• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urusan Wajib

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG (Halaman 125-139)

ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

IV.1. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN

IV.1.1. Urusan Wajib

IV.1.1.1. Pendidikan

Undang Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan. Oleh karena itu, Negara Kesatuan Republik Indonesia berkewajiban mewujudkan layanan pendidikan bermutu kepada seluruh warga negara tanpa memandang sosial, ras, etnis, agama dan gender. Dalam kerangka otonomi daerah pemenuhan amanah konstitusi dimaksud membutuhkan keterpaduan dan keselarasan kebijakan, program maupun kegiatan pembangunan pendidikan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten yang berpedoman pada rencana strategis pembangunan pendidikan Nasional. Renstra pembangunan pendidikan nasional menempatkan 3 (tiga) pilar pembangunan pendidikan yaitu pemerataan dan akses layanan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta tatakelola dan pencitraan publik yang menjadi pedoman dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Kampar terkait urusan pendidikan.

Pelaksanaan program pembangunan pendidikan di Kabupaten Kampar telah menunjukkan peningkatan terlihat dari makin berkembangnya suasana belajar mengajar di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Dengan dilaksanakannya program pembangunan, pelayanan pendidikan telah dapat menjangkau semua wilayah. Peningkatan akses pendidikan masyarakat harus di ikuti dengan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan pada semua kelompok masyarakat. Indikator yang biasa di pakai untuk mengevaluasi keberhasilan dalam pembangunan bidang pendidikan yang terkait dengan hak akses seseorang anak menerima pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu adalah dengan menghitung Angka Partisipasi Kasar (APK) suatu jenjang pendidikan. Angka Partisipasi Kasar menunjukkan proporsi anak sekolah, baik laki-laki maupun perempuan pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka ini memberikan gambaran secara umum mengenai jumlah anak yang menerima pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu dan biasanya tidak memperhatikan umur siswa. Untuk

melihat persentase Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Kampar berdasarkan jenjang pendidikan Tahun 2006–2010, dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Angka Partisipasi Kasar (APK) Berdasarkan Jenjang Pendidikan Tahun 2006-2010 Kabupaten Kampar

NO JENJANG PENDIDIKAN ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) %

2006 2007 2008 2009 2010

1 SD/MI/SDLB 105,56 106,35 107,40 109,00 110,60 2 SMP/MTS/SMP LB 88,40 89,70 90,90 95,70 98,70 3 SMA/MA/SMK/SMA LB 39,52 38,95 38,93 53,19 57,73

Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kampar, 2011

Dari tabel di atas terlihat bahwa Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Kampar terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, kecuali untuk jenjang pendidikan SMA sederajat yang mengalami penurunan pada Tahun 2007 dan 2008. Kenaikan APK Kabupaten Kampar ini memberikan indikasi bahwa terjadinya peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan di semua jenjang pendidikan yang ada di Kabupaten Kampar. Hal ini tentu tidak terlepas dari besarnya komitmen Pemerintah Daerah Kampar itu sendiri, tidak hanya dalam membangun dan merehab gedung sekolah, tetapi juga dalam membuat program-program strategis dalam menunjang dunia pendidikan di Kabupaten Kampar, Termasuk juga upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar dalam meningkatkan kesejahteraan bagi guru-guru yang bertugas di daerah terisolir.

Tabel 2Angka Partisipasi Murni (APM) Berdasarkan Jenjang Pendidikan Tahun 2006-2010 Kabupaten Kampar

NO JENJANG PENDIDIKAN ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) %

2006 2007 2008 2009 2010

1 SD/MI/SDLB 89,53 90,20 99,20 99,40 99,50 2 SMP/MTS/SMP LB 86,04 88,66 88,29 84,50 87,20 3 SMA/MA/SMK/SMA LB 38,14 37,83 38,21 48,65 49,98

Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kampar, 2011

Dari Tabel di atas terlihat bahwa Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Kampar untuk jenjang pendidikan SD sederajat terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan terbesar terjadi pada rentang Tahun 2007 - 2008, yaitu sebesar 9 persen. Hal ini tidak di ikuti oleh jenjang pendidikan SMP dan SMA sederajat, yang cendrung mengalami fluktuasi. Untuk Angka Partisipasi Murni pada jenjang pendidikan SMP sederajat terjadi penurunan yang drastis pada rentang Tahun 2008 – 2009, yaitu sebesar 3,79 persen. Namun pada tahun berkutnya terjadi lagi peningkatan, meskipun peningkatan tersebut belum bisa menyamai Angka Partisipasi Murni Kabupaten Kampar tahun 2008. Kondisi ini tidak jauh berbeda untuk jenjang pendidikan SMA sederajat, dimana Angka Partispasi Murni mengalami fluktuasi selama rentang lima tahun terakhir. Pada periode Tahun 2007 – 2008 terjadi penurunan APM, namun pada tahun berikutnya justru terjadi peningkatan yang cukup signifikan.

IV.1.1.1.1. Pendidikan Anak Usia Dini

Program Pendidikan Anak Usia Dini di Kabupaten Kampar merintis program yang dikenal dengan taman pendidikan. Pendidikan ini sifatnya holistik, yaitu terintegrasi antara Posyandu, Bina Keluarga Balita dan Pendidikan serta program ini berbasis masyarakat (dari oleh dan untuk masyarakat). Berdasarkan Kampar Dalam Angka tahun2009/2010 di Kabupaten

Kampar pada tahun 2009 terdapat sebanyak 275 Taman Kanak-kanak (TK) dengan jumlah siswa sebanyak 10.985 orang dan jumlah guru sebanyak 1044 orang.

IV.1.1.1.2. Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Kondisi pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Kampar masih dalam kaitan yang sama dengan kondisi pendidikan nasional. Kondisi spesifik yang paling menonjol adalah batasan geografis yang menjadi faktor paling utama, yaitu keterbatasan aksesbilitas transportasi maupun komunikasi. Jumlah peserta didik dari tahun ke tahun untuk daerah terpencil terus bertambah seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk. Sementara jumlah sekolah dan guru yang tersedia relatif lebih rendah. Ratio murid dan guru pada jenjang SD/MI yaitu 13 dan jenjang SMP/MTs yaitu 11. Masalah kekurangan guru tidak hanya terjadi di daerah pedesaan, melaikan juga di daerah perkotaan. Hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa program wajib belajar 9 tahun harus menunjukkan keberhasilan yang ditandai dengan menurunya jumlah angka buta huruf, sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Kampar.

Daya serap penduduk usia sekolah yang termasuk kedalam wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun terus berupaya untuk ditingkatkan dan angka putus sekolah terus berusaha untuk diturunkan. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang SD/MI mencapa 110,60 % dan jenjang SMP/MTs mencapai 87,20% dengan Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang SD/MI yaitu 99,50% dan jenjang SMP/MTs yaitu 98,70%.

IV.1.1.1.3. Pendidikan Menengah dan Kejuruan

Pemerintah Daerah terus berupaya agar setiap penduduk usia sekolah dapat mengenyam pendidikan dengan baik. Hal tersebut diantaranya dengan meningkatkan daya serap setiap jenjang pendidikan yang ada. Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang SMA/SMK/MA yaitu sebesar 57,73% dan Angka Partisipasi Murni (APM) mencapai 49,98%. Ini berarti sebanyak 50% dari penduduk usia sekolah 16-18 tahun di Kabupaten Kampar telah dapat di tampung pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA. Di Kabupaten Kampar setiap 11 murid pada jenjang SMA/SMK/MA rata-rata diajar oleh seorang guru.

IV.1.1.1.4. Pendidikan Non Formal

Tantangan pembangunan pendidikan Kabupaten Kampar ke depan mengharuskan adanya perhatian yang menyeluruh terhadap sektor pendidikan oleh Pemerintah Daerah tidak hanya sebatas pada sektor pendidikan formal, akan tetapi juga lembaga pendidikan non formal, sekolah, dan luar sekolah harus pula memperoleh pemberdayaan yang maksimal, sehingga potensi dan sarana pendidikan mampu memberikan penyediaan pelayanan pendidikan kepada masyarakat untuk memperoleh kesempatan pendidikan tanpa kecuali, dengan cakupan pendidikan yang dimulai dari pra sekolah, sekolah dasar, SLTP, hingga ke pendidikan tinggi yang ada.

