• Tidak ada hasil yang ditemukan

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG (Halaman 171-183)

ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

IV.1. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN

IV.1.19. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan

Persandian

Salah satu program strategis yang telah digulirkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah Provinsi Riau adalah pengguliran kebijakan otonomi desa, pemerintah telah membuat aturan yang terkait dengan kebijakan tersebut antara lain pada Undang-Undang No.32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 72/2007 tentang Desa yang memuat aturan tentang implementasi otonomi desa. Kedua perundangan tersebut mengamanatkan perlunya desentralisasi kewenangan dan keuangan kepada desa dilakukan. namun dalam perjalannya, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten sepertinya belum memiliki keseriusan dalam mengimplementasi kebijakan otonomi desa tersebut, hal itu terlihat dari beberapa hal, seperti (1) belum adanya tata aturan yang dapat dipakai sebagai dasar legalitas implementasi kebijakan otonomi daerah, (2) belum adanya pemberian sebahagian kewenangan uang dimiliki oleh pemrintah kabupaten kepada Desa, serta (3) hak-hak keuangan desa belum diberikan secara utuh oleh pemerintah kabupaten, padahal menurut ketentuan perundangan, minimal 10% dana perimbangan yang diterima oleh pemerintah kabupaten dari pemerintah (setelah dikurangi gaji pegawai) wajib dikembalikan kepada desa, oleh desa dana tersebut dipakai untuk menggerakan dan melaksanakan pembangunannya secara mandiri.

Kedepan, sudah seharusnya perencanaan pembangunan daerah dikaitkan dengan pengguliran kebijkaan otonomi desa, artinya perencanaan pembangunan haruslah mengakomodasi kebijakan otonomi desa, dengan memberikan hak-hak keuangan desa serta membagi kewenangan kepada desa.

Banyaknya permasalahan birokrasi belum sepenuhnya teratasi dengan baik dari sisi internal maupun eksternal. Dari sisi Internal yang sangat perlu dibenahi oleh Pemerintah Kabupaten Kampar adalah berupa pelanggaran disiplin, penyalah gunaan kewenangan, rendahnya kinerja SDM dan kelembagaan aparatur, penempatan yang tidak sesuai dengan kompetensi,

rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja, serta banyaknya praktek KKN yang sudah berurat dan berakar. Dari masalah internal ini sangat memberi dampak dan pengaruh kepada proses pengambilan keputusan kebijakan yang bersifat publik seiring dengan makin meningkatnya tuntutan penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, antara lain transparansi, akuntabilitas, dan kualitas.

Dari hasil data yang diperoleh dari Inspektorat Kabupaten, pelanggaran disiplin ringan seperti tidak mengikuti apel, terlambat masuk kerja, pulang cepat menduduki tempat yang tertinggi. Namun untuk mengantisipasinya, Inspektorat kabupaten membuat kebijakan untuk absen pagi dan sore. Sedangkan untuk penyalah gunaan wewenang diselesaikan secara internal dengan cara surat teguran, namun jika hal ini juga tidak ada iktikat baik untuk diselesaikan, maka akan diteruskan ke ranah hukum untuk penyelesaiannya. Sampai Oktober 2010 hanya ada 1 kasus penyalah gunaan wewenang yang dalam tahap penyelesaian secara internal. Itu artinya untuk kasus pelanggaran disiplin dan penyalah gunaan wewenang angkanya sangat rendah dan relatif tidak ada.

Namun dari sisi efektifitas dan efisiensi kerja ada ditemui seperti di Bakesbang Linmas, pada saat jam kerja aparat bisa merayakan HUT diluar kantor dengan membawa beberapa aparat lainnya hingga ruangan kosong dan sebelum jam kantor berakhir banyak yang sudah pulang atau menghilang hingga segala urusan dilanjutkan keesokan harinya. Begitu juga dengan penempatan yang tidak sesuai dengan kompetensi dan KKN, akhirnya membuat rendah kualitas kinerja serta pelayanan kepada masyarakat, sehingga tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan tuntutan pembangunan.

