• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAUT

4.4. Kesejahteraan

4.4.2. Kepemilikan Asset Non –produksi

Asset non-produksi yang dilihat dalam kajian ini diantaranya adalah kepemilikan rumah. Secara umum kemapanan ekonomi sebuah rumah tangga/keluarga dapat dilihat dari rumah yang dimiliki atau dikuasai. Nilai ekonomi rumah cukup bervariasi tergantung dengan ukuran, bahan bangunan dan kondisi bangunan. Data survei menunjukkan bahwa dari 92 rumah tangga yang disurvei, sebagian besar (91 persen) memiliki rumah. Sisanya belum memiliki rumah sendiri dan rumah yang ditempati merupakan rumah kontrakan, numpang atau warisan (Diagram 4.5).

Walaupun proporsi rumah tangga yang mempunyai rumah cukup tinggi, namun jika ditelusuri lebih lanjut rumah yang dimiliki umumnya bukan satu unit rumah yang terdiri dari beberapa ruangan sesuai dengan fungsinya, seperti kamar tidur, dapur atau ruang tamu, melainkan bagian rumah yang telah menjadi miliknya karena pewarisan. Pada awalnya satu unit rumah tersebut milik orang tuanya yang diwariskan kepada anak-anaknya. Dalam hal ini masing-masing anak yang telah berumah tangga sama-sama berhak memiliki satu unit rumah tersebut dan mereka tinggal dalam satu rumah dengan saudaranya yang telah berumah tangga.

Bab IV Potret Penduduk Kepulauan Hinako

90

Diagram 4.5

Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan Kepemilikan Rumah Milik sendiri, 83, 91% Numpang, 3, 3% Warisan, 4, 4% Kontrak, 2, 2%

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, COREMAP- LIPI, 2007.

Jumlah rumah tangga yang memiliki rumah secara bersama-sama dengan keluarga lainnya cukup tinggi. Hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 44 persen rumah tangga tinggal dalam satu unit rumah bersama-sama dengan rumah tangga lainnya karena sistim pewarisan rumah dari orang tua ke anak-anaknya. Menarik untuk ditelusuri lebih lanjut bahwa jumlah rumah yang ditempati oleh dua rumah tangga sebesar 12 persen dan rumah yang ditempati oleh tiga rumah tangga meningkat menjadi 13 persen. Jumlah rumah ditempati oleh lebih dari tiga rumah tangga meningkat menjadi 19 persen (Diagram 4.6).

Jika kepemilikan rumah dipakai sebagai indikasi tingkat kesejahteraan penduduk, tingginya proporsi rumah yang ditempati oleh lebih dari satu rumah tangga ini mengindikasikan adanya penurunan tingkat kesejahteraan penduduk dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Generasi orang tuanya, satu unit rumah dimiliki dan ditempati oleh satu keluarga inti. Sementara itu generasi anaknya satu rumah dimiliki dan digunakan sebagai tempat tinggal secara bersama-sama oleh beberapa rumah tangga.

Diagram 4.6

Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah KK yang Tinggal Dalam Satu Rumah

56 12 13 19 0 10 20 30 40 50 60

Satu KK Dua KK Tiga KK Lebih dari 4 KK

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, COREMAP- LIPI, 2007.

Rumah warisan yang didiami oleh beberapa KK

Bab IV Potret Penduduk Kepulauan Hinako

92

Jenis asset non-produksi yang dimiliki rumah tangga yang juga dikumpulkan dalam survei ini adalah kepemilikan barang-barang elektronik seperti tv, para bola dan vcd player. Nilai ekonomi jenis-jenis barang elektronik tersebut relatif tinggi. Oleh karena itu, rumah tangga yang memiliki jenis elektronik tersebut diasumsikan mempunyai tingkat kesejahteran yang lebih baik dari rumah tangga yang tidak memiliki. Dari survei terungkap bahwa kepemilikan barang-barang elektronik oleh masyarakat di P. Hinako relatif rendah. Dari 92 rumah tangga yang disurvei, hanya terdapat 9 rumah tangga yang memiliki tv dan parabola dan sekitar 3 rumah tangga yang mempunyai VCD player.

Jenis aset rumah tangga non-produksi yang juga bisa dipakai untuk melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga adalah kendaraan bermotor. Kepemilikan sepeda motor di kalangan masyarakat P. Hinako sangat rendah. Berdasarkan survei hanya ada satu rumah tangga yang mempunyai sepeda motor. Rendahnya kepemilikan sepeda motor ini selain karena ketidakmampuan secara ekonomi untuk membeli sepeda motor juga disebabkan fungsi sepeda motor sebagai alat angkutan yang dianggap kurang penting oleh masyarakat. Luas P. Hinako relatif kecil dan jarak antara desa yang satu dengan yang lain relatif dekat. Transportasi yang selama ini digunakan oleh masyarakat adalah sepeda. Jika membawa barang maka masyarakat akan menggunakan perahu melalui jalur laut/pantai.

