• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Pedagang Pengumpul

7.3.3. Margin Pemasaran Beras Organik

Sistem distribusi pangan dari produsen ke konsumen dapat terdiri dari beberapa rantai tataniaga (marketing channels) dimana masing-masing pelaku pasar memberikan jasa yang berbeda. Besar keuntungan setiap pelaku tergantung pada struktur pasar di setiap tingkatan, posisi tawar, dan efisiensi usaha masing-masing pelaku. Berdasarkan konsep tersebut, maka margin pemasaran dalam penelitian ini didefenisikan dengan dua cara, yaitu: (1) .margin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani (produsen), dan (2) margin pemasaran merupakan biaya dari balas jasa-jasa pemasaran. Hasil analisis marjin pemasaran beras organik di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24 Analisis Margin Pemasaran Beras Organik di Lokasi Penelitian Tahun 2010 Uraian Satuan (rp/kg) Persentase (%) 1. Petani/Produsen

a.Harga jual beras 7 000.00 77.78

2. Kelompok a.Harga beli 7 000.00 b.Margin pemasaran: ƒ Biaya pemasaran1) 833.33 ƒ Margin keuntungan 166.67 c.Harga jual 8 000.00 88.89 3. Koperasi /Pengecer a.Harga beli 8 000.00 b.Margin pemasaran: 1 000.00 ƒ Biaya pemasaran 200.00 ƒ Margin keuntungan 800.00 c.Harga jual 9 000.00 100.00

Berdasarkan Tabel 24, terlihat bahwa harga beras organik ditingkat petani adalah 77.78 persen dari harga yang diterima konsumen akhir, sedangkan koperasi menerima harga 88.89 persen dari konsumen akhir. Marjin keuntungan kelompok tani adalah 166.67 rupiah per kg, sedangkan marjin keuntungan pedagang pengecer adalah 800 rupiah per kg. Pedagang pengecer menikmati marjin keuntungan lebih besar dibandingkan kelompok tani.

Beras yang merupakan komoditas strategis berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional dan menjadi basis utama dalam revitalisiasi pertanian, sehingga pemerintah tetap berkeinginkan mempertahankan swasembada beras, setidaknya swasembada ontrend dengan kecukupan produksi minimal 95% dari kebutuhan nasional (Deptan, 2005c).

Pengembangan padi organik sebagai bagian dari sistem pertanian berkelanjutan, dalam jangka panjang perlu dimaknai sebagai salah satu strategi dalam peningkatan produksi padi dan pendapatan petani sebagai pelaku utama kegiatan. Adanya dukungan sarana prasarana dan kebijakan yang memadai, menyebabkan pengembangan beras organik sebagai salah satu jenis beras premium diyakini akan menciptakan insentif berproduksi lebih baik, sehingga selain meningkatkan pendapatan petani, insentif tersebut juga diharapkan akan mendorong wilayah-wilayah pengembangan padi baru yang pada akhirnya secara agregat akan meningkatkan produksi beras nasional.

Permintaan dalam negeri beras organik masih terbuka luas. Hal ini dapat dilihat dari segi selalu meningkatnya produk beras kualitas premium dan meningkatnya volume impor beras premium. Meskipun data resmi volume permintaan beras premium sulit diperoleh namun berdasarkan perkembangan luas areal penanaman varietas yang menghasilkan beras berkualitas premium seperti Rojolele, Pandan Wangi, Cianjur, Sintanur, Fatmawati, Bunga Lowe Merah, Aroma Indah, Rambutan, Bumiayu, Mentik Wangi, Siam Unus, Padi Karya dan

varietas padi aromatik lain dapat diperkirakan volume permintaan beras kualitas premium. Data sebaran varietas yang menghasilkan beras kualitas premium dari Kementrian Pertanian dalam periode 2004 – 2009, luas varietas padi yang menghasil beras kualitas premium mencapai lebih dari 2.48 juta ha per tahun. Rata-rata volume produksi beras yang dihasilkan adalah 6.33 juta ton per tahun dengan laju pertumbuhan 17.16 persen per tahun. Secara nasional, dalam periode tersebut produksi beras secara keseluruh hanya meningkat rata-rata 5.46 persen per tahun. Peningkatan produksi beras dari varietas padi yang menghasilkan beras kualitas premium yang sangat tinggi tersebut diduga kuat didorong oleh meningkatnya permintaan beras kualitas premium.

Sementara itu, dari segi pasokan yang berasal dari volume impor dengan menggunakan data BPS menunjukkan bahwa pada periode 2004 – 2009, rata-rata volume impor beras premium (kategori beras Kepala/Utuh, Basmati, Japonica, Thom Mali, Parboiled/Kesehatan, Jasmine dan Fargrant) adalah sekitar 135.39 ribu ton per tahun dan meningkat rata-rata 26.61 persen per tahun. Mengacu pada angka peningkatan ini, maka dapat diperkirakan impor beras premium Indonesia akan terus meningkat pesat pada tahun-tahun mendatang dan dengan demikian dapat dilihat, besarnya prospek pasar beras organik sebagai salah satu beras kualitas premium di Indonesia.

