• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekurangan Paradigma Positivistit (Kuantitatif) 1) Karena memiliki tingkat formalitas dan terstruktur, sehingga

KELEBIHAN DAN KURANGAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF VERSUS

C. Kekurangan Paradigma Positivistit (Kuantitatif) 1) Karena memiliki tingkat formalitas dan terstruktur, sehingga

dapat menimbulkan kekakuan dalam penerapan praktiknya di lapangan.

2) Paradigma inidengan memiliki sifatnya yang universal, sehingga mematikan sifat-sifat lokal yang akan berkembang.

3) Karena memilikisifatnya yang universal, bolehjadimenghalalkan segala cara oleh pelakunya.

4) Paradigma inimenyimpang dari cara pemikiran awal akuntansi. 5) Tradisi yang dianut positivisme, yaitu selalu merujuk pada proses

rasionalisasi untuk mengesplorasi ilmu pengetahuan.

6) Dengan munculnya tradisidiatas, sehingga membagikelemahan dalam menyamakan fakta sosial dengan fakta alam.

7) Paradigma positivisme selalu membekukan sesuatu yang rasional dan irasional dalam satu kesatuan yang terpisah. 8) Selalu mengklaim bahwa kebenaran ilmiah adalah merupakan

kebenaran mutlah, sehingga dapat menimbulkan kebingungan filosofis.

9) Sebetulnya pahamapapun yang dianut oleh beberapa kelompok yang terlalu fanatisme terhadap salah satu faham, itu menjadi fitnah terhadap faham lain, sehingga sifat secam ini sangat bertentangan dengan Surat Al. Baqarah ayat 196, yang berbunyi sebagai berikut: “penzaliman terhadap salah satu faham adalah lebih kejam dari pada penyembelihan, sehingga dapat mematikan faham tersebut yang menjadikan faham itu tidak berkembang, dan akhirnya hanya satu faham yang maju, hal ini sangat bertentangan, jika dikaitkan dengan ilmu pengetahuan, bahkan dalam agamapun menyatakan bahwa perbedaan pendapat itu merupakan anugrah, berarti dengan adanya perbedaan pendapat disitulah munculnya ilmu baru, dan intinya saling memahami dan menghargai antara satu dengan lainnya.

10) Trend untuk meletakan ilmu-ilmu alam sebagai norma dalam penelitian empiris sebagai kegiatan pengetahuan yang sahih menjadi semakin radikal dalam sejarah teori pengetahuan. 11) Kant menyatakan ilmu positiv tidak akan melampauhi

objektifivitas, berarti atas dasar kalimat ini jelas ilmu pengetahuan positivis, itu dapat dipertanyakan keberadaan postivisme itu sendiri.

12) metode berarti salah satu alat/cara untuk memperoleh pengetahuan yang sahih tentang kenyataan, penggeseran tempat pengetahuan oleh metodologi dalam posivisme adalah suatu penyimpangan atau reduksi pengetahuan.

13) Semboyan positivisme “ravoir pour prevoir” (mengetahui untuk meramalkan) terkandung intensi untuk menciptakan rekayasa masyarakat (sosialengineering) dalam sosiologi, ini juga merupakan pernyataan yang tidak benar.

KELEBIHAN DAN KURANGAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF ... I 87

D. Positivistik dalam Penelitian Kualitati ke

Kuantitatif

Khususnya dalam ilmu-ilmu yang pengklaim dirinya sebagai ilmu positivistik, yang bersifat kuantitatif, data yang berwujud angka-angka. Namun, biasanya data yang bersifat angka-angka cenderung bias, itu menurut presepsi penulis berdasarkan pengalaman menulis tesis (S2) kosentransi akuntansi keuangan daerah, dan pengalaman menulis disertasi (S3) manajemen pendidikan, hal ini membandingkan menulis teses (S2) manajemen pendidikan, serta menulis disertasi (S3) akuntansi keuangan daerah. Banyak para peneliti yang ditandai dengan munculnya kualitatif yang dikuantitatifkan, dengan menggunakan skala pengukuran, seperti dikemukakan Riduwan (2002:10), dan Riduawan (2003:39). Penggunaan Skala, atau skala pengukuran apapun bentuknya, ada satu kata yang menjadi mengganjal dalam pikiran penulis, khususnya terkait dengan pendekatan kuantitatif, yaitunada istilah manipulasi. Kata inilah yang mengganjal penulis, selain itu memahami bentulbahwa ada pepata yang menyatakan guru yang paling baik adalah menimbah ilmu pengetahuan dari pengalaman.

