• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketahanan Pangan

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG (Halaman 161-167)

ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

IV.1. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN

IV.1.13. Ketahanan Pangan

Urusan Ketahanan Pangan dilaksanakan sebagai urusan tersendiri mulai Tahun 2009 dengan terbentuknya Badan Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan sesuai dengan Perda No 6 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kampar. Tahun-tahun sebelumnya urusan ketahanan pangan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Hal ini disebabkan karena adanya penerapan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan Organisasi Perangkat

Daerah dan PP 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota sebagai dasar hukum pembentukan SKPD Badan Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kampar.

Kebijakan pembangunan ketahanan pangan diarahkan pada peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dan pengelolaan potensi pangan secara optimal. Struktur ekonomi Kabupaten Kampar yang saat ini lebih didominasi oleh sektor perkebunan menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan terutama kaitannya dalam meningkatkan ketahanan pangan daerah adalah menurunnya luas lahan bagi pengembangan tanaman pangan seperti padi. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar kebutuhan beras di Kabupaten Kampar di penuhi dari luar daerah. Selain itu, sektor pertanian yang cendrung monokultur pada komoditi kelapa sawit menyebabkan pengembangan diversifikasi tanaman pangan yang mampu meningkatkan ketahanan pangan daerah menjadi lebih sulit untuk diwujudkan. Jika alih fungsi lahan tanaman pangan terus terjadi dan usaha pemerintah daerah dalam upaya mencegah terjadinya alih fungsi tersebut masih lemah, maka pada masa mendatang di Kabupaten Kampar akan terjadi kewawanan pangan yang berakibat pada kurangnya gizi masyarakat dan terbatasnya supply kebutuhan pokok masyarakat di daerahnya.

Masalah-Masalah Bidang Ketahanan Pangan:

1. Masih kurangnya data pendukung dan kesadaran masyarakat akan perlunya pengembangan dana PMUK untuk desa mandiri akses pangan.

2. Masih kurangnya data-data yang dibutuhkan untuk pembuatan rumusan kebijakan ketahanan pangan.

3. Masih kurangnya data pendukung peta rawan pangan dan gizi serta kemampuan SDM petugas kecamatan.

4. Masih sulitnya mengubah ketergantungan pola konsumsi pangan. Isu-isu Strategis Bidang Ketahanan Pangan:

1. Menghimpun data serta permasalahan yang ada di desa mandiri pangan serta melaksanakan pembinaan & pelatihan.

2. Mengakses data serta selalu berkoordinasi dengan anggota Dewan Ketahanan Pangan.

3. Perlu diadakan pelatihan pemetaan rawan pangan serta pengumpulan data yang dibutuhkan secara periodik.

IV.1.14. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik perempuan maupun laki-laki, merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional. Upaya tersebut mencakup seluruh siklus hidup manusia sejak di dalam kandungan hingga akhir hayat. Untuk itu, pembangunan nasional selayaknya memberikan akses yang memadai bagi orang dewasa dan anak-anak juga serta adil dan setara bagi perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan, serta turut mempunyai andil dalam proses pengendalian/kontrol pembangunan. Selain itu, pembangunan nasional harus memegang prinsip pemenuhan hak asasi manusia yang salah satunya tercermin dalam pencapaian keadilan dan kesetaraan gender serta hak-hak reproduksi dan pemenuhan hak-hak anak.

1. Belum terjaminnya keadilan gender dalam berbagai perundang-undangan, program pembangunan, dan kebijakan publik.

2. Perlindungan perempuan dari berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan juga masih belum memadai.

3. Masih banyaknya hukum dan peraturan perundang-undangan yang bias gender, diskriminatif terhadap perempuan, dan belum peduli anak.