Tabel 24 Capaian Produk Hukum Daerah 2007-2010 Kabupaten Kampar

NO JENIS PERATURAN JUMLAH PRODUK HUKUM

2007 2008 2009 2010 2011* 1. Peraturan Daerah 22 11 28 11 15 2. Peraturan Bupati 60 39 44 47 26 3. Keputusan Bupati 672 463 374 297 201 4. MOU 6 4 4 16 1 5. Perjanjian kerjasama 8 4 9 8 2

Sumber : Bagian Hukum Setda Kab. Kampar, 2010

Jumlah Peraturan Daerah yang dihasilkan sejak tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011 sebanyak 87 Peraturan Daerah. Jumlah peraturan Bupati yang diterbitkan muali Tahun 2007 s/d Tahun 2011 sebanyak 216 peraturan, rata-rata Peraturan Bupati diterbitkan 47 Peraturan tiap tahunnya. Jumlah keputusan Bupati yang diterbitkan sejak Tahun 2007 s/d 2011 sebanyak 2007 Keputusan, atau rata-rata 451 keputusan tiap tahunnya. Jumlah MOU yang dihasilkan sampai Tahun 2007 s/d 2011 sebanyak 31 MOU atau rata-rata 7 MOU tiap tahunnya. Perjanjian Kerjasama yang dihasilkan Tahun 2007 s/d 2011 sebanyak 31 perjanjian atau rata-rata 7 perjajian tiap tahunnya.

Masalah-Masalah Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm Keu Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian:

1. Sosialisasi peraturan perundang-undangan tidak dapat dilaksanakan karena DPRD hanya dapat melakukan sosialisasi yang terkait dengan Raperda inisiatif DPRD, sedangkan sosialisasi peraturan perundangan lain merupakan tupoksi eksekutif. 2. Belum optimalnya sistem informasi keuangan dan masih kurangnya komputer untuk

mendukung adanya sistem informasi keuangan yang handal dan siap pakai dengan sistem on line ataupun off line dalam pengelolaan keuangan, dimulai dari penganggaran, penatausahaan, akuntansi sampai dengan pelaporan.

3. Pelanggaran disiplin, penyalahgunaan kewenangan dan penyimpangan; rendahnya kinerja sumberdaya aparatur; sistem kelembagaan (organisasi) dan ketatalaksanaan (manajemen) pemerintahan yang belum memadai; rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja; rendahnya kualitas pelayanan umum; rendahnya kesejahteraan PNS; dan peraturan perundang-undangan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dan tuntutan pembangunan.

4. Masih banyaknya konflik perbatasan yang terjadi baik antar desa maupun antar kecamatan.

Isu-isu Strategis Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm Keu Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian:

1. Memberikan masukan untuk membuat draft Raperda inisiatif DPRD sehingga kegiatan sosialisasi dapat dilaksanakan

2. Dilaksanakan pemeriksaan secara berkala (reguler)

3. Mengoptimalkan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) yang merupakan sistem resmi dari BAKD.

4. Penyelesaian konflik batas perlu diagendakan secepatnya untuk mengurangi bertambahnya konflik lain yang berada di wilayah-wilayah perbatasan.

IV.1.20. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Pembangunan desa dalam jangka panjang ditunjukan untuk memperkuat dasar-dasar sosial ekonomi pedesaan yang memiliki hubungan fungsional yang kuat dan mendasar dengan kota-kota dan wilayah disekitarnya. Pembangunan desa dan pembangunan sektor yang lain di setiap pedesaan akan mempercepat pertumbuhan desa menjadi desa swasembada yang memiliki ketahanan disegala bidang dan dengan demikian dapat mendukung pemantapan ketahanan nasional. Dalam rangka mencapai tujuan itu, pembangunan desa diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusianya yang merupakan bagian terbesar penduduk Indonesia, dengan meningkatkan kualitas hidup, kemampuan, keterampilan dan prakarsanya, dalam memanfaatkan berbagai potensi desa maupun peluang yang ada untuk berkembang. Pembangunan pedesaan sangat diperlukan, karena sebagian besar penduduk Kabupaten Kampar, yaitu sebesar ±60%, melakukan pertanian sebagai mata pencaharian, dan mereka tinggal di pedesaan.

