• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAUT

4.3. Kegiatan Ekonomi Penduduk

Deskripsi mengenai kegiatan ekonomi penduduk di lokasi COREMAP P. Hinako berdasarkan pada hasil survei dan hasil wawancara dengan narasumber. Data mengenai kegiatan ekonomi yang dikumpulkan melalui survei rumah tangga dapat dilihat secara rinci menurut jenis pekerjaan dan lapangan pekerjaan. Dalam studi ini pekerjaan didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa, sesuai dengan pengakuan responden. Adapun uraian tentang pekerjaan meliputi pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan yang dikategorikan menurut lapangan dan jenis pekerjaan. Sebelum uraian tentang pekerjaan, akan dibahas terlebih dahulu kegiatan utama yang dilakukan penduduk di ketiga desa di P. Hinako yang menjadi lokasi penelitian.

Diagram 4.1

Distribusi Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Ekonomi

Menganggur , 28, 8% Mencari kerja, 20, 6% Mengurus RT , 43, 12% Lainnya, 5, 1% Sekolah, 114, 32% Bekerja, 148, 41%

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, COREMAP- LIPI, 2007.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penduduk di tiga desa lokasi penelitian, yaitu Sinene’eto, Hinako dan Halamona yang termasuk dalam kategori bekerja masih terbatas. Dari 358 penduduk usia produktif (umur 10 sampai dengan 64 tahun) yang mempunyai kegiatan utama bekerja hanya meliputi 148 orang atau kurang dari separuhnya (41 persen). Adapun penduduk yang masih sekolah dan penduduk yang berstatus sebagai ibu rumah tangga masing-masing 32 persen dan 12 persen, sisanya adalah merupakan penduduk yang menganggur (tidak mencari kerja) sekitar 8 persen serta pencari kerja sebanyak 6 persen. Relatif tingginya penduduk yang tidak mencari kerja karena mereka pada umumnya masih berumur muda dan berpendidikan rendah. Mereka masih menunggu beberapa tahun untuk dapat ikut melaut.

Bab IV Potret Penduduk Kepulauan Hinako

76

- Pekerjaan Utama dan Tambahan

Pekerjaan utama adalah pekerjaan yang menurut pengakuan responden paling banyak menyita waktu, sedangkan pekerjaan tambahan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh responden di luar pekerjaan utama. Walaupun P. Hinako merupakan wilayah kepulauan dengan kekayaan laut yang berlimpah, namun mayoritas penduduknya tidak bekerja di sektor perikanan. Dari sekitar 148 orang yang bekerja, mayoritas (48 persen) bekerja sebagai petani kelapa dan cengkeh dan yang bekerja sebagai nelayan sekitar 22 persen. Sisanya bekerja sebagai bekerja di sektor jasa sebagai karyawan seperti guru dan staf desa, pedagang, penjahit dan ABK kapal transportasi.

Diagram 4.2.

Distribusi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Jenis Pekerjaan Utama

Karyaw an, 12, 8% Pedagang, 7, 5% Penjahit, 3, 2% Peternak, 13, 9% Lainnya, 4, 3% Petani, 72, 48% ABK, 4, 3% Nelayan , 33, 22%

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, COREMAP- LIPI, 2007.

Petani

Seperti telah dibahas pada BAB II, selain sumber daya laut, potensi sumber daya alam yang dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk Kep. Hinako adalah sumber daya darat berupa perkebunan kelapa dan cengkeh. Perkebunan kelapa terdapat hampir di semua pulau-pulau yang ada di Kep Hinako, seperti P Bawah dan P. Langu terutama di pulau-pulau yang tidak ada penduduknya. Sedangkan perkebunan cengkeh hanya dapat diusahakan di P Hinako.

Dengan kekayaan sumber daya darat ini Kep. Hinako terkenal sebagai daerah penghasil kopra di Kabupaten Nias. Hasil kopra dari Pulau Hinako dikirim ke pabrik pembuatan minyak kelapa di Sirombu. Selain itu, kopra juga dikirim ke luar P Nias dengan diangkut oleh kapal barang yang datang setiap bulan sekali. Penduduk desa pada tahuan 1990-an masih bisa menikmati hasil kopra yang berlimpah. Dengan hasil kopra yang berlimpah tersebut pendapatan penduduk cukup tinggi yang terlihat dari kehidupan penduduk yang cukup sejahtera. Sisa-sisa kehidupan penduduk yang cukup sejahtera tersebut antara lain masih terlihat dari bangunan rumah yang cukup besar dan terbuat kayu berkualitas.