a. Skala Likert

memberikan penilaian yang sarat dengan bias. Bias dalam artian bahwa pemilihan contrengan yang telah ditetapkan peneliti, lalu diberikan kepada responden yang akan mengisi kuesioner tersebut itu menunjukkan telah mengarahkan responden untuk mencontreng yang baik-baik. Tentu pengertian mengarahkan di sini adalah akan disesuikan dengan keinginan peneliti. Kalau itu yang dilakukan maka peneliian tersebut tidak akan menemukan empiris di lapangan sana, tetapi menemukan kebenaran yang ada di dalam otak peneliti itu sendiri.

Contoh Pengisian Skala Likert adalah sebagai berikut.

1. Masyarakat melakukan fungsi kontrol dalam pelaksanaan pendidikan, di sekolah Pilihannya adalah :

a. Sangat setuju point/skor = 5 b. Setuju point/skor = 4

c. Netral point/skor = 3 d. Tidak setuju point/skor = 2

e. Sangat tidak setuju = 1, angka-inilah yang penuh dengan kemunafikkan, sebab kalau penelitinya dari

Dinas Pendidikan, karena untuk memperbaiki nama lembaga boleh jadi kuesioner tersebut bisa diisi sendiri, dengan skor yang tinggi, dan seragam, pilihan hanya bekisar pada angka 5, dan 4. Contoh lain disampaikan Singarimbun dan Effendi (2008:136-137) menyatakan bahwa beban keluarga adalah kerugian dalam keintiman suamiistri, yang disebabkan kelahiran anak. Contoh ini merupakan contoh pikiran kalut, jangan beristri kalau tidak mau beranak. Dari contoh di atas muncullah kuesioner untuk menentukan pilihan bagi responden sebagai berikut:

1. Keintiman suami istriterganggu karena kehadiran anak. 2. Anak seringkali menjadi sumber pertengkaran suami

istri.

3. Perkawinan akan bertahan bila tidak memiliki anak. Pandangan di atas benar bagi kedua penulisnya, karena berpikiran sempit. Kalau menurut penulis: Di sini kuesioner yang diberikan kepada responden dan responden harus memilih satu jawaban di antara jawaban yang telah disediakan contoh, alternatif jawaban bisa bermacam-macam bentuknya. Salah satu bentuk yang umum digunkana adalah:

a. Sangat seuju b. Setuju

c. Tidak berpendapat d. Tidak setujuh

e. Sangat tidak setujuh, komentar jawaban di atas, jika responden memilih a, dan b berarti tujuan pernikan responden tersebut adalah hanya untuk bersenang- senang (dan responden tersebut bukan ummat Nabi Muhammad), tetapi jika responden memilih c, maka responden tersebut tidak pemiliki pandangan hidup yang jelas, tetapi jika responden memilih d, dan e itulah responden memiliki yang memiliki tujuan hidup yang jelas, bahwa hidup bukan semata-mata untuk bersenang-senang. Sorotan lain pandangan di atas adalah menurut penulis bahwa:

1. keintiman suami istri justu bertahan lama karena kehadiran anak,

KELEBIHAN DAN KURANGAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF ... I 89 2. anak adalah dambaan suami-istri, karena tujuan

pernikahan adalah untuk mengembangkan keturan sesuai sunnah Rasulullah Muhammad s.a.w,

3. dan pernikahan yang bertahan lama, karena adanya keturuan, danjika tidak memilikiketurunanbanyak orang yang bercerai karena menginginkan keturan. Dan bahkan kemandulan sebagai biang perceraian. Oleh karena itu, penulis memberikan kebebasan kepada pembaca bahwa andalah yang menentukan mana yang baik antara pendekatan kualitatif atau kuantitatif. Dan penulis telah melakukan kedua pendekatan tersebut, karena kedua tesis penulis, yang pertama, menggunkana pendekatan “kuantitatif. Danyang kedua, menggunakan pendekatan kualitatif, demikian pula dengan disertasi. Pertama, menggunakan pendekatan kualitatif, dan kedua, menggunakan pendekatan kuantitatif. Pilihan paradigma tertentu ada di tangan Anda.

Contoh lain selain Skala Likert adalah

2. Untuk jawaban yang benar diberi skor (1)/ya, dan jawaban tidak sesuai diberi skor nol (0)/tidak. Contoh Pertanyaan sebagai berikut.