Pembangunan atau pengembangan pedesaan (rural development), menurut Mosher (Mosher, 1969, hal.91) mempunyai tujuan; a) pertumbuhan sektor pertanian, b) integrasi nasional, yaitu membawahi seluruh penduduk suatu negeri ke dalam pola utama kehidupan yang sesuai, c) keadilan ekonomi, yakni bagaimana pendapatan itu dibagi-bagi kepada seluruh penduduk. Maksud dari pembangunan pedesaan adalah menghilangkan atau mengurangi berbagai hambatan dalam kehidupan sosial-ekonomi, seperti kurang pengetahuan dan keterampilan, kurang kesempatan kerja, dan sebagainya. Akibat berbagai hambatan tersebut, penduduk wilayah pedesaan pada umumnya miskin. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pembangunan perdesaan perlu dipercepat dan ditingkatkan terutama untuk petani melalui penyediaan prasarana dan sarana pembangunan, pembangunan sistim agribisnis, industri kecil dan kerajinan rakyat, pengembangan kelembagaan, penguasaan teknologi dan pemanfaatan sumberdaya alam.

Masih banyak desa-desa di Kabupaten Kampar yang termasuk dalam kategori desa tertinggal, dimana sebagian besar penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Pada umumnya desa-desa tersebut merupakan desa tradisional yang terletak di pedalaman. Keterbatasan sarana dan prasarana merupakan permasalahan yang paling mendasar. Meskipun sesungguhnya pada desa-desa tersebut memiliki sumberdaya alam yang cukup potensial untuk dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Kekayaan alam tersebut belum dapat dimanfaatkan secara maksimal karena keterbatasan kemampuan sumberdaya manusia dan peralatan.

Masalah-Masalah Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa:

1. Rendahnya kualitas personil aparat Pemerintah dan Lembaga Desa. 2. Adanya kesenjangan antar Desa dalam pelaksanaan pembangunan.

3. Terbatasnya sarana, prasarana, fasilitas dan kemampuan keuangan untuk penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

4. Masih rendahnya pemahaman masyarakat desa tentang peraturan perundang 5. Belum optimalnya peran kelembagaan masyarakat desa.

6. Rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengembangkan usaha.

7. Adanya kesenjangan pembangunan di desa-desa perbatasan dengan desa-desa di Kab/Kota lain.

8. Penanggulangan kemiskinan masih bersifat sektoral. 9. Peran PJOK dalam pelaksanaan PNPM belum optimal.

10. Belum optimalnya koordinasi antar sektor dalam rangka penanggulangan kemiskinan daerah.

Isu-isu STrategis Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa: 1. Peningkatan pembinaan kelembagaan masyarakat desa.

2. Mengembangkan potensi swadaya masyarakat dan budaya gotong royong. 3. Adanya tenaga pendamping yang profesional dari tingkat Kabupaten maupun

kecamatan.

4. Peningkatan bantuan usaha ekonomi produktif bagi masyarakat desa.

5. Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi program penanggulangan kemiskinan di tingkat kabupaten.

IV.1.21. Sosial

Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan salah satu prioritas pembangunan bidang sosial terutama perlindungan terhadap mereka yang termasuk ke dalam kelompok penduduk miskin dan rentan. Perlindungan dan kesejahteraan social di Indonesia diwujudkan dalam bentuk bantuan sosial dan jaminan sosial. Dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), Pemerintah telah melaksanakan berbagai upaya, antara lain dengan memberikan bantuan dan jaminan sosial, meningkatkan pemberdayaan sosial, menyediakan sarana dan prasarana pelayanan dan rehabilitasi sosial, serta meningkatkan kemampuan dan keberdayaan mereka melalui pendidikan. Selanjutnya, dalam kaitan pembangunan kesejahteraan sosial, penanganan dan penyelesaian permasalahan sosial juga dilakukan melalui skema jaminan sosial berbasis asuransi.