Prospek pengembangan padi organik juga didorong oleh kebijakan Kementrian Pertanian yang mencanangkan program “Go Organik 2010”. Selain itu, peningkatan pendapatan dan kesadaran mengenai pentingnya mengkosumsi beras yang bebas bahan kimia juga menjadi penyebab meningkatnya permintaan beras kualitas premium. Hal lain yang juga menunjukkan perkembangan

permintaan beras kualitas premium khususnya beras organic adalah pertumbuhan retail modern sebagai target pasar beras organik, terlihat bahwa potensi pasar beras organik sangat besar. Selama ini produksi beras organik selalu terserap pasar, bahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus dipenuhi dari impor, terutama dari Thailand dan China.

Dari sisi insentif berproduksi, karena sifat premiumnya, padi dan beras organik mempunyai harga lebih tinggi dan relatif tidak berfluktuatif dibanding padi non organik sehingga merupakan peluang yang besar dalam rangka peningkatan pendapatan petani. Berdasarkan informasi di lapangan, perbedaan harga GKP organik dan non organik berkisar Rp 300 – Rp 500 per kilogram, sementara dalam bentuk beras, perbedaan harga tersebut bisa mencapai Rp 5000 per kilogram. Selain dari perbedaan harga, pengembangan padi organik terbukti mampu mengurangi pengeluaran tunai petani sehingga peluang meningkatkan pendapatan keluarga petani semakin besar.

Dari potensi wilayah pengembangan, wilayah-wilayah potensial pengembangan beras organik di Indonesia masih sangat luas, terutama di luar Pulau Jawa. Pada lahan Sawah non rawa pasang surut, luas lahan yang sesuai untuk dikembangkan padi luasnya mencapai seluas 13.26 juta hektar. Dari 13.26 juta hektar lahan sawah tersebut, baru 6.86 juta hektar yang dimanfaatkan. Pada lahan rawa dan pasang surut, potensi pengembangan padi mencapai 3.51 juta hektar dan baru digunakan untuk sawah baru sekitar 1 juta hektar. Peluang pengembangan padi organik di lahan kering juga relatif besar, yaitu mencapai 25.33 juta hektar.

Berdasarkan peluang pengembangan tersebut, maka dalam tataran kebijakan pengembangan beras organik merupakan salah strategi yang layak dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani, namun kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pengembangan ini berjalan lambat, sehingga berbagai informasi terkait peluang, hambatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi baik yang terkait petani langsung atau tidak langsung akan sangat penting dalam rangka merumuskan kebijakan pengembangan beras organik ini.

Jika dilihat persepsi petani (sebagai produsen) tentang peluang dan minat mengembangkan padi organik dapat diketahui bahwa sebenarnya peluang pengembangan beras organik relatif besar, bahkan peluang besar pengembangan padi organik tersebut juga disadarai petani non organik. Gambaran persepsi petani tentang peluang dan minat mengembangkan padi atau beras organik dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Proporsi Persepsi Petani Sebagai Produsen Terkait Peluang dan Minat untuk Mengembangan Beras Organik di Lokasi Penelitian Tahun 2010

Kelompok Petani Organik Kelompok Petani Non Organik Jumlah (n=30) (%) Jumlah (n=30) (%) Peluang •Besar 19 63.33 12 40.00 •Sedang 11 36.67 18 60.00 •Kecil - - - - •Sangat Kecil - - - - Minat •Besar 4 13.33 1 3.33 •Sedang 17 56.67 15 50.00 •Kecil 9 30.00 14 46.67 •Sangat Kecil - - - -

Pada kelompok petani organik, 63 persen responden menyatakan peluang pengembangan beras organik besar. Sedangkan pada kelompok petani non

organik, 40 persen petani menyatakan peluang pengembangan beras organik besar dan 60 persen petani menyatakan peluangnya tergolong sedang. Kondisi ini menunjukkan bahwa dari sisi pemahaman, sebagian besar petani sebenarnya telah menyadari bahwa peluang pengembangan beras organik besar. Alasan terbanyak petani mengapa mereka berpendapat bahwa peluang pengembangan beras organik besar adalah ketersedian bahan baku pertanian organik yang melimpah dan relatif murah.

Minat petani dalam mengembangkan padi organik berdasarkan Tabel 25 tergolong sedang. Beberapa faktor yang menyebabkan minat petani masih sedang untuk mengembangkan beras organik antara lain adalah petani tersebut tidak punya bahan baku pendukung yang memadai, pertanian organik dipandang kurang praktis, dan meskipun disadari tingkat harga yang diperoleh lebih tinggi tetapi pasar produknya belum terbuka luas sehingga timbul kekhawatiran tidak mampu menjual produk mereka dengan cepat.