• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Partisipasi pengusaha dan pengelolaan lingkungan

5.4 Skenario Pengelolaan Lingkungan Kawasan

Terdapat empat faktor kunci keberhasilan pengelolaan lingkungan di PT KBN secara berkelanjutan berdasarkan aspirasi stakeholder dan pakar yaitu teknologi pengelolaan limbah cair, partisipasi pengusaha dalam pengelolaan lingkungan, teknologi pengelolaan limbah padat, dan penggunaan bahan kimia dalam proses produksi.

Deskripsi kemungkinan perubahan kondisi (state) masing-masing faktor kunci yang berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan akibat kegiatan yang dilakukan PT KBN di masa yang akan datang dapat berbeda antara kondisi satu dengan kondisi lain. Sebagai contoh faktor penggunaan bahan kimia hanya memiliki tiga kemungkinan kondisi yang mungkin terjadi, yaitu: (1) menurunkan kualitas lingkungan karena tidak adanya larangan penggunaan bahan kimia atau tidak tersedianya teknologi baru; (2) tetap seperti kondisi yang ada pada saat ini karena teknologi dan perusahaan masih relatif tetap (tidak bertambah); dan (3) kualitas lingkungan meningkat karena menurunnya permintaan dan berkurangnya industri pewarnaan atau beralihnya ke penggunaan bahan pewarna yang ramah lingkungan.

Faktor teknologi pengelolaan limbah cair memiliki empat kemungkinan perubahan kondisi di masa yang akan datang yaitu tidak ada teknologi pengolahan, instalasi pengelolaan limbah cair, pemanfaatan limbah cair untuk kepentingan lain, dan penerapan produksi bersih. Deskripsi kemungkinan perubahan kondisi masing-masing faktor strategis dalam pengelolaan lingkungan PT KBN dapat dilihat pada Tabel 23.

Berdasarkan hasil identifikasi bagaimana elemen kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan (state) pada setiap faktor dan memeriksa perubahan mana yang tidak dapat terjadi bersamaan (incompatible) sebagaimana disajikan pada Tabel 16. Sedangkan perubahan faktor yang dapat terjadi bersamaan merupakan skenario-skenario strategi yang mungkin terjadi pada pengelolaan lingkungan PT KBN (Tabel 24).

Tabel 23. Prospektif faktor kunci yang berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan akibat kegiatan yang dilakukan PT KBN

No. Faktor Strategis Keadaan (state) masa depan faktor

1A 1B 1C 1D 1. Penggunaan

bahan kimia Menurun Tetap Meningkat -

2A 2B 2C 2D 2. Teknologi

pengelolaan

limbah cair Tidak ada teknologi pengolahan Instalasi pengolahan limbah cair Pemanfaatan limbah cair untuk kepentingan lain Penerapan produksi bersih 3A 3B 3C 3D 3. Teknologi pengelolaan

limbah padat Dikelola oleh instansi lain Dikelola sendiri Pemanfaatan limbah padat Penerapan produksi bersih 4A 4B 4C 4D 4. Partisipasi pengusaha dalam pengelolaan limbah

Partisipasi pasif Partisipasi insentif

Partisipasi fungsional

Partisipasi aktif

Tabel 24. Incompatible antar keadaan (state) dari keempat faktor penting dalam pengelolaan lingkungan PT KBN jangka waktu 5 tahun

No. Faktor Strategis Keadaan (state) masa depan faktor

1A 1B 1C 1D 1. Penggunaan

bahan kimia

Menurun Tetap Meningkat -

2A 2B 2C 2D 2. Teknologi

pengelolaan

limbah cair Tidak ada

teknologi pengolahan Instalasi pengolahan limbah cair Pemanfaatan limbah cair Penerapan produksi bersih 3A 3B 3C 3D 3. Teknologi pengelolaan

limbah padat Dikelola oleh instansi lain Dikelola sendiri Pemanfaatan limbah padat Penerapan produksi bersih 4A 4B 4C 4D 4. Partisipasi pengusaha dalam pengelolaan limbah