Pembangunan sosial yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah selama ini diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan social seperti kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketuna sosialan, keterpencilan, dan penanganan korban akibat kejadian bencana alam serta bencana sosial. Namun, ternyata pembangunan yang dilaksanakan masih dihadapkan pada sejumlah rintangan dan permasalahan penting seperti keterbatasan anggaran, kurangnya efektivitas pelaksanaan bantuan dan pelayanan jaminan sosial, luasnya cakupan pelayanan, kejadian bencana alam dan sosial atau perubahan kondisi ekonomi yang sulit diprediksi kejadiannya. Selain itu, pembangunan yang dilaksanakan menyisakan pula sejumlah persoalan khususnya pada perseorangan atau kelompok masyarakat yang terabaikan, kurang beruntung atau miskin, dan tidak dapat ikut menikmati hasil pembangunan secara layak.

Strategi pokok dalam pembangunan kesejahteraan rakyat dilakukan dengan melibatkan berbagai potensi dalam masyarakat untuk bersama-sama menangani permasalahan sosial seperti masyarakat lanjut usia, penyandang cacat, tunasosial , serta anak jalanan. Pembangunan daerah merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat kabupaten Kampar yang dilakukan secara berkelanjutan, yang berdasarkan pada kemampuan daerah, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal ditujukan untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, berkeadilan, sejahtera, maju, mandiri, dan kukuh dengan kekuatan moral dan etikanya. Dengan demikian, membangun kesejahteraan rakyat merupakan agenda pembangunan yang penting dan strategis.

Salah satu penyebab timbulkan masalah kesejahteraan sosial di Kabupaten Kampar diantaranya adalah Bencana Alam. Pada tahun 2010 jumlah PMKS dari korban bencana alam mencapai 23,47% dari seluruh jenis PMKS yang ada. Tingginya jumlah PMKS yang berasal dari korban bencana alam disebabkan karena seringnya kejadian bencana alam di wilayah Kabupaten Kampar. Data perkembangan kejadian Bencana Alam di Kabupaten Kampar tahun 2006 s/d 2010 dapa dilihat pada tabel berikut :

Tabel 25 Jumlah Kejadian Bencana Alam Menurut Jenis Bencana Tahun 2006-2010 NO BENCANA 2006 2007 2008 2009 2010 1 Banjir 72 69 9 74 1 2 Kebakaran 0 9 10 31 37 3 Angin Topan 1 0 2 19 3 4 Tanah Longsor 1 0 0 0 0

Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kab. Kampar 2010

Sejak Tahun 2006 s/d 2010 jumlah kejadian bencana alam Banjir di Kabupaten Kampar telah terjadi sebanyak 224 kejadian, kebakaran 87 kejadian, angin topan sebanyak 25 kejadian dan tanah longsor 1 kejadian.

Berdasarkan informasi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kab. Kampar, korban bencana banjir pada tahun 2007 sebanyak 72 desa dari 15 kecamatan, tahun 2008 sebanyak 9 desa dari 3 kecamatan, tahun 2009 sebanyak 74 desa dari 14 kecamatan dan tahun 2010 hanya 1 kecamatan Tapung. Korban Bencana Banjir pada tahun 2007 sebanyak 9 rumah, tahun 2008 sebanyak 10 unit rumah, tahun 2009 sebanyak 31 rumah dan tahun 2010 sebanyak 37 unit rumah. Bencana alam putting beliung tahun 2007 tidak ada, tahun 2008 2 desa, tahun 2009 sebanyak 19 desa dan tahun 2010 sebanyak 3 desa. Masalah kesejahteraan sosial di Kabupaten Kampar yang semakin kompleks dan luas perlu diikuti oleh berfungsinya mekanisme pencegahan dan penanggulangan masalah yang cepat, tepat, dan berkelanjutan dengan cara menggali dan mendayagunakan modal sosial dalam masyarakat. Sampai dengan tahun 2010 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (MPKS) yang tertangani di Kabupaten Kampar disajikan pada tabel berikut :