4.4.3. Kondisi Tempat Tinggal

Deskripsi tentang tempat tinggal ini akan difokuskan pada kondisi rumah dan sanitasi lingkungan yang di dalamnya mencakup kondisi fisik rumah (lantai, dinding dan atap) dan jamban keluarga. Selain itu, akan dilihat juga kondisi tempat pembuangan sampah, air bersih sumber penerangan dan bahan bakar yang digunakan rumah tangga. Deskripsi tentang kondisi tempat tinggal ini tidak dikaitkan dengan aspek kesehatan lingkungan tetapi lebih digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat dari aspek ekonomi.

Secara umum gambaran mengenai kondisi bangunan rumah penduduk P. Hinako dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama, adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu yang umumnya merupakan rumah adat keluarga. Rumah adat ini adalah peninggalan nenek moyang yang masih dihuni oleh anak keturunannya. Secara umum rumah adat yang sekarang masih ada berukuran besar dan terbuat dari kayu yang berkualitas baik. Bangunan rumah panggung terdiri bangunan utama dan bangunan tambahan yang dijadikan sebagai dapur dan tempat memelihara hewan piaraan yang tempatnya terpisah. Menurut beberapa informan, rumah adat ini merupakan simbol status sosial-ekonomi pemiliknya. Semakin besar bangunan rumah panggungnya semakin tinggi status sosial-ekonominya.

Pada kondisi sekarang kepemilikan rumah adat sebagai simbol status sosial ekonomi pemiliknya menjadi bergeser. Hal tersebut dikarenakan satu rumah adat tidak lagi dimiliki dan dihuni oleh satu atau dua keluarga, melainkan dimiliki dan dihuni oleh beberapa keluarga (dua atau lebih dari tiga keluarga). Karena secara ekonomi sebuah keluarga baru tidak mampu memiliki rumah, maka mereka tinggal di rumah panggung bersama-sama dengan saudaranya yang sudah berkeluarga juga. Beberapa keluarga tersebut menghuni bangunan utama, masing-masing keluarga menempati sebuah ruangan – ruangan yang telah diberi sekat. Untuk bangunan dapur, umumnya secara fisik dalam satu tempat, tetapi masing-masing keluarga mempunyai tungku dan alat masak sendiri-sendiri. Oleh karena itu dengan kondisi tersebut sebuah keluarga yang menghuni rumah panggung (adat) yang besar belum tentu mempunyai status sosial-ekonomi yang tinggi. Mereka tinggal di rumah tersebut karena ketidakmampuan secara ekonomi untuk membangun rumah sendiri. Kelompok ke dua jenis bangunan tempat tinggal yang ada di P. Hinako adalah rumah biasa yang merupakan bangunan baru yang umumnya satu unit rumah terdiri dari kamar tidur, dapur dan raungan lainnya. Kondisi bangunan rumah rata-rata semi permanen. Lantai sebagian besar diplester semen, akan tetapi dijumpai beberapa lantai rumah masih berupa tanah dan terbuat dari papan untuk rumah

Bab IV Potret Penduduk Kepulauan Hinako

94

panggung. Kemudian dinding bangunan bagian bawah dari batako yang tidak diplester, sedangkan dinding bangunan bagian atas terbuat dari kayu. Seperti halnya lantai, dinding bangunan ada yang seluruhnya terbuat dari papan kayu. Atap rumah rata-rata dari seng, namun dijumpai beberapa rumah yang atapnya dari daun rumbia. Akibat adanya gempa tahun 2005, masih terlihat sisa bangunan beberapa rumah yang terkena gempa.

Ukuran rumah-rumah di lokasi penelitian cenderung homogen, yaitu panjang enam sampai dengan tujuh meter dengan lebar lima sampai dengan enam meter. Penataan ruang rumah biasanya ruang tamu di bagian depan, kemudian disebelahnya adalah dua kamar tidur. Bangunan dapur biasanya terpisah sejauh dua sampai tiga meter dengan bangunan induk. Di dapur sekaligus digunakan sebagai ruang makan. Menempel dengan bangunan dapur adalah kamar mandi tanpa WC. Bangunan dapur memiliki luasan sekitar dua belas meter persegi dengan kualitas bangunan yang lebih rendah dari bangunan induk.

Seperti telah dikemukakan, bangunan dapur biasanya berdekatan atau menempel bangunan kamar mandi yang tidak dilengkapi jamban. Pada bagian halaman pemisah antara rumah induk dengan bangunan

dapur biasanya ada sumur. Dengan tata letak semacam itu, sumur/air merupakan bagian yang paling mudah dijangkau dari segala arah aktifitas penghuninya. Tidak semua rumah tangga memiliki sumur, sehingga sumur yang berada di dalam pekarangan orang berubah fungsi menjadi sumur umum. Tempat pembuangan air besar adalah laut. Sebagian besar masyarakat membuang air besar secara langsung dengan berjongkok di pantai.

