• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENDAPATAN MASYARAKAT

5.2. Pendapatan Rumah Tangga Menurut Jenis

pendapatan penduduk. Hasil survei pendapatan rumah tangga di tiga desa yang ada di P Hinako bersumber dari 7 jenis pekerjaan, yaitu nelayan, ABK. Petani, pedagang/warungan, karyawan (termasuk PNS), peternak dan sumber dari pekerjaan lainnya.

Dilihat menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga, di ketiga desa penelitian sebagian besar pendapatan rumah tangga bersumber dari pertanian di mana terdapat sekitar 52 rumah tangga kepala rumah tangganya bekerja sebagai petani. Perikanan merupakan sumber pendapatan kedua terbesar dan jasa menempati urutan ketiga. Jumlah rumah tangga yang mempunyai sumber pendapatan dari perikanan sebesar 20 dan yang bersumber dari jasa sekitar 11 rumah tangga. Gambaran mengenai pendapatan rata-rata rumah tangga menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga dapat dilihat pada

Tabel 5.3.

Tabel 5.3

Pendapatan Rumah Tangga Menurut

Jenis Pekerjaan, Desa Hinako, Halamona dan Sineneeto (Kep. Hinako), 2007

Pendapatan No

Jenis Pekerjaan

KRT Rata-rata Median Minimum Maksimum N 1 Guru, karyawan 806.428 600.000 150.000 3.000.000 7 2 Nelayan pancing 454.824 373.333 50.000 1.270.000 19 2 Nelayan lobster 433.333 433.333 433.333 433.333 1 3 ABK 403.333 366.666 300.000 543.333 3 4 Lainnya* 417.291 418.750 101.666 730.000 4 5 Pedagang/waru ngan 296.250 225.833 116.666 616.666 4 6 Peternak babi 285.416 285.416 212.500 358.333 2 7 Petani 201.141 178.750 4.166 613.333 52 8 Jumlah 366.274 264.600 4.166 3.000.000 92 Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang,

COREMAP- LIPI, 2007.

Catatan: Lainnya, termasuk diantaranya kerja serabutan, tukang bangunan, bengkel sepeda dll.

Tabel 5.3. menggambarkan bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga yang tertinggi bersumber dari jenis pekerjaan sebagai karyawan, diikuti oleh nelayan dan pekerjaan lainnya. Terdapat 7 rumah tangga yang pendapatanya bersumber dari pekerjaan sebagai karyawan. Termasuk dalam jenis pekerjaan sebagai karyawan di P Hinako dalam hal ini adalah guru, baik guru negeri maupun guru bantu dan guru honor. Pendapatan guru di P Hinako cukup bervariasi tergantung statusnya. Guru PNS bisa mendapatkan gaji mencapai Rp 2.000.000 per bulan dan guru bantu sekitar Rp 1.000.000. Sedangkan guru honor hanya mendapatkan gaji sekitar Rp 150.000. Guru honor ini merupakan pekerjaan sukarela karena sebuah SMP swasta di P Hinako kekurangan tenaga pengajar. Biasanya yang menjadi guru honor adalah pemuda luluasan SLTA yang sudah tidak melanjutkan sekolah lagi.

Rata-rata pendapatan terbesar kedua berasal dari jenis pekerjaan sebagai nelayan dengan jumlah pendapatan sebesar Rp 472.800. Nilai pendapatan rata-rata dari pekerjaan sebagai nelayan ini masih lebih tinggi dari pendapatan rata-rata rumah tangga penduduk P. Hinako yang hanya mencapai Rp 366.200. Relatif rendahnya pendapatan nelayan ini kemungkinan terkait dengan armada dan alat tangkap yang dipakai nelayan yang tergolong masih sederhana (lihat Bab 4.3). Pendapatan terbesar ketiga adalah rumah tangga yang sumber pendapatannya berasal dari jenis pekerjaan yang termasuk dalam kategori lainnya. Jenis pekerjaan yang masuk dalam kategori ini antara lain adalah tukang bangunan, sopir, tukang jahit dan bengkel. Rumah tangga yang bersumber dari pekerjaan-pekerjaan tersebut mempunyai pendapatan rata-rata sekitar Rp Rp 417.200 per bulan. Sebagai gambaran upah tukang kayu atau bangunan dalam satu hari sekitar Rp 20.000. Dari 92 rumah tangga terdapat 4 rumah tangga yang kepala rumah tangganya bekerja di jenis pekerjaan tersebut. Usaha perdagangan atau warungan memberikan kontribusi pendapatan rumah tangga penduduk P Hinako sekitar Rp 296.250, ada pada urutan ke lima. Dari hasil survei terlihat bahwa rumah tangga yang menggantungkan pendapatannya dari usaha ini sekitar 4 rumah tangga. Usaha perdagangan atau warungan umumnya menjual

Bab V Pendapatan Masyarakat

106

kebutuhan sehari (sembako) seperti beras, gula, minyak sayur, minyak tanah, rokok dan berbagai jenis makanan anak-anak.

