• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.2. Saran

Program dan kegiatan yang dirancang untuk pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem terumbu karang secara berkesinambungan dan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan perlu mempertimbangkan berbagai isu-isu penting yang muncul berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya laut dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat. Berikut ini beberapa alternatif upaya untuk mendukung peningkatan pendapatan masyarakat:

• Selain melakukan pengawasan, untuk membendung adanya kerusakan terumbu karang yang semakin besar di wilayah perairan Kep Hinako perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan peningkatan pendapatan masyarakat. Alternatif upaya peningkatan pendapatan masyarakat di Kep Hinako tidak hanya tergantung pada kegiatan kenelayanan. Terdapat beberapa alternatif sumber pendapatan di luar sektor perikanan yang dapat dikembangkan, diantaranya adalah peningkatan pengelolaan perkebunan kelapa. Selama ini kegiatan pengelolaan perkebunan kelapa tidak dilakukan secara intensif, karena kekurangan tenaga kerja. Perkebunan kelapa kurang terawat sehingga produksinya menurun. Peremajaan tanaman kelapa juga kurang dilakukan sehingga kebanyakan tanaman kelapa sudah tua. Hal ini tentunya mempengaruhi produksi kelapa. Untuk itu program peremajaan pohon kelapa juga merupakan usaha yang perlu dikembangkan.

Potensi perikanan Kep Hinako yang cukup besar belum

dimanfaatkan secara optimal. Selama ini yang berkembang hanya kegiatan perikanan tangkap yang umumnya dipasarkan dalam bentuk ikan segar. Kegiatan berkaitan dengan budidaya perikanan dan penanganan paska panen belum berkembang, padahal pengembangan usaha berkaitan dengan budidaya perikanan dan penanganan paska panen dapat memberikan nilai tambah bagi nelayan, terutama dalam meningatkan pendapatan. Untuk itu diversifikasi usaha terkait dengan budidaya dan penanganan

paska panen pengolahan hasil laut berpotensi untuk dikembangkan.

Ikan yang menjadi target utama para nelayan langsung dipasarkan di pasar lokal (pemenuhan kebutuhan di dalam desa). Karena permintaan ikan di tingkat desa relatif kecil jumlahnya, pada umumnya target tangkapan ikan nelayan hanya sekitar 6 sampai paling banyak 15 ikat ikan. Para nelayan tidak mau meningkatkan hasil tangkap karena takut tidak akan terjual semua. Dalam rangka meningkatkan hasil tangkap nelayan beberapa alternatif upaya yang bisa dilakukan adalah: penyediaan sarana pemasaran ikan yang dilengkapi dengan boks pendingin. Dengan adanya sarana ini maka hasil tangkapan nelayan dapat ditampung dengan jumlah yang cukup, sehingga seberapapun hasil tangkapan nelayan akan terjual. Dengan adanya sarana pemasaran diharapkan dapat merangsang nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapannya.

• Belajar dari pengalaman pelaksanaan kebijakan dan progam berkaitan dengan pengelolaan sumber daya laut yang telah dilaksanakan di Kep Hinako dan memperhatikan kondisi dan karakteristik sosial – ekonomi penduduknya, implementasi COREMAP perlu memperhatikan beberapa aspek sosial dan kependudukan. Beberapa isu sosial-kependudukan yang perlu mendapat perhatian adalah:

1. Administrasi pencatatan kependudukan yang pada umumnya tidak sesuai dengan sesuai dengan tempat tinggal penduduk. Hampir di semua di Kep Hinako mempunyai pola yang sama dalam pencatatan kependudukan. Seorang tetap dicatat sebagai penduduk desa asal, walaupun telah pindah tempat tinggalnya di wilayah daratan. Seperti diketahui sejak adanya gempa tahun 2005, banyak warga desa di Kep Hinako pindah ke wilayah daratan di sekitar ibu kota kecamatan Sirombu. Mereka pindah baik karena mendapatkan jatah perumahan dari Red Cross atau dari pemerintah kerajaan Monaco maupun yang telah mempunyai rumah sendiri. Meskipun