Bab IV Potret Penduduk Kepulauan Hinako

78

Berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya darat, ada dua jenis komoditi yang dihasilkan, yaitu kelapa dan cengkeh. Dalam mengelola usaha pertanian, khususnya kelapa secara umum penduduk Kep Hinako tidak melakukan pengelolaan kebun kelapa sendiri, tetapi pengelolaan tanaman kelapa dilakukan oleh pekerja upahan yang umumnya berasal dari luar Kep. Hinako. Terdapat pandangan masyarakat bahwa mengerjakan pemeliharaan dan pemetikan kelapa merupakan pekerjaan yang ‘berstatus rendah’ meskipun dilakukan di kebunnya sendiri. Hal ini terkait dengan sejarah penduduk Kep. Hinako yang terkenal sebagai tuan tanah, pemilik perkebunan kelapa di Kabupaten Nias. Sebagian masyarakat Kabupaten Nias memberikan julukan Kep. Hinako sebagai “Texasnya Nias” karena terkenal dengan penduduknya yang kaya sebagai pemilik tanah (tuan tanah) dan mempekerjakan orang lain untuk mengusahakan usaha pertaniannya. Dengan adanya julukan tersebut sebagian besar masyarakat Kep. Hinako tidak ada yang mau mengelola dan mengerjakan sendiri lahan perkebunannya. Bagi yang tidak mempunyai kebun, juga kurang ada minat untuk bekerja di kebun kelapa milik orang lain. Mereka lebih senang bekerja serabutan, seperti membuat perahu, memperbaiki rumah, tukang kayu dari pada bekerja di kebun kelapa.

Para pekerja pengelola perkebunan kelapa milik penduduk Kep. Hinako pada umumnya berasal dari daratan P. Nias, diantaranya penduduk dari Kecamatan Manrehe. Dalam melakukan pemeliharaan, pemetikan sampai memprosesnya menjadi kopra para pekerja ini mendapat upah dengan sistim bagi hasil dengan perbandingan 2 : 1, dua bagian untuk pemilik tanaman kelapa dan satu bagian untuk tenaga pemetik. Para pemetik kelapa ini biasanya tinggal sekitar dua sampai tiga bulan di Kep. Hinako.

Paska terjadinya gempa tahun 2004, para pekerja pemetik kelapa dari luar Kep. Hinako mulai berkurang jumlahnya. Para pekerja tersebut tidak tertarik bekerja di Kep Hinako karena lebih senang bekerja di daratan P Nias sebagai buruh bangunan, tukang kayu, dan jasa angkutan. Pembangunan (rekustruksi) paska gempa di Pulau Nias memerlukan tenaga kerja lokal di sektor-sektor tersebut. Selain lebih

senang bekerja di daratan para pekerja pemetik kelapa ini juga enggan bekerja di Kep. Hinako, karena takut terjadi tsunami. Meskipun sistim upah sudah dirubah, yang pada awalnya 2:1, dua untuk pemilik dan satu untuk pemetik, menjadi 1 berbanding 1, namun para pekerja pemetik kelapa tetap enggan bekerja di Kep. Hinako.

Sampai penelitian ini dilakukan (tahun 2007), secara umum hanya sebagian kecil petani kelapa di Kep. Hinako yang melakukan sendiri pengelolaan usaha pertaniannya. Meskipun tenaga kerja upahan sulit didapatkan, hanya sebagian kecil petani Kep. Hinako yang mengerjakan sendiri usaha perkebunan kelapanya sendiri.

Berbeda dengan pengelolaan kebun kelapa yang umumnya tidak dikerjakan sendiri oleh penduduk, pekerjaan pemeliharaan dan pemetikan cengkeh dilakukan sendiri oleh penduduk. Tanaman cengkeh merupakan tanaman yang baru diusahakan dalam dua dasa warsa terakhir (dimulai sekitar tahun 1990an) oleh penduduk setempat. Sifat pekerjaan yang hampir sama, yaitu memetik/memanen hasil pertanian, tetapi kalau memanen cengkeh tidak dipandang sebagai pekerjaan yang ‘berstatus rendah’ oleh masyarakat Kep. Hinako.

