• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENDAPATAN MASYARAKAT

5.3. Pendapatan dari kegiatan kenelayanan

Bagian ini terfokus pada pendapatan dari kegiatan kenelayanan yang merupakan pekerjaan dari sebagian masyarakat P. Hinako. Hasil survei menunjukkan bahwa jumlah penduduk di tiga desa yang menjadi lokasi penelitian yang bekerja sebagai nelayan sekitar 33 orang atau sekitar 22 persen dari jumlah penduduk yang bekerja. Sedangkan jumlah rumah tangga yang salah satu sumber penghasilannya dari kegiatan kenelayanan sekitar 19 rumah tangga. Gambaran pendapatan dari kegiatan kenelayanan ini didasarkan pada data kuantitatif hasil survei dan juga data kualitatif dari wawancara terbuka. Untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang pendapatan dari kegiatan kenelayanan, deskripsi pendapatan akan dilihat menurut musim yaitu musim gelombang lemah, pancaroba dan musim gelombang kuat.

Pendapatan rumah tangga menurut musim

Pendapatan nelayan sangat di P. Hinako sangat dipengaruhi oleh musim, yaitu musim gelombang lemah, musim pancaroba dan musim gelombang kuat3 (lihat tabel 5.4 ). Pada kelompok pendapatan yang kurang dari Rp 500.000, terdapat perbedaan yang signifikan antara musim gelombang lemah dan gelombang kuat. Distribusi rumah tangga yang berpendapatan kurang dari Rp 500.000 per bulan cenderung mengalami peningkatan dari musim gelombang lemah (68 persen), pancaroba (89 persen) dan musim gelombang kuat (97 persen).

Tabel 5.4.

Distribusi Pendapatan Rumah Tangga dari Kegiatan Kenelayanan Menurut Kelompok Pendapatan Desa Hinako, Halamona dan Sineneeto

(Kep. Hinako), 2007 Musim Pendapatan Ombak Lemah Pancaroba Ombak Kuat < 500.000 67.6 89.3 96.8 500.000 – 999.999 23.5 7.1 3.2 1.000.000 – 1.499.999 2.9 3.6 0 1.500.000 – 1.999.999 0 0 0 2.000.000 – 2.499.999 2.9 0 0 2.500.000 – 2.999.999 2.9 0 0 Jumlah (N) 34 28 31 Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang,

COREMAP- LIPI, 2007.

3

Gelombang tenang : mulai bulan Nopember sampai dengan Maret (sekitar 6 bulan)

Pancaroba : bulan April dan bulan September (2 bulan) Gelombang kuat : mulai bulan Mei sampai Agustus (4 bulan).

Bab V Pendapatan Masyarakat

110

Apabila dilihat lebih dirinci lagi, dapat diketahui bahwa pada musim gelombang kuat, sekitar 42 persen rumah tangga hanya mempunyai pendapatan di bawah Rp 100.000 per bulan dan sekitar 19 persen berpendapatan antara Rp 200.000 sampai Rp 299.999. Pada musim pancaroba jumlah rumah tangga yang berpedapatan kurang dari Rp 100.000 menjadi 29 persen dan yang berpendapatan Rp 200.000 – Rp 299.000 sekitar 14 persen. Nilai pendapatan di atas tentu kecil sekali dibandingkan dengan harga kebutuhan sehari-hari seperti beras, minyak dan gula. Kondisi ini mencerminkan sterotipe kehidupan nelayan pada umumnya yang umumnya masih menggunakan teknologi sederhana dan berpendapatan rendah (Diagram 5.2).

Pada kelompok pendapatan antara Rp 500.000 sampai dengan Rp 999.000 cenderung mengalami penurunan dari musim gelombang lemah ke musim gelombang kuat. Pada musim gelombang lemah proporsi kelompok yang berpendapatan antara Rp 500.000 sampai dengan Rp 999.000 sebesar 23.5 persen dan menurun menjadi hanya 7 persen pada musim pancaroba dan menjadi hanya 3 persen pada musim gelombang kuat. Hal ini menunjukan semakin banyak rumah tangga nelayan yang pendapatan kurang menjadi kurang dari Rp 500.000. Penurunan ini terjadi karena para nelayan tidak bisa melaut atau mengurangi frekuensi melaut pada musim gelombang kuat sehingga mempengauhi pendapatan mereka padamusim ini.