Masalah-Masalah Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak:

1. Masih rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, selain itu masih adanya berbagai bentuk praktek-praktek diskriminasi ter-hadap perempuan yang kadang-kadang muncul tanpa disadari;

2. Kesenjangan partisipasi politik perempuan, dan kesetaraan gender yang bersumber dari ketimpangan struktur sosio-kultural masyarakat yang bias gender. Dalam konteks sosial, kesenjangan ini mencermin-kan terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, keterlibatan dalam kegiatan publik dan politik secara lebih luas dan merata;

3. Meningkatnya perlakuan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak sebagai salah satu bentuk pelanggaran hak-hak asasi manusia. Meskipun banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, seperti penyebaran informasi dan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak, tetapi semua upaya tersebut belum cukup untuk menekan perlakuan tindak kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan anak;

4. Belum tersedianya data dan informasi yang akurat, terutama kasus-kasus tindak kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan anak yang tidak dilaporkan, dengan anggapan bahwa masalah tersebut adalah masalah domestik keluarga yang tidak perlu diketahui oleh orang lain, termasuk dalam hal ini adalah masalah kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga. Namun dari sejumlah kasus yang terjadi menunjukkan bahwa jumlah kasus kekerasan terus meningkat, kekerasan seksual merupakan kasus yang seringkali terdengar, khususnya kepada perempuan di bawah usia 18 tahun;

5. Belum optimalnya upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan terhadap perempuan. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya partisipasi perempuan dalam proses pembangunan, dan banyaknya kegiatan pembangunan yang belum sepenuhnya peduli terhadap perempuan.

6. Banyaknya hukum dan peraturan perundang-undangan yang bias gender, diskriminatif perempuan, dan belum peduli terhadap anak;

7. Lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan rendahnya partisipasi masyarakat.

Isu-isu Strategis Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak:

1. Memperluas jaringan dan pemahaman tentang gender dan KDRT ditingkat kecamatan melalui vocal point.

2. Sosialisasi yang berkelanjutan kepada masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

3. Peningkatan peran perempuan dalam setiap program dan kegiatan yang ada di SKPD.

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Keluarga Berencana (family planning) merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan keluarga yang berkualitas melalui program kependudukan. Upaya-upaya tersebut dianggap berhasil bila diikuti dengan adanya pemberdayaan keluarga lainnya seperti peningkatan kualitas penduduk, perumahan ekonomi dan lain-lain. Permasalahannya adalah, sejauh mana upaya perwujudan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dapat terwujudkan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan oleh keluarga itu sendiri, mengingat bahwa pembangunan pada umumnya mempunyai muatan ekonomi yang cukup besar dari pada muatan sosial, sehingga dapat mempengaruhi pola hidup masyarakatnya.

Pelaksanaan Program KB masih diharapkan mampu menekan laju pertumbuhan penduduk yang secara signifikan akan berpengaruh terhadap potensi peningkatan kesejahteraan. Namun demikian dalam pelaksanaannya masih menghadapi berbagai masalah antara lain mangement pelaksanaan program, masih rendahnya tingkat kesertaan KB secara mandiri, tingkat kebutuhan masyarakat yang masih sangat perlu ditingkatkan, berkembangnya tuntutan masyarakat tentang pelayanan Keluarga Berencana dan tuntutan kualitas pelayanan dan jaminan ketersediaan alat kontrasepsi serta pengayomannya.

Masalah-Masalah Bidang Keluarga Berencana:

1. Terbatasnya akses pelayanan KB termasuk pelayanan gratis bagi kelompok keluarga miskin dan keluarga rentan lainnya;

2. Menurunnya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam program KB yang berpengaruh terhadap berkurangnya partisipasi dan kesertaan masyarakat dalam mendukung dan menyelenggarakan pelayanan program di lapangan;

3. Menurunnya penyelenggaraan kegiatan advokasi serta komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) melalui berbagai media dan metode, sehingga masalah perubahan

pandangan para pemangku kebijakan (stake-holders) di daerah tentang program KB menjadi salah satu kendala pelaksanaan desentralisasi program KB di daerah; Isu-isu Strategis Bidang Keluarga Berencana:

1. Terbatasnya kemampuan pengelola dan pelaksana program terutama di tingkat lini lapangan yang mengakibatkan melemahnya pembinaan program di lapangan, khususnya dalam pembinaan jejaring operasional di lapangan;

2. Masih lemahnya ketahanan dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan kualitas kehidupan, yang ditandai oleh lemahnya pembinaan keluarga berkaitan pembinaan tumbuh kembang anak dan rendahnya keluarga akseptor miskin yang dapat mengakses sumber permodalan untuk meningkatkan usaha ekonomi produktif keluarga;

3. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hak-hak reproduksi yang ditandai dengan permasalahan persalinan terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu sering;

4. Rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB.

IV.1.15. Perhubungan

Fungsi sarana dan prasarana sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi ditunjukkan pada peran transportasi yang dapat memungkinkan orang, barang, dan jasa diangkut dari satu tempat ke tempat lain, serta peran jaringan komunikasi dan informatika yang memungkinkan pertukaran informasi secara cepat (real time) menembus batas ruang dan waktu. Peranan perhubungan sangat penting, baik dalam proses produksi maupun dalam menunjang distribusi komoditi ekonomi dan ekspor.