Cengkeh dari perkebunan di P. Hinako

Bab IV Potret Penduduk Kepulauan Hinako

80

Nelayan perikanan tangkap

Pekerjaan sebagai nelayan yang dilakukan oleh penduduk di tiga desa penelitian masih dapat dikategorikan sebagai nelayan tradisional. Hal tersebut dapat teridentifikasi dari alat yang digunakan untuk penangkapan ikan yang masih sederhana dan terbatas variasinya. Pancing merupakan alat penangkap ikan utama dan digunakan oleh mayoritas nelayan di tiga desa.

Secara umum pemanfaatan sumber daya laut di ketiga desa penelitian menunjukkan persamaan dilihat dari jenis sarana dan alat tangkap yang dipakai. Para nelayan pada umumnya menggunakan perahu dayung dengan ukuran body antara 2,8 meter sampai dengan 5 meter dan mesin Honda 5,5 PK atau Robin bermesin 7,5 PK. Dari sekitar 33 nelayan lebih dari separohnya menggunakan perahu motor dalam menangkap ikan, sisanya menggunakan perahu bermotor. Tidak semua nelayan di Kep. Hinako mempunyai perahu sebagai sarana tangkapnya. Nelayan yang tidak mempunyai perahu umumnya menumpang dengan nelayan yang mempunyai perahu. Pembagian hasil antara si pemilik dan yang menumpang adalah 2 berbanding 1. Dua bagian untuk pemilik perahu dan satu bagian untuk yang menumpang. Sedangkan biaya produksi berupa bahan bakar dan minyak tanah (untuk penerangan lampu jika menangkap ikan pada malam hari) dibagi dua antara pemilik dan yang menumpang.

Dengan armada tangkap dan alat tangkap yang masih berteknologi sederhana tersebut, wilayah tangkap dan waktu tangkap para nelayan sangat terbatas. Wilayah tangkap umumnya di perairan sekitar Kep. Hinako dengan jarak sekitar 5 mil sampai dengan 10 mil. Demikian pula dengan waktu tangkap, sebagian besar nelayan melaut dengan pola pulang hari (tidak bermalam). Terdapat dua pola penangkapan, yaitu memancing siang hari dan memancing malam hari. Memancing pada siang hari umumnya dari jam 4 atau 5 pagi sampai dengan jam 14.00 siang. Sedangkan memancing malam hari dimulai dari jam 20.00 sampai dengan jam 7.00 pagi.

Mengingat alat dan sarana tangkap yang masih sederhana tersebut umumnya nelayan melaut secara individual (dalam satu perahu hanya ada satu nelayan). Meskipun memancing dilakukan secara sendiri, tetapi dilaut mereka memancing secara berkelompok supaya dapat saling membantu jika ada kesulitan atau gangguan keamanan dari nelayan dari luar. Target tangkapan nelayan di Kep. Hinako pada umumnya adalah tenggiri, ikan kerapu, gutilah, ikan muk segar. Selain target tangkapan berbagai jenis ikan yang dijual dalam bentuk segar, terdapat sebagian kecil nelayan yang umumnya nelayan yang masih muda mencari lobster dan tripang. Dalam menangkap lobster umumnya mereka melaut secara berkelompok antara 3 sampai 7 orang. Masing-masing orang bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing. Satu orang bertugas sebagai pengemudi perahu dan yang lainnya sebagai penyelam. Alat tangkap yang dipakai untuk menangkap lobster juga masih sederhana yaitu kaca molo. Para penyelam tersebut menyelam pada kedalaman sekitar 3 samapi 5 meter secara alamiah tanpa alat bantu kompresor. Lokasi penyelaman adalah di perairan sekitar P. Hinako, terutama di gosong-gosong. Tempat-tempat yang strategis untuk mencari lobster adalah di perairan yang keruh dan berombak.

Bab IV Potret Penduduk Kepulauan Hinako

82

Pembagian hasil tangkapan umumnya dilakukan dengan sistim bagi hasil. Hasil penjualan lobster dibagi tiga, satu bagian untuk pemilik perahu (sudah termasuk BBM), satu bagian untuk pengemudi dan satu bagian untuk penyelam. Satu bagian untuk penyelam dibagi lagi sesuai dengan jumlah penyelam yang tergabung dalam kelompok tersebut. Jika terdapat tiga penyelam, maka satu bagian tersebut dibagi untuk tiga penyelam.

