• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN KUALITATIF PENDEKATAN TERAPAN

C. Lingkup Isi Penelitian Kualitatif Murni

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif murni, salah satu pendekatan kualitatif murni tidak terstruktur sebagaimana dipahami pada pendekatan kuantitatif dan kualitatif positivistik di atas. Untuk memberikan contoh dan Judul penelitian Kualitatif Murni adalah: “Wacana Baru Sistem Penunjukkan Kantor

Akuntan Publik dan Pembayaran Fee Audit dalam Perspektif Teori Komunikasi Habemas” (Tandirerung, 2006). Dalam

penentuan isi dari judul di atas tentu berbeda dengan susunan isi dari penelitian yang lazim ditemukan. Penentuan susunan isi disampaikan sebagai berikut. Bab 1 Pendahuluan, dan dilanjutkan dengan.

1.1. Pendahuluan/Koteks Penelitian

1.2. Permasalahan dan Fokus Penelitian

1.3. Tujuan Penelitian

1.4. Manfaat Penelitian (Tandirerung, 2006:1-10)

Bab selanjutnya adalah disesuaikan kondisi yang paling sesuai/ relevan, jika dimungkinkan dan disesuaikan dengan judul di atas, maka yang menjadi isi Bab 2 (dua) adalah “Kajian Konsep Independensi dan Permasalahan Pengauditan”, memuat isi kajian adalah sebagai berikut.

2.1. Pengembangan Wawasan melalui kajian Konsep Independensi dan Kendala Pelaksanaannya

2.1.1. Memahami Hakikat Independensi

2.1.2. FungsiAuditor dan Kepentingan Manajemen 2.1.3. Penyebab Menurunnya Kadar Independensi

2.1.4. Auditor Independensi dalam Interaksi antar Individu dan Solidaritas Sosial

2.2. Mendalami Permasalahan Pengauditan melalui Penelitian Terdahulu (Tandirung, 2006:11-37). Bab 3 (tiga) berisikan Peran Auditor Independen di Antara Berbagai Kpentingan. Materi yang disampaikandalam bab 3 iniadalah sebagaiberikut. 3.1. Hakikat Peran dan Profesi Independen

3.2. Mekanisme Pemecahan Masalah Penelitian (Tandirerung, 2006:38-43). Bab selanjutnya adalah Bab 4 (empat). Induk dari bab 4 ini adalah Instrumen Pencarian Makna Independensi Auditor, poin-poin isi dari bab 4 ini adalah sebagai berikut.

PENELITIAN KUALITATIF PENDEKATAN TERAPAN I 75 4.1. Jenis Penelitian

4.2. Rancangan Penelitian 4.3. Lokasi Penelitian

4.4. Menyikapi Permasalahan Pengauditan dengan Pendekatan Critical Ethnography, isi dari sub materi ini dikelompokkan lagi menjadi sub-sub isi yang lebih kecil, dan lebih luas, yakni:

4.4.1. Teori Feminis sebagai Salah Satu Teori yang Menjiwai Terbentuknya Critical Ethnography

4.4.2. Teori Kritik sebagai salah satu Teori yang Menjiwai Terbentuknya Critical Ethnography.

4.5. Para Profesional dalam kapasitas sebagai Subjek Konsep Independensi

4.6. Perbandingan Independensi Auditor dengan Profesi Hakim dan Juri Melalui Teori Kritis Habermas sebagai Instrumen Analisis data

4.7. Kerangka Kerja Toeri Kritis Habermas dalam Konteks Pencarian Makna Independensi

4.8. Keabsahan Data (Tandirung, 2006:44-71). Bab selanjutnya adalah Bab 5 (lima) bab ini memuat: “Pemahaman dan Penerapan Konsep Indepensi di Bidang Peradilan dan Penjurian sebagai Pembanding. Di dalam isi demi isi bab akan menuangkan isi sebagai beikut.

5.1. Independensi sebagai Sifat Bawaan Profesi Penilai

5.2. Independensi dan Implementansinya pada Profesi Kehakiman, bab ini dirinsi lebih luas, yang berisikan hal-hal berikut ini.