Tabel 26 Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (MPKS) yang Tertangani Tahun 2010 Kabupaten Kampar

NO JENIS PMKS JENIS KELAMIN JUMLAH (JIWA)

L P

1 Anak balita terlantar - - -

2 Anak terlantar 3,650 3,765 7,415

3 Anak Nakal 30 37 67

4 Anak Jalanan 22 25 47

5 Anak Cacat 207 230 437

6 Wanita Rawan Sosial Ekonomi - 5,701 5,701 7 Wanita Korban Tindak Kekerasan - 17 17 8 Lanjut Usia terlantar 2,182 2,303 4,485 9 Penyandang cacat 1,122 1,324 2,446

10 Tuna Susila - 50 50

11 Pengemis 18 10 28

12 Gelandangan 11 8 19

13 Bekas warga binaan Lembaga Kemasyarakatan (BWBLK) 40 7 47 14 Korban penyalahgunaan NAPZA 77 13 90 15 Keluarga Fakir Miskin 4,331 7,337 11,668 16 Keluarga yang tinggal di rumah tak layak huni 2,365 2,750 5,115 17 Keluarga bermasalah sisial psikologi 13 14 27

18 Komunitas adat terpencil - - -

19 Korban Bencana Alam 5,941 5,945 11,886

20 Korban Bencana Sosial - - -

21 Pekerja Migran Bermasalah Sosial 311 104 415 22 Penyandang HIV/ AIDS (ODHA) - - -

23 Keluarga Rentan 351 323 674

Jumlah 20,671 29,963 50,634

Dari 50.634 jiwa PMKS yang ditangani, sebanyak 20.671 jiwa (40,82%) adalah laki-laki dan 29.963 jiwa (59,18%) adalah perempuan. Dilihat dari jenis PMKS yang ditangani, PMKS korban Bencana Alam yang paling banyak ditangani yakni sebesar 23,47%, diikuti dengan PMKS Keluarga Fakir Miskin sebesar 23,04%, anak terlantar 14,64%, Wanita rawan sosial ekonomi 11,26%, Keluarga yang tinggal di rumah tak layak huni 10,10%, Lanjut Usia terlantar 8,86% dan penyandang cacat 4,85%.

Masalah-Masalah Bidang Sosial:

1. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang penanganan bekas penyakit kronis. 2. Keterlambatan laporan bencana / pengajuan proposal dari lokasi ke Kabupaten 3. Keterbatasan dana, sarana prasarana, dan SDM pelaksana kegiatan pelayanan

kesejahteraan sosial.

4. Rendahnya kualitas penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Permasalahan penyandang cacat antara lain; kendala kemandirian, produktifitas dan hak untuk hidup normal, terutama akses ke pelayanan sosial dasar, terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga pelayanan sosial untuk berbagai jenis kecacatan, dan aksesibilitas pelayanan umum untuk mempermudah kehidupan mereka. Masalah ketunasosialan yang terdiri dari gelandangan dan pengemis serta tuna susila, selain disebabkan oleh kemiskinan juga diakibatkan ketidakmampuan individu untuk hidup dan bekerja sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.

5. Rendahnya kualitas manajemen dan profesionalisme pelayanan kesejahteraan sosial dan belum serasinya kebijakan kesejahteraan sosial di tingkat nasional dan daerah. 6. Lemahnya penanganan korban bencana alam dan sosial. Korban bencana alam yang

harus ditangani seperti korban akibat banjir, dan korban kerusuhan sosial dan sejenisnya. Persoalan bencana alam muncul karena terbatasnya kemampuan sumberdaya manusia dan teknologi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya bencana alam. Selain itu masih adanya sikap mental sebagian warga masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah rawan bencana alam yang menghambat kelancaran penanganan bencana. Untuk penanganan masalah korban kerusuhan sosial/gejolak sosial (termasuk pengungsi lokal) perlu terus diupayakan agar terjaga kelangsungan hidupnya. Persoalan yang muncul adalah penempatan kembali korban kerusuhan sosial di lokasi asal maupun baru, masalah sosial psikologis dan kecemburuan sosial antara pendatang dengan penduduk setempat, dan keterlantaran anak di lokasi pengungsian.