Teripang

Peternak Babi

Selain bertani dan menjadi nelayan, dalam rangka memperoleh pendapatan untuk keluarga sebagian penduduk Kep. Hinako bekerja sebagai peternak babi. Dari hasil survei terungkap bahwa dari sekitar 149 penduduk yang bekerja 9 persen diantaranya menjadi peternak babi. Usaha ternak babi ini pada umumnya merupakan usaha keluarga. Rata-rata setiap rumah tangga yang non-muslim mempunyai 3 sampai 4 ekor babi. Sebagian rumah tangga, memelihara babi untuk tabungan keluarga yang dijual ketika memerlukan uang tunai. Sedangkan rumah tangga lainnya memelihara babi untuk mendapatkan penghasilan. Umumnya babi dijual setelah berumur empat bulan. Bagi rumah tangga yang memelihara babi untuk tabungan umumnya menjual babinya pada tahun ajaran baru sekolah. Hasil penjualan babi digunakan untuk keperluan membayar sekolah dan membeli seragam dan buku-buku bagi anak sekolah. Selain pada saat tahun ajaran baru, penjualan babi juga dilakukan pada bulan Desember untuk biaya merayakan pesta natal.

Pedagang (usaha warung sembako dan kedai kopi)

Hasil survei menggambarkan sekitar lima persen penduduk yang bekerja menjadi pedagang atau usaha warungan. Skala usaha warungan yang ada di P. Hinako cukup bervariasi, mulai dari toko yang lengkap menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari (sembako), bahan bangunan, peralatan sekolah (seragam dan buku), pakaian, peralatan rumah tangga dan alat tangkap sampai pada warung-warung kecil yang menjual minuman, makanan kecil dan jajanan anak dengan jumlah dan jenis dagangan yang terbatas. Seperti usaha pertanian dan peternakan, usaha perdagangan ini merupakan usaha bersama dari beberapa anggota keluarga.

Bab IV Potret Penduduk Kepulauan Hinako

84

Karyawan

Penduduk yang dikategorikan bekerja sebagai karyawan diantaranya adalah guru, baik guru negeri maupun honor dan guru bantu, petugas kesehatan (perawat), staf desa dan karyawan sebuah perusahaan pembuat virgin coconut oil (VCO) yang berlokasi di Desa Hinako. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai karyawan di Desa Hinako relatif kecil karena terbatasnya jumlah kesempatan kerja di sektor ini. Hasil survei menunjukkan sekitar 8 persen dari 148 penduduk Hinako yang bekerja.

- Pekerjaan Tambahan

Dari sekitar 148 penduduk yang bekerja sekitar 29 orang mempunyai pekerjaan tambahan. Penduduk yang mempunyai pekerjaan tambahan pada umumnya bekerja di sektor perikanan tangkap dan pertanian tanaman keras. Berdasarkan wawancara dengan informan kunci dapat diketahui bahwa sebagian penduduk yang mempunyai pekerjaan utama sebagai petani kelapa mempunyai pekerjaan tambahan menangkap ikan. Sebaliknya nelayan, selain menangkap ikan juga mempunyai kebun kelapa atau cengekeh yang menghasilkan pendapatan pada setiap kali panen.

Selain lapangan pekerjaan pertanian dan perikanan, sektor jasa juga merupakan lapangan pekerjaan sebagian penduduk P. Hinako. Penduduk yang bekerja di sektor ini umumnya menjadi tukang kayu, bangunan, membuat perahu, pedagang warungan dan ada pula yang menjadi tenaga guru honorer di sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama yang ada di desa. Sementara itu penduduk yang mempunyai pekerjaan tambahan di sektor angkutan umumnya bekerja sebagai pembantu ABK dan buruh angkut barang di pelabuhan.

Diagram 4.3.

Distribusi Penduduk Yang Mempunyai Pekerjaan Tambahan Berdasarkan Lapangan Pekerjaan

Perikanan tangkap, 7, 24% Pertanian tanaman keras, 6, 21% Pertanian tanaman keras, 2, 7% Jasa, 8, 27% Angkutan, 4, 14% Perdagangan, 2, 7%

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, COREMAP- LIPI, 2007.