PT (persero) Kawasan Berikat Nusantara (PT KBN) adalah perusahaan milik Pemerintah DKI Jakarta. PT KBN mempunyai beberapa unit usaha, yakni Unit Usaha Cakung, Tanjung Priuk, Marunda dan Unit Usaha Logistik. Usaha pokok PT KBN adalah mengelola kawasan industri terpadu berstatus berikat (export processing zone), kawasan industri non berikat, jasa logistik yang meliputi jasa angkutan, mekanik dan dokumen (forwarding), pergudangan (warehousing) serta layanan jasa lain kepada investor di dalam kawasan.
Dalam melaksanakan usaha pokok tersebut, PT KBN menghasilkan berbagai limbah, baik dalam bentuk limbah cair maupun limbah padat. Kedua jenis limbah ini pada dasarnya sudah dikelola oleh PT KBN, yakni limbah padat atau yang dikenal dengan istilah sampah akan dibuang ke TPA Bantar Gebang, sedangkan limbah cair dibuang ke dalam perairan umum (sungai) yang bermuara ke Pesisir Pantai Jakarta Utara. Namun pada kenyataannya, walaupun limbah padat sudah dibuang ke TPA, namun karena adanya berbagai keterbatasan maka seringkali masih didapatkan banyak sampah yang tidak terangkut, sehingga pada akhirnya akan mencemari lingkungan, jika hal tersebut dibiarkan maka sampah akan mencemari lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan dari PT KBN seharusnya diolah terlebih dahulu untuk kemudian dimasukkan ke dalam badan air. Namun kenyataannya hanya kurang lebih 5% dari perusahaan-perusahaan yang ada di PT KBN yang sudah mempunyai unit/instalasi pengolahan limbah cair (IPAL), yakni perusahaan yang karena tuntutan pasar dunia, mereka harus ikut serta melaksanakan ecolabelling. Sedangkan perusahaan sisanya membuang langsung limbah cair tersebut masuk ke dalam badan air.
Pada kawasan industri seperti PT KBN sangat sulit untuk menghilangkan limbah. Hal ini terjadi karena industri yang ada di Indonesia pada umumnya belum menerapkan konsep produksi bersih, seperti yang diinginkan oleh masyarakat dunia yang tertuang pada Agenda 21 yang menganjurkan dilaksanakannya teknologi bersih, sehingga dapat mengurangi jumlah limbah dan memudahkan pembuangan limbah secara aman (Memahami KTT Bumi, 1992).
Perusahaan yang memiliki IPAL di kawasan PT KBN hanya ±5% yakni pada perusahaan yang merupakan penghasil limbah B-3, sedangkan 95% perusahaan lainnya (pada umumnya perusahaan garment) yang merupakan jenis perusahaan dominan di PT KBN menghasilkan limbah domestik tidak memiliki IPAL. Di lain pihak banyaknya perusahaan garment ini akan berpotensi mencemari lingkungan. Oleh karena itu maka salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian di PT KBN terdapat pada pengolahan air buangan (limbah cair industri). Dalam pengolahan air buangan ini, selain masih sedikitnya perusahaan yang memiliki IPAL, di sisi lain operasional IPAL dan pemeliharaannya juga membutuhkan keterampilan tenaga-tenaga pelaksana, bahkan sudah selayaknya jika tenaga pelaksana ini disertifikasi. Namun hal ini kelihatannya masih belum dapat dilaksanakan, bukan saja di PT KBN, namun juga di kawasan industri lainnya yang tersebar di seluruh peloksok tanah air. Berdasarkan hal tersebut maka selain melaksanakan pengendalian dan pengelolaan limbah, hal lain yang harus diperhatikan adalah ,mencari tenaga yang handal dibidang pengelolaan limbah.
Masih sangat sedikitnya keberadaan IPAL di PT KBN serta di kawasan industri lainnya disebabkan oleh tingginya biaya investasi dan biaya operasional IPAL. Namun demikian khusus untuk perusahaan yang melaksanakan ekspor produknya ke negara-negara yang sudah menerapkan ecolabelling, betapapun mahalnya instalasi dan operasionalnya, akan berupaya mengadakan IPAL dan melaksanakan produksi bersih, sehingga produknya dapat diekspor. Oleh karena itu, maka ada baiknya jika perusahaan-perusahaan yang berlokasi di Kawasan PT KBN adalah perusahaan yang dituntut oleh konsumennya untuk melaksanakan program ecolabelling.