Perhubungan memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman dan efisien serta mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah. Ketersediaan alat angkutan umum dan sarana prasarana perhubungan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam aktivitas kehidupan sosial dan ekonomi merupakan tujuan pembangunan bidang perhubungan.

Salah satu indikator penyelenggaraan Urusan Perhubungan adalah banyaknya perusahaan dan kenderaan angkutan kota/ pedesaan sebagaimana tabel berikut :

Tabel 21 Jumlah Kenderaan Angkutan Darat Bermotor Menurut Jenis Tahun 2006-2010 Kabupaten Kampar

JENIS KENDERAAN TAHUN

2006 2007 2008 2009 2010* Bis 0 2,215 3,557 4,270 5,338 Oplet 9 114 622 800 998 Pick Up 249 1,203 1,420 1,913 2,329 Truk 338 1,269 2,491 3,116 3,811 Sepeda Motor 25,610 38,308 56,659 70,953 82,289 Jumlah 26,206 43,109 64,749 81,052 94,764

Jumlah kenderaan angkutan darat bermotor di Kabupaten Kampar sampai dengan tahun 2010 adalah 94.764 kenderaan, meningkat sebanyak 68.558 unit atau meningkat 261% dibanding tahun 2006. Dari 94.764 jumlah kenderaan tahun 2010, jenis kenderaan yang mendominasi adalah sepeda motor sebanyak 82.289 unit (86,84%).

Berdasarkan jumlah peningkatan masing-masing jenis kenderaan angkutan darat bermotor dapat disimpulkan bahwa semua jenis kenderaan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini mungkin dikarenakan angka pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, sehingga kebutuhan akan angkutan darat bermotorpun semakin banyak.

Masalah-Masalah Bidang Perhubungan:

1. Terbatasnya sarana transportasi serta rambu-rambu jalan. Kondisi yang demikian belum mampu memberikan pelayanan standard minimal, terutama di bidang lalu lintas angkutan jalan.

2. Belum terpenuhinya tuntutan masyarakat pengusaha kendaraan angkutan penumpang umum dan barang terhadap tertib lau lintas dan bongkar muar barang dalam wilayah Kota.

3. Terbatasnya fasilitas sarana dan prasarana petugas operasional lapangan.

4. Terbatasnya prasarana serta belum terwujudnya transportasi yang terpadu, sehingga belum mampu memberikan pelayanan yang optimal pada masyarakat luas.

5. Kurang lancarnya pelayanan angkutan jalan secara terpadu karena keterbatasan prasarana, seperti keberadaan terminal yang belum efektif.

6. Masih rendahnya disiplin masyarakat pengguna jalan, serta penegakan hukum masih belum optimal.

7. Peran serta swasta yang masih terbatas.

8. Kondisi transportasi air yang memanfaatkan Sungai Kampar sebagai prasarana utamanya, sebagai dampak dari keterbatasan Sungai Kampar terkait dengan masalah lingkungan.

9. Belum meratanya prasarana dan sarana sebagai akibat kondisi geografis yang luas dan sulit dijangkau.

Isu-isu Strategis Bidang Perhubungan:

1. Melakukan inventarisasi data jalan, rambu lalu lintas sebagai dasar perencanaan kegiatan urusan perhubungan.

2. Membangun sub terminal pendukung pelayanan angkutan umum.

3. Koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka mengurangi kemacetan di berbagai titik jalan di Kabupaten Kampar.

4. Memenuhi kebutuhan fasilitas lalu lintas secara bertahap sesuai prioritas. 5. Mengupayakan penambahan biaya pemeliharaan fasilitas lalu lintas.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG (Halaman 161-167)