IV.1.1.1.5. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Untuk tetap terus meningkatkan kualitas pendidikan beberap permasalahan yang tetap harus dijaga antara lain bagaimana meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kualitas guru, peningkatan kesejahteraan tenaga pengajar, jumlah guru yang tersebar dan masih banyak lagi yang perlu penanganan lebih serius. Untuk tetap terus meningkatkan kualitas pendidikan beberapa permasalahan yang tetap harus dijaga antara lain bagaimana meningkatkan sarana dan prasarana pendididkan, peningkatan kualitas guru, peningkatan kesejahteraan tenaga pengajar, jumlah guru yang tersebar dan masih banyak lagi yang perlu penanganan lebih serius.

Masalah-Masalah Bidang Pendidikan:

1. Masih belum tuntasnya WAJAR DIKDAS 9 TAHUN dan masih relatif rendahnya angka partisipasi pendidikan (formal dan non formal) untuk semua jenis dan jenjang pendidikan sehingga akan berdampak pada penyediaan SDM yang berkualitas;

2. Masih belum terimplimentasinya dengan baik Standar Nasional Pendidikan (SNP) untuk semua jenis dan jenjang pendidikan sehingga akan berdampak pada rendahnya daya saing daerah;

3. Masih belum terimplimentasinya dengan baik good governance dan prinsip desentralisasi dalam tata kelola bidang pendidikan, baik pada tataran lembaga pendidikan maupun pada tataran yang lebih tinggi sehingga berdampak pada efisiensi; 4. Masih terdapatnya disparitas dalam berbagai aspek pendidikan (dari sisi perluasan dan

akses, dari sisi mutu dan relevansi, dari sisi pelayanan);

5. Masih belum terpadunya pendidikan nilai dan kepribadian dengan pendidikan akademis di lembaga-lembaga pendidikan;

6. Pengembangan kompetensi guru yang relatif lambat jika dibandingkan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;

7. Penyebaran guru relatif kurang merata, dan jumlah guru studi sain yang masih belum mencukupi.

Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan

1. Belum tercapainya ketuntasan WAJAR DIKDAS 9 tahun secara merata terutama di daerah sulit dan terpencil

2. Masih besarnya kesenjangan antara partisipasi pendidikan di setiap jenjang pendidikan antar kecamatan

3. Masih belum idealnya ketersediaan sarana dan prasarana guna menunjang perluasan akses pendidikan untuk semua jenjajng

4. Masih belum tercapainya angka ideal bagi perbandingan antar jenjang sekolah (TK terhadap SD/MI; SD/MI terhadap SMP/MTs dan SMP/MTs terhadap SMA/SMK/MA) 5. Masih relatif rendahnya angka pertisipasi sekolah

6. Belum idealnya APK dan APM untuk SMU

Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan

1. Masih relatif besarnya kesenjangan mutu pendidikan di setiap jenjang pendidikan antar kecamatan

2. Masih besarnya persentase guru yang belum memenuhi standar kualifikasi yang sudah ditentukan (S1), terutama pada jenjang pendidikan dasar

3. Masih besarnya persentase guru yang mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya (ijazahnya) di tingkat SMP, MTs, SMA, SMK, dan MA 4. Masih belum meratanya distribusi guru antar daerah pada semua jenjang dan jenis

pendidikan

5. Masih relatif besarnya angka ketidak lulusan dan angka putus sekolah (drop-out) di sekolah-sekolah yang berada di daerah sulit dan terpencil

6. Belum dimanfaatkannya secara optimal ICT dalam pembelajaran 7. Masih relatif rendahnya persentase guru yang memperoleh sertifikasi

8. Masih belum idealnya prolehan rata-rata nilai Ujian Nasional pada jenjang SMP/MI dan SMA/SMK/MA

9. Masih belum terpetakannya standar kompetensi guru untuk semua mata pelajaran pada semua jenjang pendidikan

10. Masih relatif rendahnya persentase kesetersediaan fasilitas sekolah dan fasilitas penunjang pendidikan

11. Rendahnya rasio buku dan siswa

12. Rendahnya persentase SMK yang melaksanakan sistem ganda 13. Rendahnya angka lulusan SMK yang terserap oleh dunia kerja Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik

1. Belum dimanfaatkannya ICT dalam pengelolaan data pendidikan dan pemberian pelayanan

2. Belum tersusunnya data-base pendidikan

3. Belum diimplimentasikannya Manajemen Berbasis Sekolah secara utuh di sekolah-sekolah

4. Belum terwujudnya good governance dan pelayaan prima dalam manajemen pendidikan

5. Belum efektifnya sistem kepengawasan kependidikan 6. Belum tertatanya dengan baik manajemen aset pendidikan 7. Relatif masih rendahnya angka koeefisien efisiensi pendidikan Isu-Isu Strategis Bidang Pendidikan:

1. Peningkatan akses dan pemerataan pendidikan untuk semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan

2. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan pada semua jalur, jenis dan jenjang pen didikan

IV.1.2. Kesehatan

Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, antara lain diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam pengukuran IPM, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan ekonomi. Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Adapun indikator yang dijadikan dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia yang berkaitan dengan kesehatan adalah Angka Harapan Hidup. Kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama diukur dengan indikator harapan hidup pada saat lahir. Variabel ini mencerminkan lama seseorang hidup dan lama seseorang hidup sehat. Lamanya sesorang dapat bertahan hidup dan seseorang itu hidup dalam keadaan sehat dapat ditunjukkan dengan besarnya angka harapan hidup suatu wilayah. Untuk melihat Angka Harapan Hidup di Kabupaten Kampar dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2009, dapat di lihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1Perbandingan Angka Harapan Hidup dengan Rata-rata Angka Harapan Hidup Provinsi Riau Tahun 2005-2009 Kabupaten Kampar

Sumber : Kampar Dalam Angka Beberapa Tahun, 2011

Dari gambar di atas terlihat bahwa dari tahun ke tahun Angka Harapan Hidup di Kabupaten Kampar menunjukkan peningkatan, meskipun peningkatan tersebut tidak begitu signifikan. Kenaikan angka harapan hidup menunjukkan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dibalik kenaikan angka harapan hidup tercermin perbaikan pada pelayanan kesehatan melalui keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Namun hendaknya, Pemerintah Kabupaten Kampar jangan terlalu cepat merasa puas dengan hasil yang sudah di raih, karena Jika di bandingkan dengan rata – rata Angka Harapan Hidup Provinsi Riau, Kabupaten Kampar masih jauh di bawah. Ini memberikan gambaran bahwa kabupaten/ kota lain masih banyak yang lebih bagus di bandingkan dengan capaian Angka Harapan Hidup Kabupaten Kampar itu sendiri. Pada tahun 2008, Kabupaten Kampar berada pada urutan ke delapan dari 11 kabupaten kota yang ada. Sedangkan pada tahun 2009, Kabupaten Kampar berada pada

urutan kesembilan dari 12 kabupaten/kota yang ada jika di lihat dari Angka Harapan Hidupnya.

Pembangunan kesehatan di Kabupaten Kampar bukan hanya bagaimana meningkatkan Indek Pembangunan Manusia melalui peningkatan Angka Harapan Hidup semata, tapi banyak indikator lainnya yang juga mendapat prioritas, seperti peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kampar itu sendiri. Gambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator mortalitas, morbiditas dan status gizi. Jumlah mortalitas dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup. Morbiditas dapat dilihat dari indikator angka kesakitan Malaria per 1.000 penduduk, angka kesembuhan TB. Paru per 1.000 penduduk, Angka Akut Flacid Paralysis dan angka kesakitan Deman Berdarah Dengue per 100.000 penduduk.

Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat atau dapat digunakan sebagai indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Tinggi rendahnya angka kematian, secara umum di pengaruhi erat dengan tingkat kesakitan dan golongan bayi, Balita dan ibu maternal (hamil, melahirkan, nifas). Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk mengukur keberhasilan program berbagai penyebab kematian maupun program kesehatan ibu dan anak, sebab angka kematian bayi ini berkaitan erat dengan tingkat kesehatan ibu dan anak.