Partisipasi pasif Partisipasi insentif

Partisipasi fungsional

Partisipasi aktif

Berdasarkan Tabel 23 dan Tabel 24 disepakati lima skenario strategi pengelolaan lingkungan PT KBN yaitu: pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja lingkungan, perbaikan kinerja lingkungan secara konsisten, perbaikan kinerja lingkungan dengan memperhatikan kepentingan usaha, pengembangan usaha dengan tetap memperhatikan perbaikan lingkungan, dan perbaikan kinerja lingkungan dan kemajuan usaha secara simultan. Skenario ini dirumuskan dari

hasil memasangkan berbagai kondisi (state) setiap faktor yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dalam pengelolaan lingkungan PT KBN. Definisi masing-masing strategi tersebut disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25. Definisi masing-masing skenario strategi

No. Skenario Definisi

1. Pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja lingkungan (1C) meningkat

(2A) tidak ada pengolahan (3A) dikelola oleh instansi lain (4A) partisipasi pasif

Dalam kondisi yang demikian perusahaan dalam kawasan siap berkembangan pesat dengan memanfaatkan sumberdaya secara optimal tanpa penerapan sistem manajemen lingkungan.

2. Perbaikan kinerja lingkungan secara konsisten

(1A) menurun

(2D) penerapan produksi bersih (3D) penerapan produksi bersih (4C) partisipasi aktif

Dalam kondisi yang demikian terjadi perbaikan kinerja lingkungan dengan manajemen yang ketat melalui penerapan produksi bersih secara kontinu. Pengusaha dan manajemen PT KBN secara bersama-sama fokus pada pengelolaan lingkungan

3. Perbaikan kinerja lingkungan dengan tetap memperhatikan kepentingan usaha

(1B) tetap

(2D) penerapan produksi bersih (3D) penerapan produksi bersih (4B) partisipasi fungsional

Dalam kondisi yang demikian kualitas lingkungan akan semakin baik karena menjadi prioritas manajemen KBN. Perhatian terhadap kemajuan usaha dilakukan dengan senantiasa menjadikan faktor lingkungan sebagai parameter utama.

4. Pengembangan usaha dengan tetap memperhatikan perbaikan

lingkungan (1C) meningkat

(2B) instalasi pengolahan limbah cair (3B) dikelola sendiri

(4B) partisipasi insentif

Dalam kondisi yang demikian terjadi perbaikan kinerja perusahaan secara keseluruhan dan pengelolaan limbah yang dilakukan sendiri, sehingga perusahaan dapat berkembang ke arah kemajuan yang lebih baik dengan kualitas lingkungan yang terkendali. 5. Perbaikan kinerja lingkungan dan

kemajuan usaha secara simultan (1C) meningkat

(2C) pemanfaatan limbah cair (3C) pemanfaatan limbah padat (4C) partisipasi aktif

Dalam kondisi yang demikian kinerja perusahaan semakin baik seiring dengan kinerja lingkungan namun dengan pertumbuhan keduanya yang relatif stabil. Dalam jangka panjang kondisi yang demikian dapat menjamin keberlanjutan pengelolaan lingkungan dan pengembangan usaha PT KBN.

Berbagai skenario tersebut telah disepakati oleh stakeholder terkait sebagai skenario yang dapat diterapkan dalam pengelolaan lingkungan PT KBN

di masa mendatang. Skenario-skenario tersebut merupakan alternatif pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. Dengan demikian, kebijakan pengelolaan lingkungan PT KBN telah dapat mencerminkan aspirasi stakeholder dan kondisi masa depan yang diinginkan. Dalam implementasinya diperlukan penentuan skenario optimal yang dapat diterapkan oleh manajemen KBN dan dapat menjamin tercapainya visi dan misi PT KBN dengan kualitas lingkungan yang terjaga.