5.2.1. Ketentuan-Ketentuan yang Menjamin Kenetralan Hakim

5.2.2. Tujuan dan Fungsi Hukum

5.3. Independensi dan Implementasi pada Aktivitas Penjurian 5.3.1. Beberapa Persyaratan yang Perlu Diperhatikanuntuk

Menjamin Independensi dan Objektivitas Seorang Juri (Tandirerung, 2006:72-92). Kemudian Bab selanjutnya adalah Bab 6 (enam). Bab ini memuat “ Nilai Independensi di Bidang Pengauditan”. Di dalam bab ini akan akan mencantumkan sisi sebagai berikut. 6.1. InteraksiAuditor (KAP) dengan Klien

6.2. Pemaknaan Independensi Auditor dalam Implementasinya (Tandirerung, 2006:93-102). Bab 7 (tujuh). Bab ini memuat “Telaah Kritis IndependensiAuditor Melalui Pembandingan dengan IndepensiHakimdan Juri”. Bab inidapat dirinci dengan isi sebagai berikut.

7.1. Penerapan Paradigma Komunikasi Teori Kritis Habermas sebagaiAnalisis Data Penelitian, dan isi ini diperlus lebih jauh lagi, yakni.

7.1.1. Paradigma Komunikasidalam Menemukan Pemahaman 7.1.2. Metode Diagnosis untuk Pencerahan

7.1.3. Jalan Konsensus Menuju Pembaharuan

7.2. IndepensiAuditor dalam Sorotan Nilai Indepensi Hakim dan Juri sebagai Sebuah Penyandingan Data Empiris.

7.3. Telaah Kritis Independensi Auditor dalam Rangka Pencarian Solusi untuk Pencerahan (Tandirerung, 103-134). Terakhir adalah bab 8 (delapan) bab ini merupakan bab kesimpulan, keterbatasan, dan implikasi hasil penelitian. Bab ini merupakan penutup, mengingat penelitidalampenelitian kualitatifmurnitelah menemui jalan buntu sehingag tidak ada lagi yang harus dikembangkan. Dan bab 8 (delapan) ini berisikan hal-hal yang telah disebut di atas, yaitu.

8.1. Kesimpulan

8.2. Keterbatan Penelitan

8.3. Implikasi Hasil Penelitian (Tandirerung, 2006:135-148). Setelah mengulang dan menggambarkan isi dari materi penelitian kualitatif murni maka peneliti berikutnya akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas bahwa penelitian kualitatif murnidapat disimpulkan lebih sulit dari penelitian pada umumnya. Hal ini disebabkan tidak ada aturan yang jelas sampai kapan pemberhentian tulisan, dan sampai kapan berakhirnya penelitian. Sebetulnya di atas penulis telah menyampaikan bahwa penelitian kualitatif murni tidak memiliki aturan yang jelas, sehingga peneliti yang terjun dalam bidang ini berhenti jika penelitinya telah menemukan kejenuhan, karena bab demi bab tidak ada batasan. Semoga para pembaca yang budiman dari penjelasan di atas dapat memberikan pencerahan terutama memami orang lain, yang menekuni bidang ini. Pesan penulis kepada pembaca yang budiman. Pertama, simak baik-baik di antara berbagai jenis pendekatan sehingga muda

PENELITIAN KUALITATIF PENDEKATAN TERAPAN I 77 memahami orang lain. Kedua, jangan muda menyalahkan orang lain, karena orang tidak salah, yang salah adalah menafsiran Anda kepada orang lain. Ketiga, jangan menggurui orang lain, boleh jadi orang yang digurui lebih mengerti dari pada Anda. Keempat, Anda hanya boleh mengingatkan/menasihati, tapi jangan menggurui/menasihati di banyak orang. Kelima, Anda harus memahami perbedaan dan jangan mengingatkan/menasihati serta menggurui, apalagi menggurui di tengah orang banyak, batasan orang banyak adalah lebih dari satu.

Pendekatan paradigma ini, baik pada tingkat teori maupun tingkatan praktik sangat tidak formal dan tidak terstruktur. Dan ini yang menjadikan mahasiswa yang memilih judul penelitiandibidangAkuntansi dengan pendekatan Kualitatif Murni. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka paradigma nonpositivisme ini memeliki beberapa kelebihan, tetapi juga memiliki beberapa kekurangan-kekurangan yang fundamental, dan kekurangan ini, menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi mereka yang ingin mendalaminya. Oleh karena itu, pesan penulis kepada pengemban ilmu dan sekaligus penerap ilmu pengetahuuan di masa datang bahwa memami lebih baik dan lebih mulia dari pada menyalahkan orang lain. Dan sesunggunhnya kebenaran itu tidak datang dari manusia, namun yang datang dari manusia adalah perbedaan. Dan perbedaan itu harus disikapi dengan saling memahami. Penulis tidak memerlukan persetujuan dariAnda, namun penulis hanya memerlukan pemahaman dariAnda. Dan pemahamanAnda merupakan kebenaran yang mutlah dan Khakiki (Covey, 2005).