Isu-isu Strategis Bidang Sosial:

a. Masih terbatasnya pelayanan dan rehabilitasi sosial untuk anak telantar, lanjut usia telantar dan penyandang cacat telantar dan/atau berat.

Negara berkewajiban menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial yang berkualitas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kapabilitas, harkat, martabat dan kualitas hidup penduduk miskin dan rentan, terutama sebagai PMKS. Selain itu, dalam menangani masalah kesejahteraan sosial, Pemerintah mengembangkan prakarsa dan peran aktif

masyarakat, mengembangkan sistem perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial, serta memperkuat ketahanan sosial bagi setiap warga Negara agar mereka memiliki kemampuan individual dan kelembagaan yang lebih tinggi dalam mengatasi masalah kesejahteraan sosial.

b. Belum optimalnya pemberdayaan bagi fakir miskin dan komunitas adat terpencil (KAT). Upaya pemberdayaan sosial yang seharusnya meletakkan berbagai upaya untuk membangun kapasitas individu dan kelembagaan PMKS masih belum berjalan secara optimal. Keputusan bagi penyelesaian masalah yang dihadapi oleh PMKS masih lebih banyak dilakukan oleh aparat pemerintah sehingga bantuan yang disediakan pemerintah seringkali tidak tepat sasaran atau tidak tepat guna.

IV.1.22. Kebudayaan

Untuk menghadapi era globalisasi sesuai dengan posisi kabupaten Kampar, maka pembangunan bidang kebudayaan lebih diarahkan pada upaya untuk meminimalisasi pergeseran-pergeseran nilai-nilai yang akan berdampak kepada masyarakat. Perkembangan masyarakat yang sangat cepat sebagai akibat dari globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi memerlukan penyesuaian tata nilai dan perilaku. Dalam suasana dinamis tersebut, pengembangan kebudayaan diharapkan dapat memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional dan daerah yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Disamping itu, pengembangan kebudayaan dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai bangsa.

Kabupaten Kampar memiliki keragaman suku dan budaya, selain memiliki budaya asli, yaitu budaya Melayu. Keberagaman suku dan budaya juga merupakan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa karena keberagaman itu merupakan aset daerah yang dapat menghasilkan devisa. Meskipun beragam, budaya Melayu memiliki darik tarik tersendiri karena mengandung falsafah hidup orang Melayu yang tidak ketinggalan oleh kemajuan zaman. Selain itu, penghargaan masyarakat yang memiliki budaya yang berbeda dengan budaya Melayu merupakan hal yang kondusif bagi perkembangan budaya Melayu. Kondisi seperti ini perlu dipertahankan dan dikembangkan agar budaya Melayu tetap eksis, terutama dalam menghadapi perkembangan budaya secara global.

Dalam rangka mendorong tumbuhnya ketahanan budaya dan meningkatkan kualitas budaya masyarakat maka perlu dilakukan dokumentasi, perlombaan dan penelitian terhadap aspek-aspek nilai-nilai luhur budaya daerah seperti adat istiadat, pakaian, rumah adat, permainan anak dan masyarakat, serta tradisi-tradisi yang masih melekat pada kelompok masyarakat. Selain itu, perlu dilakukan penanaman dan penyebarluasan nilai-nilai budaya daerah kepada masyarakat terutama generasi muda dan siswa sekolah melalui berbagai penyuluhan dan lomba karya ilmiah serta pertemuan dan diskusi. Dengan dilaksanakan berbagai kegiatan tersebut diharapkan masyarakat makin sadar sehingga akan menggugah rasa kenersamaan dalam masyarakat dan pada gilirannya akan tumbuh rasa saling menghormati dan

menghargai, dan menjauhkan diri dari segala ancaman pertentangan, pertikaian dalam masyarakat.

