00 22.00 0 1 43 625.00 7.00 55.42 0.70 13.00 13.00 0 1 44 1000.00 11.00 85.00 1.14 20.00 20.00 0 0 45 1020.00 10.50 92.60 1.20 21.00 22.00 0 0 46 1145.00 12.00 112.50 1.35 19.00 25.00 0 0 47 980.00 10.00 78.50 1.13 19.00 21.00 0 1 48 890.00 9.00 75.00 1.05 18.00 19.00 0 0 49 620.00 7.00 72.50 0.74 14.00 12.00 0 1 50 895.00 10.00 77.50 1.05 18.00 19.00 0 1 51 985.00 11.50 70.00 1.16 20.00 19.00 0 0 52 955.00 10.00 81.00 1.11 17.00 20.00 0 1 53 1065.00 11.00 82.50 1.21 19.00 21.00 0 0 54 1055.00 11.00 107.50 1.30 22.00 20.00 0 0 55 980.00 10.00 76.00 1.16 19.00 20.00 0 1 56 1045.00 11.50 97.50 1.22 20.00 19.00 0 1 57 1005.00 11.00 75.00 1.18 21.00 19.00 0 0 58 245.00 3.00 45.00 0.29 9.00 4.00 0 1 59 910.00 9.50 63.50 1.03 18.00 16.00 0 1 60 850.00 9.00 82.50 1.01 16.00 16.00 0 1 Keterangan :

QMR : Produksi Padi Non Organik ( kg) IQLI : Jumlah TK Dalam Keluarga (HKSP) IQS : Jumlah Benih (kg) IQLO : Jumlah TK Luar Keluarga (HKSP) IQFS : Jumlah Pupuk Padat (kg) DS : Dummy Musim

Lampiran 3. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Padi Organik

Dependent Variable: LNQPR Method: Least Squares Date: 09/29/11 Time: 03:45 Sample: 1 60

Included observations: 60

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance LNQPR=C(1)+C(2)*LNIQS+C(3)*LNIQFL+C(4)*LNIQFS+C(5)*LNIQP+C(6) *LNIQLI+C(7)*LNIQLO+C(8)*DS+C(9)*DSS

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C(1) 3.513264 0.560810 6.264624 0.0000 C(2) 0.120939 0.067412 1.794023 0.0787 C(3) 0.189411 0.082225 2.303572 0.0254 C(4) 0.129813 0.069518 1.867330 0.0676 C(5) 0.283663 0.128787 2.202570 0.0322 C(6) 0.121875 0.067635 1.801947 0.0775 C(7) 0.219159 0.094629 2.315984 0.0246 C(8) 0.002643 0.008938 0.295738 0.7686 C(9) 0.026101 0.015830 1.648762 0.1053 R-squared 0.980666 Mean dependent var 6.714290

Adjusted R-squared 0.977633 S.D. dependent var 0.223536 S.E. of regression 0.033431 Akaike info criterion -3.821180 Sum squared resid 0.057000 Schwarz criterion -3.507028 Log likelihood 123.6354 Hannan-Quinn criter. -3.698298 F-statistic 323.3520 Durbin-Watson stat 1.357211 Prob(F-statistic) 0.000000

Keterangan :

C(1) : Parameter konstanta

C(2) : Parameter Jumlah benih (IQS) C(3) : Parameter Jumlah pupuk cair (IQFL) C(4) : Parameter Jumlah pupuk padat (IQFS) C(5) : Parameter Jumlah pestisida (IQP)

C(6) : Parameter Jumlah TK Dalam K eluarga (IQLI) C(7) : Parameter Jumlah TK Luar Keluarga (IQLO) C(8) : Parameter Dummy musim (DS)

Lampiran 4. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Padi Non Organik

Dependent Variable: LNQMR Method: Least Squares Date: 07/29/11 Time: 14:12 Sample: 1 60

Included observations: 60

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance LNQMR=C(1)+C(2)*LNIQS+C(3)*LNIQF+C(4)*LNIQP+C(5)*LNIQLI+C(6) *LNIQLO+C(7)*DS+C(8)*DSS

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C(1) 5.639894 0.372969 15.12161 0.0000 C(2) 0.182150 0.080537 2.261689 0.0279 C(3) 0.002239 0.019431 0.115225 0.9087 C(4) 0.625029 0.126466 4.942284 0.0000 C(5) 0.125291 0.063104 1.985472 0.0524 C(6) 0.118175 0.041099 2.875389 0.0058 C(7) -0.017233 0.007329 -2.351318 0.0225 C(8) 0.008845 0.008222 1.075737 0.2870 R-squared 0.992208 Mean dependent var 6.777187

Adjusted R-squared 0.991159 S.D. dependent var 0.288673 S.E. of regression 0.027143 Akaike info criterion -4.251847 Sum squared resid 0.038310 Schwarz criterion -3.972601 Log likelihood 135.5554 Hannan-Quinn criter. -4.142619 F-statistic 945.9352 Durbin-Watson stat 2.272122 Prob(F-statistic) 0.000000

Keterangan :

C(1) : Parameter konstanta

C(2) : Parameter Jumlah benih (IQS) C(3) : Parameter Jumlah pupuk padat (IQFS) C(4) : Parameter Jumlah pestisida (IQP)

C(5) : Parameter Jumlah TK Dalam K eluarga (IQLI) C(6) : Parameter Jumlah TK Luar Keluarga (IQLO) C(7) : Parameter Dummy musim (DS)

MUHAMMAD SURYADI. Development of Premium Quality Rice as a Strategy to Increase Rice Farmers’ Income: Case Study on Development of Organic Rice in Klaten Regency, Central Java (M. PARULIAN HUTAGAOL as Chairman and NUNUNG NURYARTONO as Member of the Advisory Committee).

Development of medium quality rice as a homogeneous and generic product on the rice self-sufficiency program leads this rice to the perfect competition market and has not been able to generate rice farmers’ welfare. Development of premium quality rice as a heterogeneous and specific product, and leads this rice to the monopolistic competition market, and believes as an effective policy to generate rice farmers’ welfare. This study aims on evaluating potencies and constraints on development of organic rice as a strategy to increase rice farmers' income with case study on development of organic rice in Klaten Regency, Central Java Province. This study used Cobb Douglass production function and descriptive analysis. Results showed that organic rice productivity and farm income are higher than non-organic rice and almost all of production inputs have significant effect on organic rice production. Development of organic rice has high potencies and also has various constraints including wrong perceptions about organic rice, low financial capability of farmers, scarcity of organics’ fertilizer and pesticide, lack of organic rice processing equipments, low extension and assistance of technology, and weak standards and quality