Perubahan musim memberikan gambaran pola pendapatan yang berbeda. Pada musim gelombang lemah, distribusi kelompok pendapatan menyebar hampir di semua kategori. Pada musim ini semua nelayan pergi melaut dengan frekuensi yang lebih sering (hampir setiap hari melaut). Dari tabel (5.4 ) terlihat bahwa pada musim ini pendapatan nelayan mulai dari kurang dari Rp 500.000 hingga mencapai Rp 3.000.000. Pada musim pancaroba, hanya tiga kategori pendapatan yang terisi, mulai dari Rp 500.000 hingga yang berpendapatan antara Rp 1.000.000 sampai Rp 1.500.000. Distribusi kelompok pendapatan semakin mengelompok pada musim gelombang kuat, yaitu hanya pada kategori satu dan dua (kelompok pendapatan Rp 500.000 dan antara Rp 500.000 sampai dengan Rp

1.000.000). Kondisi ini mengindikasikan besarnya dampak perubahan musim terhadap penurunan pendapatan nelayan di P. Hinako.

Diagram 5.2.

Distribusi Pendapatan Rumah Tangga dari Kegiatan Kenelayanan Menurut Kelompok Pendapatan

Desa Hinako, Halamona dan Sineneeto (Kep. Hinako), 2007 17 29 42 12 14 19 9 14 13 15 25 16 9 7 7 38 11 3 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Geombang lemah Pancaroba Gelombang Kuat

<100.000 100.000 -199.000 200.000 - 299.000 300.000 - 399.000 400.000 - 499.000 >500.000

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, COREMAP- LIPI, 2007.

Rata-rata pendapatan rumah tangga

Pendapatan rata-rata rumah tangga dari kegiatan kenelayanan penduduk di P Hinako sebesar Rp 330.670 dan mediannya sekitar Rp 270.000. Nilai median ini jauh dibawah rata-rata pendapatan rumah tangga dengan selisih sekitar Rp 60.000. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga mempunyai pendapatan sekitar Rp 270.000 dan hanya beberapa rumah tangga yang penghasilan dari

Bab V Pendapatan Masyarakat

112

kegiatan kenelayanan sama atau lebih besar dari Rp 330.670. Dari Tabel 5.5. juga terlihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara rumah tangga yang mendapat penghasilan dari kegiatan kenelayanan terendah dan yang tertinggi. Pendapatan terendah dari kegiatan kenelayanan sebesar Rp 60.000 dan yang tertinggi sekitar Rp 1.270.000. Tingginya perbedaan tersebut kemungkinan besar terkait dengan jenis alat tangkap dan armada tangkap serta intensitas melaut yang berbeda. Ada kemungkinan rumah tangga yang mempunyai pendapatan dari kegiatan kenelayanan tersebut intensitas melautnya tidak setiap hari, karena telah mempunyai pendapatan dari sumber lainnya.

Tabel 5.5.

Statistik Pendapatan Rumah Tangga dari Kegiatan Kenelayanan Desa Hinako, Halamona dan Sineneeto

(Kep. Hinako), 2007

Pendapatan Jumlah

Rata-rata rumah tangga 330.617

Median 270.000

Minimum pendapatan RT 60.000

Maksimum pendapatan RT 1.270.000

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, COREMAP- LIPI, 2007.

Nelayan di P Hinako, pada umumnya merupakan nelayan yang masih sederhana dengan alat tangkap pancing dan jaring serta armada tangkap perahu motor berkekuatan 5,5 PK dan perahu tanpa motor. Dengan peralatan dan teknologi yang masih sederhana tersebut wilayah tangkap nelayan juga sangat terbatas. Di samping itu intensitas melaut juga relatif rendah. Terdapat dua pola memancing bagi nelayan di P Hinako. Pertama memancing pada siang hari yang dimulai dari jam 4 pagi sampai dengan jam 2 siang. Sedangkan pola kedua, memancing pada malam hari yang dimulai pada jam 20.00 dan

pulang pada jam 7.00 pagi. Dengan teknologi dan pola melaut tersebut hasil yang diperoleh juga tidak maksimal.