Meskipun belum ada data yang valid, namun untuk tahun 2010 ini target Angka Kematian Bayi untuk Kabupaten Kampar adalah sebesar 26 per 1.000 kelahiran hidup. Pada kenyataannya, target ini tidak bisa terpenuhi oleh Pemerintah Kabupaten Kampar. Sebagai gambaran, dari data yang ada pada tahun 2009 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Kampar adalah 37 per 1.000 kelahiran hidup. Capain ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata Angka Kematian Bayi Nasional tahun 2007 sebesar 41 per 1.000 kelahiran hidup. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan cakupan pelayanan terhadap bayi neonatal dan ibu hamil, serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terus meningkat.

Disamping Angka Kematian Bayi juga ada Angka Kematian Balita. Angka Kematian Balita adalah jumlah anak umur 0 - 4 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Pada tahun 2010, target AKABA Kabupaten Kampar mengacu kepada target Nasional, yaitu sebesar 58 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sulit di penuhi, mengingat pada tahun 2002 saja AKABA Kabupaten Kampar sebesar 61 per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu kematian yang perlu mendapat perhatian khusus bagi semua pihak adalah Angka Kematian Ibu. Angka Kematian ibu adalah jumlah kematian ibu pada masa kehamilan, melahirkan dan nifas per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan survey IMR dan MMR oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar pada tahun 2002 di ketahui Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kampar sebesar 352 per 100.000 kelahiran hidup. Jika di lihat Angka Kematian

Ibu rata-rata secara nasional tahun 1999 yaitu 425 per 100.000 kelahiran hidup. Kondisi ini jauh lebih buruk jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, dimana Angka Kematian Ibu hanya sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup. Negara Filipina sendiri jauh lebih baik dibandingkan dengan Indonesia, yaitu sebesar 140 per 100.000 kelahiran hidup apalagi Thailand yang sudah mencapai angka 100 per 100.000 kelahiran hidup.

Disamping ada angka kematian, di bidang kesehatan juga di kenal dengan istilah Angka Kesakitan. Angka Kesakitan penduduk di dapat dari masyarakat dan dari sarana pelayanan kesehatan yang diperoleh dari berbagai laporan yang terkait dengan kesehatan. Indikator yang digunakan untuk melihat kondisi kesehatan di suatu wilayah adalah Incidence Rate dan Prevalence Rate. Ada berbagai jenis penyakit yang menjangkiti masyarakat Kampar selama lima tahun terakhir ini. Untuk melihat persentase sepuluh macam penyakit yang paling banyak di derita oleh masyarakat, dapat di lihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2 Sepuluh Macam Penyakit Paling Banyak di Derita Masyarakat Tahun 2010 Kabupaten Kampar

Sumber : Kampar Dalam Angka, 2010

Dari gambar di atas terlihat bahwa penyakit Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas merupakan penyakit yang paling banyak di derita oleh masyarakat Kampar, yaitu sebesar 40,90 %, disusul oleh penyakit Diare & Gastroenteritis penyebab infeksi tertentu sebesar 10,29. Hai ini berarti, hampir separoh penyakit yang di derita oleh masyarakat Kampar pada tahun 2010 adalah dari jenis Penyakit Infeksi akut pada saluran pernafasan. Sedangkan persentase penyakit yang paling sedikit penderita dari sepuluh penyakit adalah penyakit sebab luar lainnya, yaitu sebesar 3,26 %.