Beternak babi adalah salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat Desa Hinako. Usaha ini bagi sebagian penduduk merupakan usaha sampingan untuk mendapatkan penghasilan tambahan atau digunakan sebagai tabungan keluarga dan dijual pada saat memerlukan uang tunai. Rata-rata tiap rumah tangga non-muslim mempunyai 3-4 ekor babi sebagai usaha bersama keluarga. Penjualan babi umumnya dilakukan pada saat tahun ajaran baru untuk membayar pendidikan anak atau pada saat menjelang hari natal yang hasilnya digunakan merayakan pesta natal. Namun bagi sebagian penduduk lainnya beternak babi merupakan pekerjaan utama yang hasilnya menjadi tumpuhan untuk mendapatkan penghasilan bagi keluarga. Dari survei terdata dua rumah tangga yang kepala rumah tangganya beternak babi. Rata-rata penghasilan rumah tangga yang bersumber dari usaha ternak babi adalah Rp 285.400.

Bagi para peternak babi, anak babi diperoleh dari membeli atau merupakan anak dari induk babi yang sudah dimiliki. Para peternak babi umumnya menjual babi setelah berumur 4 bulan dengan harga antara Rp 1.250.000 – Rp 1.500.000. Penentuan harga babi didasarkan pada timbangan babi yang masih hidup. Masyarakat P. Hinako mempunyai cara menimbang babi secara tradisional, yaitu dengan satuan ukuran ‘talise’2. Babi yang berumur sekitar 4 bulan beratnya sekitar 50 talise dan satu talise harganya Rp 25.000.

Pertanian merupakan lapangan pekerjaan yang dominan bagi penduduk Hinako. Hasil survei menunjukkan dari 92 rumah tangga terdapat 52 rumah tangga yang salah satu sumber pendapatannya berasal dari usaha perkebunan kelapa. Meskipun menjadi tumpuan bagi pendapatan rumah tangga, usaha pertanian ternyata memberikan

2

Talise adalah satuan ukuran untuk berat babi. Di P. Hinako hanya ada beberapa orang yang bisa mengukur berat babi menggunakan satuan talise ini. Masyarakat yang ingin menjual babi biasanya minta tolong pada orang yang mempunyai keahlian mengukur menggunakan talise dengan memberikan uang jasa.

kontribusi yang terendah dibandingkan dengan usaha atau jenis pekerjaan lainnya. Rata-rata pendapatan rumah tangga yang kepala keluarganya bekerja sebagai petani sekitar Rp 201.100 per bulan. Menurut sejarahnya usaha perkebunan kelapa ini pernah memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup tinggi. Namun dalam satu dasa warsa terakhir ini pendapatan dari usaha perkebunan kelapa kurang memberikan kontribusi yang berarti bagi pendapatan keluarga. Menurunnya kontribusi hasil perkebunan bagi pendapatan rumah tangga terkait dengan beberapa faktor. Faktor yang pertama, adalah menurunnya kepemilikan jumlah pohon kelapa per rumah tangga karena adanya pewarisan. Kebun kelapa kelapa yang semula dikelola oleh satu keluarga karena adanya pewarisan dibagi menjadi beberapa keluarga sehingga jumlah kepemilikan pohon kelapa per rumah tangga menurun. Kedua, menurunnya hasil panen kopra dikarenakan minimnya usaha peremajaan kelapa, sehingga hasil panen berkurang. Tanaman yang ada umumnya telah berumur tua dan tidak diremajakan lagi. Selain minimnya usaha peremajaan tanaman kelapa, berkurangnya produksi kelapa di P. Hinako juga dikarenakan rendahnya pemeliharaan tanaman. Kebun kelapa dibiarkan membelukar, sehingga banyak tanaman perdu yang menganggu dan ini menyebabkan panen kelapa tidak optimal. Minimnya usaha peremajaan tanaman kelapa dan kurangnya pemeliharaan, berkaitan dengan semakin langkanya tenaga kerja upahan yang biasa melakukan pemeliharaan tanaman kelapa (lihat uraian pekerjaan pada BAB III).

Bab V Pendapatan Masyarakat

108