Kesadaran masyarakat industri dalam melakukan pengelolaan terhadap lingkungan (global) juga pada umumnya masih minim. Bahkan tidak hanya itu program lingkungan juga seringkali dianggap sebagai penghalang oleh perusahaan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Hal ini terjadi karena pengetahuan dan kesadaran para pelaku industri yang relatif minim. Namun demikian, hal yang juga tidak kalah pentingnya penyebab hal tersebut di atas adalah akibat sudah terlalu banyaknya pungutan-pungutan yang dilakukan terhadap perusahaan, sehingga keuntungan perusahaan yang tersisa relatif sedikit, dan dianggap tidak cukup lagi untuk melakukan pembiayaan terhadap program lingkungan yang dituntun pada Agenda 21.
Khusus untuk perusahaan yang sudah melakukan program lingkungan, seringkali suatu perusahaan sangat tertutup terhadap kualitas air buangannya serta kualitas udara emisinya. Oleh karenanya, maka perusahaan-perusahaan seringkali tidak mau memberikan informasi yang sebenarnya tentang kondisi kualitas limbah dan emisi gas buang. Hal ini terjadi karena perusahaan-perusahaan seringkali relatif tidak melaksanakan pengelolaan terhadap lingkungan, atau kalaupun melakukan pengelolaan pengelolaan yang dilakukan relatif tidak optimal, sehingga kualitas limbah cair dan emisi gas buangnya masih relatif jelek. Oleh karena itu maka perusahaan tidak berani memberikan informasi pengelolaan lingkungannya. Kondisi ini pada akhirnya akan dapat mempengaruhi usaha-usaha pengendalian lingkungan yang sedang dilaksanakan oleh pemda setempat maupun oleh pemerintah pusat, dan tentu tidak akan sesuai dengan visi dan misi PT KBN.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam rangka mencapai produksi bersih seperti yang diinginkan oleh dunia sehingga dapat mencapai ecoindustrial park, maka semua perusahaan (industri) harus menciptakan kebijakan-kebijakan dari semua tingkatan serta harus memperhatikan pengelolaan lingkungan, termasuk harus meningkatkan ketaatannya terhadap hukum dan kebijakan yang berlaku termasuk di dalamnya taat terhadap penempatan perusahaan terebut sesuai dengan rencana penataan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat (Salim, 1993).
Pada dasarnya jenis limbah industri banyak disoroti oleh berbagai kalangan, karena limbah industri pada umumnya mengandung berbagai senyawa baik dalam bentuk padat, gas maupun cair yang mengandung senyawa organik dan anorganik. Senyawa-senyawa tersebut jumlahnya seringkali melebihi batas yang ditentukan, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran yang dapat menimbulkan terjadinya degradasi lingkungan.
Pada dasarnya tidak semua jenis limbah industri membahayakan lingkungan, karena cukup banyak dari jenis limbah tersebut yang dapat didaur ulang atau dimanfaatkan kembali setelah melalui proses atau teknologi tertentu. Selain itu juga terdapat industri yang menghasilkan produk yang dalam waktu dekat (setelah selesai dipergunakan) menjadi limbah. Sebagai contoh kertas pembungkus dan kantong plastik yang setelah dipergunakan biasanya langsung dibuang ke tempat sampah, sehingga masa pakainya seringkali hanya beberapa jam untuk kemudian langsung menjadi limbah. Namun limbah jenis ini pada
umumnya dapat menjadi bahan baku untuk produksi selanjutnya. Untuk lebih jelasnya bagaimana proses industri menghasilkan limbah, dan terjadinya limbah pada suatu industri dan perjalanan limbah dari konsumen kembali ke daur ulang, reuse atau recovery dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28. Limbah pada proses produksi