Bab VI Kesimpulan dan Saran

130

secara fisik sebagian penduduk telah bertempat tinggal di Sirombu yang secara fisik masuk ke dalam wilayah administratif desa lain, namun semua penduduk dari desa-desa di Kep. Hinako, tetap mengaku dan terdaftar sebagai penduduk desa-desa dari Kep Hinako. Kondisi ini perlu mendapat perhatian bagi pengelola COREMAP di daerah dalam melakasanakan berbagai kegiatan COREMAP, seperti pembentukan Pokmas, Pokmaswas dan kelompok konservasi. Sistim pencatatan kependudukan yang agak unik ini perlu dipertimbangkan dalam melakukan pembentukan kelompok (Pokmas, Pokmaswas, dan kelompok konservasi) dalam kegiatan COREMAP. Jika hal ini tidak dicermati dikhawatirkan akan menimbulkan konflik di dalam masyarakat.

2. Banyaknya bantuan yang langsung diserahkan kepada masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di lokasi COREMAP yang terkena dampak gempa mengakibatkan sebagian masyarakat menjadi ‘tergantung’ pada bantuan. Karena banyaknya bantuan kemandirian menjadi luntur, mereka cenderung ‘manja’ dan berharap mendapat bantuan terus, baik dari pemerintah maupun non-pemerintah. Kondisi ini perlu diantisipasi oleh pengelola COREMAP baik di tingkat kabupaten dan di tingkat lokasi, jika mau melaksanakan kegiatan di tingkat desa seperti pemberian kredit untuk pengembangan mata pencaharian alternatif (MPA). Besar dan beragamnya bantuan paska gempa baik dari LSM dan donatur lain di tingkat internasional mengakibatkan masyarakat juga mempunyai harapan terlalu besar terhadap kegiatan COREMAP. Padahal inti dari kegiatan COREMAP tidak memberikan bantuan cuma-cuma, hanya merupakan stimulan untuk melakukan usaha.

2. Minimnya tingkat dan jenis ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat di bidang pertanian/perkebunan menjadi tantangan dalam pengembangan usaha peningkatan pendapatan masyarakat melalui program COREMAP.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

132

DAFTAR PUSTAKA

Bayley, Conner, 1988, The Political Economy of Marine Fisheries Development in Indonesia. In Indonesia/46, Cornell.

BPS Kabupaten Nias, 2004, Profil Daerah & Informasi Kabupaten Nias Berbasis Statistical Capacity Building. Gunung Sitoli:Kab. Nias & BPS Kab. Nias.

COREMAP, 1999, Selamatkan Terumbu Karang Kita. Jakarta: LIPI Hidayati dkk., 2005, Panduan Pendidikan Pasca Bencana Bagi

Anak-Anak Pesisir”. Jakarta: LIPI Bagian Pendidikan Kelautan COREMAP.

Johanes, Maria Harmmerle, OFMCap, 2001, Asal Usul Masyarakat Nias: Suatu Interpretasi. Gunung Sitoli: Yayasan Pustaka Nias.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Kajian Strategi Komunikasi Efektif Untuk Sosialisasi dan Implementasi Program COREMAP II di Kabupaten Nias (Laporan Pendahuluan). Medan: LPPM-USU.

Nasution, Arif M, Badaruddin, Subhilhar (ed), 2005, “Isu-Isu Kelautan: Dari Kemiskinan Hingga Bajak Laut”. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Polunin, Nicholas V.C, tt, Traditional Marine Practice in Indonesia and Their Bearing Conservation dalam McNeely dan David Pitt Culture and Conservation: The Human Dimension in Environmental Planning. Croom Helm, tt.

Pomeroy, Robert S., 1995, Community-Based and Co-management Institution for Sustainable Coastal Fisheries Management in Southeast Asia. Dalam Ocean & Coastal Management. Volume 27, No. 3.

Daftar Pustaka

134

Romdiati, Haning (ed), 1999, Potensi dan Kendala Dalam Pengelolaan Terumbu Karang: Pedoman Untuk Intervensi Pengelolaan Berbasis Masyarakat (Desa Pasar Teluk Dalam, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias, Provinsi Sumatra Utara). Jakarta: PT Galaksi Perdana.

Suharsono, 2007. Pengelolaan Terumbu Karang di Indonesia (Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Biologi Kelautan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Jakarta: LIPI Press. Widayatun, Deny Hidayati, Augustina Situmorang, Dewi Harfina

dan Fitranita, 2006. Panduan Penelitian BME Sosial-Ekonomi. Jakarta: CRITC-COREMAP.