1). Saudara punya orang tua ? a. Ya (1)

b. Tidak (0)

2). Saudara sudah menikah ? a. Ya (1)

b. Tidak (0)

3). Saudara punya kartu penduduk ? a. Ya (1)

b. Tidak (0), ini semua adalah suatu bentuk pertanyaan yang nota bene mau dikuantitatifkan, dan pertanyaan semacam ini adalah merupakan pertanyaan yang penuh kebohongan (tidak ada yang benar), karena boleh jadi diisi sendiri peneliti, untuk memenuhi syarat yang diinginkan oleh pembimbing atau promotor, walaupun diisi responden, ya kalau mengerti, tetapi jika tidak mengerti boleh jadi isinya sembarangan.

b. Skala Guttman

Jika peneliti menggunakan skala Guttman yang ingin mendapatkan jawaban jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan, seperti:

1. Yakin atau tidakkah anda, pergantian presiden akan dapat mengatasi persoalan bangsa ?

a. Yakin (1) b. Tidak (0)

2. Apakah komentar saudara, jika SBY turun akan dapat mengatasi persoalan bangsa ?

a. Setuju (1)

b. Tidak setuju (0), pertanyan sepertiini mengandung unsur ketidak benaran, karen nilai jawan yang di isi responden ada dua kemungkinan, (1) apakah pertanyaan tersebut dipahami oleh responden ?, dan (2) kalaupun dipahami ada pengaruh lain yang menimbulkan pertanyaan tersebut boleh jadi diisi orang lain yang bukan responden yang dituju, tetapi diisi oleh bawahan atau stafnya, kalau seandainya kuesioner ditujukan kepada atasan, tetapi atasan diserahkan kepada bawahan karena faktor kesibukan, dan boleh jadi atasan tersebut menyampaikan kepada bawahan isi saja sembarang apa yang terlintas dalam hati, itu yang diisikan.

c. Cara Pengambilan Sampel

Sebagaimana dikemukakan Usman dan Setiady (2003) menjelaskan bahwa sampling (Judgment Sampling) cara ini dapat dipakai misalnya ingin mengetahui pendapatan karyawan dalam sebuah perusahaan, ini sangat sarat dengan bias, alias tidak benar, karena jarang kita temui orang Indonesia yang terbuka dan transparansi apalagi yang berhubungan dengan pendapatan yang diterima setiap bulan, kalau pegawai negeri barangkali cukup ditanya mengenai golongan sudah dapat diprediksi, itupun tergantung lamanya mengabdi (bekerja).

d. Metode Pemilihan Sampel

Hal yang sama, juga dikemukakan Indriantoro, dkk., (2002:120), menyatakan bahwa banyak cara yang dapat digunakan untuk pemilihan sampel, dan secara garis besar beliaun hanya menampilkan dua cara, berdasarkan logika berpikir dalam berbagai cara. Dalam pengambilan data yang

KELEBIHAN DAN KURANGAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF ... I 91 sama, jika menggunakan banyak cara pasti hasilnya berbeda (tidak sama), antara metode yang satu dengan metode lainnya.

e. Data Kualitatif kekuantitatif

Ini dikemukakan oleh Kuncoro (2003:124), penjelasan beliau khususnya data kualitatif, dilain pihak adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik. Namun dalam statistik semua data harus dalam bentuk angka, maka data kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar muda diproses lebih lanjut. Jika dilakukan hal ini pasti dengan skala likert yang kemungkian akan dipakai, jadi pasti bias, karena orang yang mengisi data kuesioner biasanya tidak paham, dan biasa yang diberikan adalah kepala kantor, tapi yang isi adalah sekretarisnya.

f. Teori Kemungkinan

Lebih lanjut teori tersebut dikemukakanAgus (2004:73) beliau memberikan contoh kepada 2 orang siswa (A dan B), kemudian ingin menentukan siswa mana yang akan maju mengerjakan soal di papan tulis, ini juga tergantung dari sifat pembawaan anak, dan inipun pasti bias, karena pembawaan anak setiap kelompok keluarga pasti berbeda-beda dan banyak faktor yang membedakan hal tersebut.

g. Survai diagnosis organisasional

Menurut Fuad, (2004) beliau mengemukakan, bahwa semua penelitian sosial dapat dikuantitatifkan, dengan cara kuesioner sesuai dengan bidang ilmu yang diteliti.