Pada dasarnya pengelolaan limbah merupakan masalah yang sangat kompleks; oleh karena itu maka dalam menyelesaikan permasalahan tersebut tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu pihak yakni perusahaan semata, namun harus diselesaikan secara holistik. Hal yang sama juga terjadi pada limbah yang berasal dari proses produksi di Kawasan PT KBN. Permasalahan limbah PT KBN ini akan dapat berhasil dengan baik asal ada kerjasama antar berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta, masyarakat, para pelaku industri, LSM dan akademisi saling bahu membahu dalam mensukseskan pengelolaan limbah yang dihasilkan dari Kawasan PT KBN. Dalam hal ini pemerintah pusat dan pemda harus membuat peraturan perundang-undangan yang bersifat operasional dan harus menegakan aturan tersebut tanpa pandang bulu, namun berlaku untuk siapapun, dimanapun dan kapanpun. Bersamaan dengan itu pemerintah juga perlu membuat rencana pengelolaan yang dibuat berdasarkan hasil kajian lapang, hasil wawancara dan
Proses Industri Produk Utama Konsumen Limbah Daur Ulang
Ekonomi Non Ekonomi
Limbah/ Waste
Ekonomi Non Ekonomi
Limbah
Eksternal Treatment
Internal Treatment
studi literatur baik melalui dokumen pada instansi pemerintah maupun dokumen ilmiah. Pelaku industri juga harus dapat melaksanakan aturan tersebut dengan sebaik mungkin tanpa keinginan untuk mencari keuntungan semata atau malah mencoba untuk mengelabui para petugas pemerintah yang berwenang. Masyarakat, LSM, dan akademisi juga harus selalu bahu membahu untuk berbuat yang terbaik dan menyuarakan hati nurani yang murni dengan tujuan untuk bersama-sama menyelamatkan lingkungan.
Terjadinya pengelolaan limbah secara holistik seperti tersebut di atas dampaknya akan sangat baik terhadap lingkungan, karena dapat meminimalisir terjadinya pencemaran baik yang terjadi di perairan maupun di udara, apalagi dalam waktu dekat PT KBN akan dijadikan kawasan ekonomi khusus (Gambar 29) yang didalamnya sudah dilengkapi dengan pembangunan power plant (Gambar 30). Adanya pengelolaan secara kholistik ini juga akan dapat mewujudkan visi misi PT KBN, yakni mewujudkan pembangunan kawasan industri yang ramah lingkungan (berkelanjutan), dalam rangka menuju ecoindustrial park yang tidak saja menguntungkan secara ekonomi, namun juga akan meminimalisir terjadinya degradasi lingkungan, serta manfaatnya akan dirasakan bukan saja oleh pemilik perusahaan dan pengelola kawasan, namun juga akan dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Dalam rangka menciptakan Kawasan PT KBN yang sesuai dengan visi misinya, sehingga dapat mewujudkan pembangunan Kawasan Industri PT KBN yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sehingga dapat menuju kondisi ecoindustrial park yang diinginkan oleh masyarakat di seluruh dunia, maka program-program yang sebaiknya di laksanakan adalah:
1. Inventarisasi industri di lokasi kawasan PT KBN yang berpotensi menghasilkan limbah baik limbah organik maupun limbah anorganik serta limbah yang masuk pada kategori limbah B3
Data ini akan banyak manfaatnya tidak saja sebagai bahan acuan pengelolaan limbah namun juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan database perusahaan dan pembuatan dokumen lingkungan. Selain hal tersebut data ini dapat pula dimanfaatkan untuk keperluan pengklasifikasian industri berdasarkan jenis limbah yang dihasilkannya sehingga akan memudahkan penataan ruang kawasan PT KBN serta akan memudahkan penanganan limbah jika suatu saat dibuat IPAL komunal.
