• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Pedagang Pengumpul

7.3.2. Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran gabah dan beras premium relatif berbeda dengan beras medium. Bila pemasaran gabah/beras medium relatif terbuka atau dapat dengan mudah para pedagang keluar atau masuk pasar sehingga pasar yang terjadi cenderung ke arah pasar persaingan sempurna, maka pada pemasaran gabah/beras premium cenderung tertutup karena hanya dapat dimasuki oleh para petani, kelompok tani atau pedagang beras organik yang dinilai mampu menjaga kontinuitas dari segi jumlah beras dan mutu beras yang diperdagangkan.

Pada umumnya usahatani beras organik dilakukan oleh perusahaan atau perseorangan baik dengan mengusahakan di lahan milik mereka sendiri atau sistem kontrak kerjasama dengan pihak lain. Pada kasus usahatani beras organik yang melakukan sistem kontrak kerjasama dengan pihak lain, biasanya petani

hanya berperan dalam proses usahatani sehingga nilai tambah petani terbatas pada proses produksi gabah. Sedangkan nilai tambah dari bentuk gabah ke beras sampai proses pemasaran, dinikmati oleh pengusaha. Berkenaan dengan hal tersebut, pengembangan padi organik seyogyanya dilakukan oleh petani atau kelompok tani sehingga nilai tambah yang diperoleh petani atau kelompok tani akan semakin besar.

Pemasaran gabah dan beras organik di lokasi kajian relatif masih sederhana (Gambar 5). Petani organik biasanya menjual berasnya pada kelompok, warung nasi/restoran di luar kota melalui pedagang pengumpul, atau memenuhi permintaan perseorangan atau institusi. Kelompok melakukan seleksi terhadap beras yang dihasilkan anggotanya, mengemas dengan merk kelompok, dan memasarkan beras tersebut.

Koperasi/Toko/Pedagang Petani Kelompok Konsumen: Masyarakat umum Restoran/Rumah Makan Pedagang Pengumpul   

Gambar 5. Saluran Pemasaran Beras Organik di Lokasi Penelitian Pada awal pengenalan beras organik kelompok, porsi terbesar pemasaran beras organik adalah untuk memenuhi permintaan koperasi-koperasi karyawan dimana pengurus kelompok Balak Gumbregah tersebut bekerja atau mempunyai jalinan kerjasama. Strategi ini dilakukan dalam rangka membuka pasar beras yang dihasilkan kelompok ini. Pada tahap awal ini pemasaran beras di koperasi karyawan dianggap cara yang tepat untuk mengenalkan produk yang dihasilkan,

meskipun untuk itu petani dan kelompok harus menerima konsekuensi pembayaran tunda. Seiring produk yang dihasilkan sudah dikenal di masyarakat maka porsi pemasaran tersebut mulai bergeser ke konsumen langsung (rumah makan dan restoran, perseorangan), sehingga jika pada awal pengembangan saluran utama pemasaran beras organik di lokasi kajian adalah: Petani Æ Kelompok ÆKoperasi /Toko Beras Æ Konsumen, maka dengan semakin terbukanya pasar beras organik kelompok, saluran utama beras organik kelompok dilokasi kajian saat ini adalah: Petani Æ Kelompok Æ konsumen langsung (Rumah makan dan perseorangan),

Berdasarkan informasi di lokasi penelitian, diketahui bahwa potensi pasar beras organik kelompok sebenarnya cukup besar, mencapai 71 ton per bulan, yaitu dari pedagang luar daerah, Jaringan Petani Organik Jawa Tengah, koperasi, restoran/rumah makan, dan masyarakat umum. Namun demikian kelompok belum dapat memenuhi permintaan tersebut, karena volume produksi masih relatif kecil dan dana kelompok yang terbatas.