Arahan kebijakan pengelolaan lingkungan dirumuskan dengan memperhatikan faktor-faktor kunci yang telah dihasilkan dari analisis sebelumnya. Selain itu juga memasukkan hasil analisis kualitas lingkungan yang dilakukan oleh PT KBN. Perumusan kebijakan ini dilakukan melalui FGD dengan stakeholder dan pakar. Rumusan rancangan kebijakan pengelolaan lingkungan PT KBN adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja lingkungan 2. Perbaikan kinerja lingkungan secara konsisten

3. Perbaikan kinerja lingkungan dengan tetap memperhatikan kepentingan usaha

4. Pengembangan usaha dengan tetap memperhatikan perbaikan lingkungan 5. Perbaikan kinerja lingkungan dan kemajuan usaha secara simultan

Model AHP digunakan untuk memilih kebijakan pengelolaan lingkungan yang penting untuk dilaksanakan dan lebih aspiratif dari lima alternatif skenario yang telah dirumuskan sebelumnya. Kriteria yang digunakan dalam model AHP penentuan kebijakan pengelolaan lingkungan adalah kriteria pengelolaan lingkungan, khususnya terkait dengan aktor pelaksana dalam pengelolaan lingkungan, dimensi pembangunan berkelanjutan, dan kriteria pelaksanaan untuk masing-masing prinsip pengelolaan untuk menentukan prioritas kebijakan pengelolaan lingkungan PT KBN. Hirarki AHP disusun dengan lima level yang memperlihatkan tahapan proses penetapan prioritas.

Pengisian kuesioner matriks perbandingan berpasangan disampaikan kepada stakeholder yang prominent di Jakarta. Keinginan dan preferensi stakeholder merupakan aspirasi pemerintah, pengusaha, manajemen PT KBN, lembaga swadaya masyarakat, dan pakar terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan yang diinginkannya, baik untuk kepentingan saat ini maupun di masa yang akan datang. Penentuan prioritas kebijakan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan agar diperoleh hasil yang partisipatif dan

akomodatif sehingga kebijakan yang dihasilkan dapat dilaksanakan dan didukung oleh semua stakeholder.

Analisis dilakukan pada setiap level dari hirarki penentuan kebijakan pengelolaan lingkungan PT KBN. Bobot dan prioritas yang dianalisis adalah hasil kombinasi gabungan dari pendapat dan penilaian seluruh stakeholder pada setiap matriks perbandingan berpasangan. Hasil analisis disajikan pada Gambar 22.

Gambar 22. Bobot faktor-faktor pada setiap level penentuan kebijakan

Pada level 2 (aktor) diperoleh hasil analisis yaitu manajemen PT KBN (bobot 0,454) merupakan aktor yang paling berperan dalam pengelolaan lingkungan PT KBN. Hal ini menujukkan bahwa aspirasi manajemen PT KBN menjadi fokus perhatian dalam pengelolaan lingkungan. Aktor yang menjadi prioritas kedua adalah pengusaha (bobot 0,291). Pengusaha memiliki peran yang penting karena terkait dengan kegiatan produksi yang merupakan sumber utama dalam menentukan aktivitas kawasan.

Aktor pemerintah dan masyarakat merupakan prioritas ketiga (0,156) dan keempat (0,099). Pada tahap implementasi, kedua aktor ini perlu dilibatkan

dalam proses pengelolaan lingkungan secara partisipatif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Hal ini karena pemerintah memegang otoritas dalam perencanaan dan pembangunan di sekitar kawasan yang terintegrasi dengan KBN serta berperan menjamin kelestarian pemanfaatan sumberdaya untuk kesejahteraan masyarakat.

Pada level 3, tujuan pengelolaan lingkungan yang menjadi prioritas utama adalah: pertumbuhan ekonomi (0,364), penguatan kelembagaan (0,276), kelestarian ekologi (0,209), pengembangan dan penerapan teknologi (0,103), dan kesejahteraan sosial (0,049). Hal ini merupakan indikator bahwa pada umumnya stakeholder mementingkan aspek pertumbuhan ekonomi sebagai dimensi penting dalam pengelolaan lingkungan kawasan.