Gambar 29. Rencana area komersial Lahan C 04 Marunda PT KBN
2. Mengurangi biaya pengelolaan limbah secara umum
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyebab dari pelaku-pelaku industri tidak mau melakukan pengolahan limbahnya disebabkan mahalnya biaya pengolahan limbah; padahal biaya lain di luar biaya operasional (pungutan-pungutan) juga sudah tinggi. Untuk itu maka dalam rangka mengurangi biaya pengolahan limbah maka harus dicari teknologi pengolahan limbah yang murah namun hasilnya sangat efektif dalam rangka meminimalisasi limbah yang dihasilkan oleh suatu industri. Selain hal tersebut di atas juga harus dicari berbagai teknologi tidak hanya menangani limbah secara end of pipe, yaitu pada titik pembuangan dari sumber pabrik) namun sebaiknya sudah melakukan produksi bersih yang mencoba meminimalisasi limbah pada setiap tahapan produksi dengan melaksanakan prinsip-prinsip 3R, sehingga dapat melakukan pengiritan pada berbagai sektor
3. Melakukan monitoring dan penanggulangan penurunan kualitas lingkungan secara kontinu
Turunnya kualitas lingkungan di sekitar kawasan industri dapat berdampak pada berbagai hal mulai dari terjadinya degradasi lingkungan hingga munculnya gangguan kesehatan pada masyarakat sekitarnya, sebagai contoh terjadinya pencemaran udara yang berasal dari limbah industri dapat berakibat munculnya penyakit ISPA, tingginya tingkat kebisingan dapat mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Adanya pencemaran kualitas air dapat mengakibatkan terkontaminasinya bahan makanan oleh limbah B 3 yang sangat membahayakan kesehatan manusia seperti munculnya kerusakan organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, syaraf, dsb; menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dilahirkan, mencetuskan terjadinya kanker, bahkan dapat berakibat pada terjadinya kematian. Untuk itu maka dalam rangka menanggulangi terjadinya hal tersebut, maka hal yang perlu dilakukan adalah melakukan monitoring secara rutin, dan untuk yang sudah terdeteksi dapat menurunkan kualitas lingkungan, maka hal yang harus dilakukan adalah segera melakukan penanggulangan terhadap penurunan kualitas lingkungan tersebut secara kontinyu yang dilaksanakan secara tuntas. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi terjadinya penurunan kualitas lingkungan adalah dengan menciptakan alternatif-alternatif teknologi pengolahan
limbah, sehingga di peroleh teknologi yang relatif murah dan terjangkau oleh seluruh level industri.
4. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat terutama yang berkaitan dengan pencemaran limbah (logam berat, dan limbah B3 lainnya) serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan
Pada umumnya masih banyak yang belum mengetahui bahaya dari terjadinya pencemaran dan pengaruh pencemaran terhadap mahluk hidup yang berada di sekitarnya, terutama yang berkaitan dengan terkontaminasinya bahan makanan oleh bahan pencemar yang dihasilkan dari kegiatan industri. Oleh karena itu maka masyarakat juga masih banyak yang belum mengetahui bahaya mengkonsumsi ikan maupun kerang yang terkontaminasi bahan-bahan pencemar. Untuk itu maka perlu dilakukan penyadaran terhadap masyarakat mengenai bahaya mengkonsumsi makanan yang mengandung logam berat dan terkontaminasi bahan pencemar lainnya, misalnya dengan melalui program penyuluhan yang dapat dilaksanakan oleh ibu-ibu PKK. Namun demikian hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk dilakukan dengan segera adalah adanya komitmen dari pemerintah untuk selalu melakukan kajian terhadap bahan-bahan makanan yang diduga terkontaminasi bahan pencemar yang dapat membahayakan manusia yang mengkonsumsinya
5. Penegakan hukum bagi para pelanggar dan penegakan disiplin bagi aparat yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pembuangan limbah industri
Secara umum pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya penyelamatan lingkungan sebagai akibat dihasilkannya limbah industri. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah membuat kebijakan-kebijakan dan membuat program-program pengelolaan limbah industri. Namun demikian kebijakan dan program yang dibuat seringkali tidak berhasil menanggulangi terjadinya pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri. Hal ini terjadi karena adanya pelanggaran yang dilakukan dari sisi manusianya sendiri (SDM), baik dari pihak industri maupun pihak aparat berwajib yang sama-sama tidak mempunyai kesadaran dalam melakukan kewajibannya masing-masing. Untuk itu maka pemerintah harus betul-betul melakukan monitoring terhadap industri terutama yang diduga sebagai penghasil limbah B 3, serta pengawasan semakin diperketat pada industri yang diduga melakukan
pembuangan limbahnya secara langsung ke lingkungan dengan tanpa pandang bulu (bebas dari KKN). Hal lain yang juga dapat dipertimbangkan untuk diberlakukan adalah adanya mengembangkan instrumen insentif-disinsentif, misalnya bagi industri yang betul-betul melaksanakan program lingkungannya dengan baik diberi penghargaan dengan dibebaskan dari pajak tertentu. Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah melakukan pencarian teknologi-teknologi pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan. Selain hal tersebut juga melakukan pengawasan limbah secara reguler, dan selalu menjaga kedisiplinan dari aparat yang berwajib dalam menindak pelanggaran serta selalu memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar hukum dan memperketat izin (peninjauan kembali) bagi industri yang mengeluarkan limbah ke lingkungan secara langsung dan memberi penghargaan pada perusahaan yang mentaatinya.