Kerjasama yang selama ini dilakukan kelompok petani organik menggunakan prinsip dasar saling percaya berdasarkan jaminan kelompok terhadap kontinuitas mutu dan volume penjualan baik antara pengurus dengan anggotanya, maupun antara pengurus dengan pihak lain sehingga terbentuk kepercayaan satu sama lain. Sistem pembayaran beras organik yang dilakukan antara kelompok dan pedagang adalah pembayaran tunda, sedangkan antara kelompok dengan konsumen langsung adalah kontan. Dalam sistem pembayaran tunda, pembayaran periode sekarang akan dibayar pada pengiriman barang periode selanjutnya. Periode pengiriman dilakukan rata-rata dalam satu kali

dalam sebulan kepada masing-masing pembeli, sehingga waktu tunda memperoleh pembayaran juga satu bulan dan dengan demikian kelompok melakukan dua kali pengiriman dengan satu satu kali pembayaran. Sistem pembayaran tunda ini merupakan salah hambatan dalam pengembangan beras organik, karena tidak semua petani atau kelompok tani mempunyai modal yang cukup. Sistem pembayaran tunda masih dilakukan antara kelompok dengan koperasi karyawan RRI Solo, Jawa Tengah. Sistem pembayaran tunda masih bisa dilakukan kelompok di lokasi kajian, karena kelompok mempunyai dana yang bersumber baik dari pembeli dengan cash and carry dan dari kegiatan produktif lain yang dilakukan kelompok, seperti pendapatan dari penjualan pupuk kompos, katul instan, dan jahe katul

Pendekatan saling percaya atas jaminan mutu dari kelompok dalam pemasaran produk menggambarkan bahwa pemasaran beras organik sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan konsumen atas kualitas beras, artinya konsumen akan rela membayar harga lebih tinggi bila merasa yakin bahwa produk tersebut berkualitas dan berasal dari sumber yang dipercaya. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penjamin mutu sangat penting peranannya dalam pemasaran beras organik. Kasus di lokasi kajian, kelompok merupakan penjamin mutu atau

quality guaranted terhadap beras organik yang dipasarkan. Dalam jangka panjang, diperlukan upaya agar pemasaran beras organik selain berdasarkan penjaminan mutu dari kelompok, juga dilakukan sertifikasi mutu produk dari lembaga yang berwenang. Artinya, konsumen membeli beras organik tersebut karena percaya terhadap produsennya dan mutu beras yang dihasilkan bila diuji

memang telah memenuhi standar mutu yang baik dan disahkan oleh lembaga berwenang.

Saluran pemasaran gabah/beras non organik di lokasi kajian tidak menunjukkan variasi yang sangat mendasar dari tahun-ketahun, dimana petani biasanya menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul atau penebas atau langsung di penggilingan padi di desa, kemudian pedagang pengumpul atau penebas atau penggilingan padi kemudian menjualnya dalam bentuk gabah dan beras kepada pedagang pengumpul tingkat kecamatan atau penggilingan lain yang lebih besar, Sub Divisi Regional, dan grosir beras, yang kemudian akan disalurkan ke pengecer dan konsumen. Saluran pemasaran beras medium di lokasi kajian dapat dilihat pada Gambar 6.

Penggilingan Padi Penebas

Gambar 6. Saluran Pemasaran Beras Non Organik di Lokasi Penelitain Berdasarkan Gambar 6, setidaknya terdapat tiga saluran utama pemasaran beras medium dari petani sampai konsumen akhir. Saluran utama pemasaran beras kualitas medium yang ada di lokasi kajian adalah: Petani Æ Penebas ÆPenggilingan Padi ÆPedagang Besar Beras Æ Grosir Beras Æ Pengecer Æ Konsumen. Saluran utama tersebut sangat dominan di lokasi kajian terutama pada saat panen musim hujan. Pada saat musim kemarau biasanya

Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pengumpul Kecamatan Grosir Beras Penggilingan Besar Pedagang Besar Konsumen SUBDIVRE Pengecer

petani lebih memilih memanen sendiri padinya, menyimpannya, serta menjual di penggilingan secara bertahap.