Pada level empat, kriteria dari setiap tujuan pengelolaan lingkungan, diperoleh hasil bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, aspek yang harus diprioritaskan adalah kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat (0,232) dan permintaan produk ramah lingkungan (0,094). Aspek ekologi yang menjadi prioritas adalah pencemaran air (0,098) dan penggunaan bahan kimia (0,058). Aspek sosial yang menjadi prioritas adalah frekuensi konflik antar masyarakat (0,026) dan rasio tenaga kerja (0,015). Aspek teknologi yang menjadi prioritas adalah teknologi pengelolaan limbah cair (0,049) dan teknologi pengelolaan limbah padat (0,042). Aspek kelembagaan yang menjadi prioritas adalah partisipasi pengusaha dalam pengelolaan lingkungan (0,207). Selanjutnya berdasarkan judgement semua stakeholder dan pakar pada setiap level diperoleh bobot dan prioritas alternatif kebijakan pengelolaan lingkungan PT KBN. Hasil analisis disajikan pada Gambar 23.

0.237

0.33 0.181

0.125 0.127

Lingkungan dan Usaha Simultan Pe nge mbangan Usaha

dan Lingkungan Kinerja Lingkungan dan

Usaha Pe rbaikan Kine rja

Lingkungan Pe nge mbangan Usaha

Gambar 23. Bobot masing-masing alternatif kebijakan pengelolaan lingkungan

Nilai indeks konsistensi adalah 0,05 (overall inconsistency), yang berarti nilai pembobotan perbandingan berpasangan pada setiap matriks adalah konsisten. Hal ini juga berarti masing-masing responden telah memberikan jawaban yang konsisten.

Hasil AHP tersebut menunjukkan bahwa pengembangan usaha dilakukan dengan tetap memperhatikan perbaikan kinerja lingkungan merupakan alternatif kebijakan yang memiliki bobot tertinggi (0,330) dan menjadi prioritas utama dalam pengelolaan lingkungan kawasan PT KBN. Kondisi kebijakan ini adalah bahwa penggunaan bahan kimia masih meningkat, teknologi yang digunakan adalah pemanfaatan limbah cair dan pemanfaatan limbah padat, pengusaha aktif dalam proses pengelolaan lingkungan. Dalam kondisi yang demikian kinerja perusahaan semakin baik seiring dengan kinerja lingkungan namun dengan pertumbuhan keduanya yang relatif stabil. Dalam jangka panjang kondisi yang demikian dapat menjamin keberlanjutan pengelolaan lingkungan dan pengembangan usaha PT KBN.

Pertimbangan utama stakeholder memprioritaskan kebijakan ini adalah bahwa kebijakan ini akan mempercepat pengembangan kawasan dalam mencapai visi dan misi PT KBN serta dapat menjamin terjaganya kualitas lingkungan. Selain itu diharapkan terwujudnya kawasan PT KBN berwawasan lingkungan dengan memiliki ISO 14000 pada tahun 2009.

Prioritas kedua adalah kebijakan pengembangan usaha dan perbaikan lingkungan dilakukan secara simultan (bobot 0,237). Prioritas ketiga adalah perbaikan kinerja lingkungan dengan tetap memperhatikan kepentingan usaha (0,181). Prioritas keempat adalah pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja lingkungan (bobot 0,127). Prioritas kelima adalah perbaikan kinerja lingkungan secara konsisten (bobot 0,125).

Hasil analisis AHP tersebut telah disepakati oleh semua stakeholder dan menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan lingkungan PT KBN. Pada FGD disepakati bahwa hasil tersebut sesuai dengan keinginan semua stakeholder. Dengan demikian, implementasi kebijakan ini diharapkan dapat terlaksana dengan baik.