6. Penanganan terhadap limbah B3 yang dihasilkan oleh perusahaan yang berada di Kawasan PT KBN
Limbah yang masuk pada kategori B3 (bahan berbahaya dan beracun) pada umumnya merupakan salah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh proses (kegiatan) industri. Limbah B3 yang ada dalam limbah tersebut akan sangat membahayakan jika limbah tersebut dibuang begitu saja ke lingkungan dengan tanpa melakukan pengolahan terlebih dahulu. Untuk itu maka hal yang perlu dilakukan dalam menanggulangi limbah B 3 ini antara lain adalah melakukan sosialisasi kebijakan yang ada yakni sosialisasi peraturan perundangan yang terkait dengan pengelolaan limbah B3 khususnya kebijaksanaan teknis yang meliputi pengertian limbah B3 dan karakteristiknya, jenis-jenis limbah B3, kewajiban perorangan dan badan usaha dalam pengolahan B3, tata cara penyimpanan, pengangkutan, pengamanan dan pengolahan. limbah B3 serta mengenalkan pelaksanaan produksi bersih (cleaner production). Hal lain yang perlu disosialisasikan adalah melakukan penanganan limbah B3 mulai dari pengemasan, penyimpanan, pengolahan, dan penimbunan, yang didasarkan pada upaya untuk mencegah dan mereduksi sifat bahaya limbah B3. Hal yang perlu disebar luaskan adalah mendorong industri penghasil limbah B3 untuk mengirim limbah B3-nya ke Pusat Pengolahan yang telah disediakan.
Dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan kawasan PT KBN terutama yang berkaitan dengan limbah industri yang dihasilkan dari kawasan PT KBN,
maka hal yang harus dilakukan adalah melakukan pencegahan pencemaran dan pengendalian pencemaran.
a. Pencegahan Pencemaran
Pada umumnya proses industri selalu menhasilkan limbah yang sangat sulit dihilangkan, tak terkecuali di Kawasan PT KBN. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut di Kawasan PT KBN, maka yang ideal dilakukan untuk limbah terutama yang masih bernilai ekonomis adalah melakukan proses daur ulang; namun jika limbah tersebut setelah didaur ulang kurang bernilai ekonomis, maka harus dicari teknologi yang dapat menurunkan (meminimalkan) kadar bahan pencemarnya.
Pada pencegahan pencemaran idealnya harus dapat memastikan bahwa pencegahan pencemaran (pada proses produksi) sudah dilaksanakan oleh seluruh stakeholder atas kesadaran sendir dan memastikan bahwa semua limbah diperlakukan secara aman bagi lingkungan, terutama dengan menggunakan teknologi 3 R (recycling, reuse dan recovery). Selain melakukan pencegahan juga sebaiknya dilakukan penanggulangan setelah proses produksi berlangsung, dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap konsentrasi bahan pencemar yang terkandung di dalamnya serta jenis-jenis bahan pencemar dan jangkauan serta tingkat bahaya pencemaran yang mungkin ditimbulkan.
Dalam melaksanakan pencegahan pencemaran dan pengendalian pencemaran lingkungan ini akibat adanya kegiatan industri di PT KBN harus dilakukan secara kholistik dengan melibatkan berbagai personil dan aparat yang handal di bidangnya baik sebagai pengawas, perencana pengendalian, desainer, tenaga ahli operasional dll. Dalam hal ini pemerintah menekankan pada masalah pengendalian dengan mengadakan monitoring dan pengawasan, sehingga dapat disimpulkan apakah sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan pemerintah atau belum.