Perolehan hasil tangkapan menurun drastis setelah terjadi gempa. Sebelum terjadi gempa hasil perolehan nelayan dalam sekali memancing pada siang atau malam hari sekitar 10-14 ikat. Setelah gempa, dalam sekali memancing hanya mendapatkan sekitar 6-7 ikat ikan dengan harga Rp 6.000 per ikat.

Penurunan perolehan setelah terjadi gempa ini kemungkinan terkait dengan terjadinya kerusakan terumbu karang. Seperti diketahui setelah gempa pantai Hinako naik dan wilayah perairan pinggir pantai menjadi daratan sehingga terjadi penambahan daratan kurang lebih 150 meter.

Berikut ini perhitungan pendapatan dari nelayan yang mancing siang dan yang memancing malam yang menggunakan perahu motor Honda dengan mesin 5,5, PK.

Berbagai jenis ikan hasil tangkapan nelayan

Bab V Pendapatan Masyarakat

114

Rata-rata pendapatan rumah tangga menurut musim

Dari hasil survei terungkap bahwa pendapatan dari kegiatan kenelayanan sangat dipengaruhi oleh musim. Tabel 5.6. menunjukkan adanya kecenderungan terjadinya penurunan pendapatan yang sangat

Pendapatan nelayan menggunakan Motor Honda 5,5, PK

• Mancing Malam

Bahan bakar (bensin 1.5 l – 2 l : Rp 15.000

Rokok : Rp 10.000

Minyak tanah : Rp 10.000

--- +

Biaya melaut Rp 35.000

Hasil 7 – 8 ikat, yang dijual 7 ikat yang 1 ikat dimakan untuk keluarga. Harga per ikat Rp 6.000

Hasil penjualan 7 X Rp 6.000 : Rp 42.000

Biaya melaut : Rp 35.000

---

Pendapatan Rp 7.000

Pendapatan per sekali melaut pada malam hari sekitar Rp 7.000 – Rp 10.000

• Mancing siang

Bahan bakar (bensin 1.5 l – 2 l : Rp 15.000

Rokok : Rp 10.000 --- Biaya melaut Rp 25.000 Hasil penjualan 7 x Rp 6.000 : Rp 42.000 Biaya produksi : Rp 25.000 --- Pendapatan sekali melaut sekitar : Rp 15.000

signifikan dari musim gelombang lemah, pancaroba dan gelombang kuat. Rata-rata pendapatan rumah tangga tertinggi diperoleh pada musim gelombang lemah yang mencapai sebesar Rp 558.676 atau dua kali lipat lebih tinggi dari pendapatan pada musim musim pancaroba dan tiga kali lipat lebih dari pendapatan pada musim gelombang kuat.

Tabel 5.6.

Statistik Pendapatan Rumah Tangga dari Kegiatan Kenelayanan Menurut Musim Desa Hinako, Halamona dan Sineneeto (Kep. Hinako)

Tahun 2007 (Rupiah) Musim Pendapatan Ombak

Lemah

Pancaroba Ombak Kuat

Rata-rata rumah tangga 558.676 289.642 185.967 Median 357.500 230.000 140.000 Minimum rumah tangga 50.000 45.000 40.000 Maksimum rumah tangga 3.400.000 1.170.000 600.000 Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang,

COREMAP- LIPI, 2007.

Pendapatan nelayan meningkat pada musim gelombang lemah karena merupakan musim panen ikan. Pada musim ini setiap hari nelayan bisa pergi melaut dan mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak dibandingkan pada musim pancaroba dan gelombang kuat. Sementara itu pada musim pancaroba, angin mulai kencang dan gelombangpun mulai membesar sehingga tidak setiap hari nelayan bisa melaut. Seperti diketahui bahwa nelayan di P. Hinako tergolong nelayan yang masih menggunakan teknologi sederhana (alat dan armadanya). Umumnya nelayan menggunakan motor Honda berkekuatan mesin 5.5 PK sehingga dalam musim pancaroba dengan angin yang mulai kencang tidak bisa melaut setiap hari. Pada musim gelombang kuat kondisi ini semakin memprihatinkan karena para nelayan hanya bisa melaut apabila ada angin reda di sela-sela angin

Bab V Pendapatan Masyarakat

116

yang bertiup kencang sepanjang musim. Dengan kebiasaan dan pengetahuan tradisional para nelayan dapat mencuri waktu untuk melaut jika dipertimbangkan angin tidak bertiup kencang. Wilayah tangkap para nelayan di musim gelombang kuat umumnya hanya sekitar pantai atau di tempat yang agak terlindung.