Sisi lain yang perlu dijaga dan dikembangkan adalah tempat-tempat permainan rakyat, sanggar/teater, gedung sejarah dan bukti peninggalan masa lampau, adat istiadat yang bernuansa Melayu perlu terus mendapatkan perhatian, sehingga akan mempererat dan memperkokoh persaudaraan, dan aset-aset yang mempunyai nilai budaya daerah dapat dibanggakan oleh masyarakat dan tidak dilupakan oleh generasi yang baru berkembang. Masalah-Masalah Bidang Kebudayaan:

1. Lemahnya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya, yang diperlihatkan dengan adanya gejala menguatnya orientasi kelompok, etnik, dan agama, yang berpotensi menimbulkan konflik sosial dan bahkan disintegrasi bangsa;

2. Adanya krisis jati diri (identitas), yaitu adanya nilai-nilai sosial, kekeluargaan, keramahtamahan sosial, dan rasa cinta tanah air yang pernah dianggap sebagai kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa, semakin pudar bersamaan dengan menguatnya nilai-nilai materialisme;

3. Kurangnya kemampuan bangsa dalam mengelola kekayaan budaya, salah satu contoh yang nyata adalah apresiasi dan kecintaan masyarakat terhadap budaya dan produk dalam negeri yang masih rendah, karena keterbatasan informasi.

Isu-isu Strategis Bidang Kebudayaan:

1. Dukungan yang lebih memadai dalam pengelolaan urusan kebudayaan baik dana, peningkatan kualitas SDM aparatur maupun koordinasi dengan instansi terkait.

2. Peningkatan sosialiasi dan koordinasi dengan seniman seniwati Kabupaten Kampar untuk meningkatkan wadah kreatifitas seni dalam bentuk group/kelompok

3. Menurunkan ketegangan dan segala bentuk ancaman konflik antara kelompok masyarakat; 4. Pengembangan penerapan nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka

memantapkan budaya nasional/daerah yang terwujud dalam setiap aspek kebijakan pembangunan;

5. Meningkatkan pelestarian dan pengembangan kekayaan budaya dan Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya dan produk daerahnya;

6. Mengembangkan aspek sosial budaya masyarakat dalam rangka membangun dan mengembangkan nilai-nilai sosial baru yang berkenaan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia seperti pengembangan wawasan, etos kerja dan semangat berkarya; 7. Peningkatan pengamalan kebudayaan dan adat istiadat sebagai identitas kebanggaan.

IV.1.23. Statistik

Kabupaten Kampar dengan segala potensi daerah yang ada, memerlukan gambaran objektif pada berbagai bidang/sektor kehidupan masyarakatnya yang perlu diungkapkan secara transparan dalam bentuk data, sehingga berbagai peluang dan tantangan dalam mempersiapkan landasan bagi pembangunan daerah ini dapat dilakukan dengan baik dan

terencana. Oleh karena itu informasi statistik yang lengkap, akurat dan komprehensif tidak hanya diperlukan oleh Pemerintah Daerah saja untuk memformulasikan berbagai kebijakan, tetapi juga bagi dunia usaha dalam memanfaatkan berbagai peluang investasi yang terbuka luas di daerah ini.

Keberadaan informasi statistik yang lengkap dan terpecaya harus sesuai dengan perkembangan daerah saat ini karena sangat diperlukan dalam berbagai perencanaan pembangunan secara matang. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan kualitas dan lingkup cakupannya tetap menjadi perhatian dan prioritas utama di masa yang akan datang. Ketersediaan data pembangunan yang terbatas seringkali menjadi masalah ketika akan melakukan perencanaan pembangunan. Data statistik yang lengkap, akurat dan mutakhir merupakan suatu dasar bagi terwujudnya perencanaan pembangunan yang tepat sasaran.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG (Halaman 171-183)