Penerangan lampu umumnya memakai minyak tanah. Di desa ini telah ada listrik tenaga surya yang diperoleh dari bantuan pemerintah daerah Kabupaten Nias. Namun kekuatan listrik tenaga surya ini sangat rendah karena nyala lampu tidak maksimal sehingga tidak bisa digunakan untuk memberikan cahaya lampu baca. Masyarakat hanya menggunakan lampu ini untuk penerangan pada saat tidur. Untuk keperluan penerangan ruangan jika melakukan aktifitas pada malam hari mereka menggunakan lampu tempel atau lampu petromak. Dari uraian mengenai kepemilikan asset rumah tangga (asset produksi dan non-produksi) dan kondisi tempat tinggal penduduk P Hinako dapat diketahui bahwa telah terjadi kecenderungan penurunan asset. Kondisi ini merupakan indikasi penurunan tingkat kesejahteraan sebagian penduduk P. Hinako.

4.4.4. Strategi Keuangan Keluarga

Dalam mengkaji mengenai kondisi kesejahteraan penduduk, survei ini juga mengumpulkan informasi berkaitan dengan strategi keuangan keluarga. Informasi yang dikumpulkan antara lain adalah pernah-tidaknya suatu keluarga mengalami kesulitan keuangan, jenis kesulitan keuangan dan bagaimana cara mengatasinya.

Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas (93 persen) responden di ketiga desa penelitian menyatakan permah mengalami kesulitan keuangan. Lebih lanjut data menunjukkan bahwa sebagian besar dari kesulitan keuangan yang dialami berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pangan (sebesar 57 persen). Sedangkan kesulitan keuangan berkaitan dengan sarana produksi, seperti pengadaan kapal dan alat

Bab IV Potret Penduduk Kepulauan Hinako

96

tangkap bagi nelayan dialami oleh sekitar 17 persen rumah tangga. Biaya produksi merupakan salah satu kendala meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Kesulitan berkaitan dengan biaya produksi dialami oleh sekitar 12 persen rumah tangga. Kesulitan biaya produksi ini umumnya dikarenakan mahalnya bahan bakar yang harganya mencapai Rp 9.000 per liter.

Diagram 4.7

Distribusi Rumah Tangga Menurut Jenis kesulitan keuangan rumah tangga

Sarana produksi, 15, 17% Biaya produksi, 10, 12% Bahan makan, 49, 57% Biaya kesehatan, 1, 1% Biaya pendidikan, 11, 13%

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, COREMAP- LIPI, 2007.

Dalam rangka mengatasi permasalahan keuangan, usaha yang paling banyak dilakukan adalah pinjam ke tetangga dan diikuti dengan minta bantuan cuma-cuma kepada keluarga. Menggadaikan barang belum merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat P. Hinako dalam mengatasi masalah kesulitan keuangan.

Diagram 4.8

Distribusi Rumah Tangga Menurut

Cara Mengatasi Kesulitan Keuangan Rumah Tangga

Minta bantuan Cuma-Cuma, 22, 26% Menjual simpanan , 1, 1% Menggadai an barang, 11, 13% Pinjam ke tetangga , 45, 54% Pinjam ke boss, 5, 6%

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, COREMAP- LIPI, 2007.

Bab IV Potret Penduduk Kepulauan Hinako

98

BAB V

PENDAPATAN MASYARAKAT

Deskripsi mengenai pendapatan penduduk ini akan dilihat dari pendapatan rumah tangga dan pendapatan per-kapita. Seperti diketahui bahwa salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan COREMAP di lokasi yang mendapat pinjaman dari ADB adalah kenaikan pendapatan per-kapita sebesar 2 persen per tahun.

Pendapatan rumah tangga yang dimaksudkan disini adalah penghasilan dari seluruh anggota rumah tangga yang bekerja dari pekerjaan pokok maupun tambahan. Jumlah pendapatan yang diterima oleh orang yang bekerja adalah pendapatan bersih, sebagai contoh pendapatan dari kegiatan kenelayanan merupakan pendapatan bersih setelah dikurangi biaya produksi seperti ongkos BBM, ransum (gula, teh dan kopi, beras dll. Demikian pula pendapatan yang diterima oleh petani adalah pendapatan setelah dikurangi biaya produksi, seperti pupuk dan obat-obatan. Sementara itu, pendapatan dari sektor perdagangan adalah rata-rata keuntungan yang diperoleh dalam satu bulan. Sedangkan pendapatan per-kapita adalah pendapatan rumah tangga dibagi dengan semua anggota rumah tangga yang bekerja maupun yang tidak bekerja.

Uraian mengenai pendapatan penduduk pada bagian ini akan dibagi ke dalam empat bagian. Pertama, uraian mengenai pendapatan rumah tangga dan per kapita dari semua penduduk yang bekerja di berbagai lapangan dan jenis pekerjaan yang ada di lokasi. Untuk mendapatkan gambaran yang rinci mengenai pendapatan rumah tangga, diuraikan juga pendapatan rumah tangga menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga yang akan disajikan pada bagian kedua. Dari uraian ini akan terlihat perbandingan pendapatan rata-rata rumah tangga antar jenis pekerjaan kepala rumah tangga. Ketiga, deskripsi tentang pendapatan penduduk rumah tangga dari kegiatan kenelayanan. Khusus pendapatan dari kegiatan nelayan akan dirinci menurut musim, yang

Bab V Pendapatan Masyarakat