Sama dengan rata-rata pendapatan, nilai median pendapatan rumah tangga di kawasan P. Hinako juga cenderung mengalami penurunan sepanjang tahun dari musim gelombang lemah, pancaroba sampai musim gelombang kuat (Tabel 5.6). Dari tabel terlihat bahwa nilai median besarnya di bawah nilai rata-rata pendapatan untuk semua musim. Nilai median terendah diperoleh pada musim gelombang kuat yang nilainya kurang dari sepertiga dari nilai median pada musim gelombang lemah atau sekitar dua pertiga dari musim pancaroba. Perbedaan antara nilai rata-rata pendapatan rumah tangga dan nilai median pendapatan rumah tangga yang cukup signifikan terjadi pada musim gelombang lemah dengan nilai perbedaan sekitar Rp 200.000. Pada musim ini pendapatan rata-rata rumah tangga sekitar Rp 558.676 dan median pendapatan sebesar 357.600. Hal ini mencerminkan bahwa pada musim gelombang lemah, jumlah rumah tangga yang mempunyai pendapatan dari kegiatan kenelayanan sama atau atau lebih besar dari Rp 558.676 jumlahnya relatif kecil. Sebagian besar rumah tangga mempunyai pendapatan dari kegiatan kenelayanan sekitar Rp 357.500.

Pada musim pancaroba dan gelombang kuat, perbedaan antara pendapatan rata-rata dan median pendapatan dari kegiatan kenelayanan tidak terlalu mencolok. Perbedaan rata-rata pendapatan dan median pendapatan pada musim pancaroba sekitar Rp 60.000 dan pada musim gelombang kuat sebesar Rp 35.000. Dari data ini dapat diketahui bahwa nilai median pendapatan hampir mendekati rata-rata pendapatan rumah tangga. Ini mencerminkan bahwa sebagian besar rumah tangga mempunyai pendapatan dari kegiatan kenelayanan yang nilai hampir sama dengan pendapatan rata-rata.

Nilai minimum pendapatan rumah tangga tidak menunjukkan perbedaan yang cukup berarti antara musim gelombang lemah,

pancaroba dan musim gelombang kuat (berkisar antara Rp 40.000 sampai dengan Rp 50.000). Pada musim gelombang lemah, nilai minimum sebesar Rp 50.000, padahal musim ini merupakan musim banyak ikan. Rendahnya pendapatan ini kemungkinan berkaitan dengan harga ikan yang sangat rendah pada musim ini. Hasil produksi ikan di P. Hinako sebagian besar hanya dipasarkan di sekitar desa. Sangat jarang nelayan yang memasarkan sampai ke luar desa. Di desa ini tidak ada pedagang penampung ikan, sehingga pemasaran langsung dilakukan oleh nelayan sepulang dari laut. Wilayah pemasaran yang sangat terbatas ini menyebabkan nelayan tidak berupaya untuk mendapatkan hasil tangkapan berlebih, karena takut tidak bisa dipasarkan. Dengan kondisi pasar yang masih terbatas ini maka pendapatan nelayan tetap rendah meskipun pada musim gelombang lemah produksi bisa ditingkatkan, tetapi nelayan hanya menangkap sesuai dengan kemampuan mereka.

Perbedaan pendapatan maksimum antar musim cukup mencolok. Pada musim gelombang lemah maksimum pendapatan cukup tinggi mencapai Rp 3,4 juta. Sebaliknya pada musim gelombang kuat pendapatan maksimum hanya berkisar Rp 600.000 atau hanya sekitar seperlima dari pendapatan maksimum pada musim gelombang kuat atau sekitar setengah dari pendapatan maksimum pada musim pancaroba.

Perbedaan antara pendapatan maksimum dan minimum sangat mencolok pada musim gelombang lemah. Jumlah pendapatan maksimum mencapai sekitar 68 kali lipat dari pendapatan minimum. Pada musim gelombang lemah perbedaan pendapatan maksimum dan minimum sekitar 15 kali lipat. Keadaan ini mencerminkan adanya ketimpangan pendapatan yang signifikan antara nelayan golong miskin dan yang kaya.