Tugas investor yang beroperasi di Kawasan PT KBN dititik beratkan pada upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di kawasan PT KBN, serta melakukan pengawasan secara ketat pada industri-industri yang beroperasi di dalamnya, terutama industri penghasil limbah B 3. Dalam melaksanakan pengawasan ini aparat/pengelola PT KBN juga idealnya melihat apa metode pengolahan limbah yang dipergunakan, apakah instalasi peralatan pengolahan limbah sudah
memenuhi kriteria teknis untuk mencapai syarat baku mutu limbah yang nantinya akan dihasilkan serta melakukan evaluasi terhadap teknologi pengolahan limbah dan peralatan yang digunakannya.
Khusus untuk industri yang dalam proses produksinya menggunakan air dalam jumlah banyak, dilakukan upaya-upaya atau dicarikan teknologi agar jumlah sumberdaya air yang digunakan dapat diminimalkan, misalnya dengan cara mendaur ulang air yang sudah digunakan pada proses produksi untuk digunakan kembali pada produksi berikutnya, sehingga akan mengurangi eksploitasi terhadap sumberdaya air, sekaligus melakukan efisiensi terhadap biaya produksi.
b. Pengendalian Pencemaran
Dalam melakukan pengendalian pencemaran, idealnya pengendalian dilakukan terhadap pengendalian pencemaran akibat proses industri, pengendalian terhadap dampak yang muncul akibat kegiatan pembangunan industri itu sendiri baik berupa dampak sosial, ekonomi dan.budaya dan dampak terhadap sumber daya alam serta pengendalian dampak yang berkaitan dengan pengembangan wilayah tata ruang. Pengendalian pencemaran akibat proses industri di Kawasan PT KBN, harus dilakukan dengan berbagai upaya sehingga diantaranya setiap limbah yang keluar dari setiap investor (perusahaan) diolah terlebih dahulu hingga memenuhi kriteria baku mutu limbah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku; sehingga limbah yang dihasilkan tidak sampai mencemari lingkungan.
Dalam rangka melakukan pengendalian terhadap pencemaran tersebut, maka hal-hal yang juga idealnya dilakukan adalah: melakukan penghematan bahan baku dan energi dan tidak membiarkan terjadinya pemborosan, serta mengupayakan mendaur ulang ke dua hal tersebut dan melakukan produksi bersih dengan menggunakan prinsip-prinsip 3R sehingga dapat meminimalisasi limbah yang dihasilkan
Pada kegiatan industri, tak terkecuali di PT KBN, idealnya dilakukan pengendalian terhadap lingkungan yakni melakukaan pengendalian terhadap dampak negatif dan memaksimumkan dampak positifnya. Pengendalian dampak lingkungan ini idealnya dilakukan pada seluruh komponen lingkungan yang terkena dampak seperti dampak sosial ekonomi dan sosial budaya seperti penarikan tenaga kerja, kemacetan arus lalu lintas yang meningkat, tingkat
pendapatan masyarakat sekitar, kerusakan jalan, tumbuhnya konflik sosial. Dalam menangani dampak lingkungan ini pada umumnya peranan pihak industri hanya sebatas pengendalian pencemaran selebihnya harus menjadi peran pemerintah.
Sebenarnya sudah ada berbagai ketentuan dan peraturan untuk mengurangi dampak tersebut yang harus dilaksanakan oleh pengusaha industri, seperti adanya kewajiban melakukan kajian apakah jika perusahaan tersebut didirikan akan layak secara lingkungan (AMDAL) setelah perusahaan dinyatakan layak secara ekonomi. Hanya sayangnya yang seringkali terjadi kajian AMDAL lebih digunakan sebagai syarat administrasi yang harus dipenuhi, sehingga seringkali isinya tidak dikaji lagi dalam rangka mencegah dampaknya terhadap lingkungan (ekologi, sosial, ekonomi, budaya). Bahkan tidak sedikit perusahaan yang memanfaatkan dokumen tersebut hanya sekedar pajangan; karenanya maka walaupun sudah dilakukan AMDAL, namun karena tidak difahami dengan baik, maka pengendalian kerusakan lingkungan dapat dikatakan tidak pernah terjadi.
Dalam rangka mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat dari proses industri yang dilakukan di PT KBN ini maka salah satu hal yang harus dipertimbangkan saat ini adalah mendorong perusahaan-perusahaan yang ada di