Jika di lihat dari masyarakat Kampar yang menderita penyakit di atas cukup memprihatinkan. Pada tahun 2010 saja, ada sebanyak 55.749 orang yang menderita penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan atas. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai di daerah tropis, yaitu ada sebanyak 73.003 orang. Untuk melihat jumlah penderita

masing-masing penyakit tersebut empat tahun terakhir di Kabupaten Kampar, dapat di lihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 3Sepuluh Macam Penyakit Paling Banyak di Derita Masyarakat Tahun 2007-2010 Kabupaten Kampar

NO. JENIS PENYAKIT JUMLAH PENDERITA

2007 2008 2009 2010 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Penyakit Infeksi usus lainnya ISPA

Hipertensi Esensial Arthritis Rheumatoid Diare & Gastroentritis Infeksi Kulit & Jari. Sub kutan Gatritis & Duodenitis Sebab Luar lainnya Dermatitis & Eksim Penyakit lain pada SPA

6.927 32.825 11.896 9.784 15.367 8.851 5.169 77.341 17.701 7.491 5.242 70.516 15.286 22.196 18.449 14.904 9.585 19.517 11.383 7.634 85.239 73.003 18.137 16.243 13.844 13.037 12.433 6.269 6.580 6.580 7.895 55.749 12.331 10.406 14.029 10.063 11.453 4.452 4.914 4.994 J u m l a h 193.352 194.712 251.365 136.286

Sumber : Kampar Dalam Angka, 2011

Dari Tabel di atas terlihat bahwa ada kecendrungan dari tahun ke tahun jumlah penderita penyakit di Kabupaten Kampar mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit di Kabupaten Kampar, namun kondisi ini kembali terjadi penurunan pada tahun 2010. Kondisi ini hendaknya bisa di pertahankan pada tahun 2011, kalau bisa di turunkan lagi. Sebagai leading sector, Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar harus mampu mengatasi permasalahan ini. Meskipun upaya menjaga kesehatan merupakan kewajiban setiap masyarakat itu sendiri.

Dalam upaya mengatasi berbagai jenis penyakit yang menyerang masyarakat di Kabupaten Kampar, ketersediaan sarana kesehatan sangat mutlak di perlukan. Hingga tahun 2010, ketersediaan sarana kesehatan pemerintah secara umum jumlahnya masih di dominasi Puskesmas Pembantu, yaitu sebanyak 164 buah. Hal ini dapat dimaklumi mengingat peran Puskesmas Pembantu di tujukan untuk melayani masalah kesehatan masyarakat sampai pada tingkat desa. Disamping itu keberadaan Puskesmas Keliling yang bisa menjangkau ke daerah-daerah sulit yang ada di Kabupaten Kampar dapat mengoptimalkan peran Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan pembangunan bidang kesehatan. Untuk melihat jumlah sarana kesehatan pemerintah selama lima tahun terakhir, dapat di lihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 4 Jumlah Sarana Kesehatan Tahun 2006-2010 Kabupaten Kampar

NO. SARANA KESEHATAN TAHUN

2006 2007 2008 2009 2010 1. 2. 3. 4. 5. 6. Rumah Sakit Puskesmas Perawatan Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Pembatu Puskesmas Keliling Darat

1 4 17 138 23 3 1 5 16 138 22 3 1 6 16 158 22 4 1 7 19 164 25 4 1 8 19 164 25 4

Sumber: Kampar Dalam Angka, 2011

Untuk mendukung keberadaan sarana kesehatan di Kabupaten Kampar perlu di dukung oleh ketersedian tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada publik. Kualitas

kesehatan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran, mutu dan kualifikasi, sistem pengembangan karir, dan kesejahteraan. Permasalahan yang sering timbul dalam tananan mikro operasional memunculkan persepsi rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Melihat permasalahan ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar terus berupaya dalam meningkatkan jumlah tenaga kesehatan, baik medik, paramedik perawat, paramedik non perawat dan medik.

Sedangkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang ada pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Kampar, Pemerintah Daerah telah menempatkan tenaga medis, baik dokter umum, dokter gigi, bidan dan perawat. Hal ini di harapkan untuk mempermudah pelayanan kesehatan, khususnya bagi masyarakat yang jauh tinggal dari ibukota kabupaten, Bangkinang. Meskipun demikian, untuk berbagai kasus penyakit yang bersifat berat, sekarang ini masih di rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang atau ke Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Riau, di Pekanbaru.

Jika di lihat dari tahun ketahun jumlah tenaga medis pemerintah yang di tempatkan di masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar terus mengalami peningkatan, namun peningkatannya hanya beberapa orang saja. Pada tahun 2010, jumlah dokter umum

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG (Halaman 125-139)