• Tidak ada hasil yang ditemukan

KKN? SAYA SIAP UNTUK MENGABDI! Assyifa Handayani

Dalam dokumen Sinar Rembulan di Langit Pasanggrahan (Halaman 87-96)

pencuri” -Buya Hamka-

KKN? SAYA SIAP UNTUK MENGABDI! Assyifa Handayani

Pengantar

Perkenalkan nama Saya Assyifa Handayani, biasa dipanggil Syifa. Saya mahasiswi semester 7 Fakultas Adab dan Humaniora Program Studi Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk memenuhi kewajiban kuliah, Saya dan teman-teman satu angkatan mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang diberi bobot 4 SKS. Kami berjumlah 11 orang yang di tempatkan di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Solear, Tangerang selama satu bulan. Untuk memenuhi laporan akhir kegiatan ini, Saya menyempatkan waktu berbagi cerita mengenai kegiatan yang dilakukan semenjak awal datang kesini sampai akhir, nah mau tau kan bagaimana ceritanya? Dibaca sampai akhir yaaaaaa.

Saya tergabung dikelompok 210 yang diberi nama “REMBULAN” yaitu Rela Mengabdi untuk Lingkungan Pasanggrahan, semoga saja kelompok kami mampu menyinari kegelapan Desa Pasanggrahan dengan beragam kegiatan dan kebermanfaatan yang Saya dan kawan-kawan lakukan seperti namanya. Kelompok KKN ku terdiri dari 7 Fakultas yang di antaranya, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Fakultas Syari’ah dan Hukum (FSH), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), dan Fakultas Ushuluddin (FU).

Pandangan pertama Saya dengan kawan-kawan kelompok KKN bermula di Auditorium Harun Nasution. Itulah kali pertama Saya bertemu dan berkenalan dengan orang-orang yang nanti bakal menjadi kawan hidup Saya selama sebulan di Desa Pasanggrahan. Seperti kata kebanyakan orang, pertemuan pertama pasti akan membuahkan pertemuan kedua ketiga dan selanjutnya.. hihi.. ya iyalah mau tidak mau kami pasti akan sering bertemu untuk membahas program KKN kelompok kami. Semangat!

Kuliah Kerja Nyata Bentuk Pengabdianku

Sebagai mahasiswa semester 6 akhir, mungkin Saya bukanlah satu-satunya orang yang merasa KKN adalah kegiatan yang akan menjauhkan Saya dari orang-orang terdekat, teman-teman kelas misalnya. Terlebih ini adalah tahun pertama lokasi dan kelompok KKN dipilihkan oleh kampus, bergabung dengan 10 orang kawan yang belum pernah Saya kenal sebelumnya, harus beradaptasi dengan beragam karakter selama satu bulan

68 | Desa Pasanggrahan Kecamatan Solear

di lokasi pengabdian. Tetapi Saya berpikir, “Saya kan mahasiswa”, dan mahasiswa tidak boleh berada di zona nyaman dan aman saja, mahasiswa harus berani mengambil resiko. Jika sudah berhasil di dalam kelas, di kampus, maka harus berhasil pula di kehidupan nyata, terjun langsung di masyarakat. KKN? Saya tidak takut! Saya berpikir bahwa KKN adalah wadah dari kampus yang sengaja dihadiahkan kepada Saya dan kawan-kawan, terisi dengan air yang jernih ataukah kotor nantinya tergantung bagaimana Saya sebagai pemilik wadah dituntut agar mampu menempatkannya dengan bijak. Bagaimana pihak desa dan warga bisa menerima, menyambut dan mendukung berbagai kegiatan yang Saya dan kawan-kawan lakukan nantinya, mampukah Saya dan kawan-kawan membuat mereka merasakan manfaat dari kehadiran kami? Bisa merasa betah dan nyamankah tinggal di lingkungan orang dan hidup serumah dengan kawan yang ‘sebatas’ kenal via whatsappan?? Bagaimana air dan sayuran, mudah atau sulitkah untuk ditemukan? Itulah kiranya beberapa hal menakutkan yang sempat terpikir sebelum mengetahui bagaimana keadaan yang sebenarnya di lokasi. Tapi, bismillaah beban berat sudah ada di pelupuk mata, Saya tidak sendiri Saya pasti bisa menghadapi ini, kata Saya membatin”.

Hari yang dinanti akhirnya datang menyambangi, tanggal 25 Juli 2016 tepatnya pada hari Senin, UIN resmi melepas seluruh mahasiswanya untuk melakukan pengabdian, Saya yakin benar ada beragam perasaan tengah menghantui seluruh mahasiswa yang hadir pada saat itu, entah rasa bahagia, sedih maupun haru karena harus berpisah dengan kawan-kawan seProgram Studi selama satu bulan. Bahagia, karena inilah waktunya mengabdi untuk masyarakat, mengaplikasikan ilmu yang didapat selama belajar di kelas, terjun langsung mempraktikan teori yang sudah dipelajari. Karena kata hadits, سانلل مهعفنأ سانلا ريخ manusia terbaik adalah yang bermanfaat bagi sesamanya, In syaa Allah..

Setelah selesai mengikuti pelepasan, Saya beserta kawan-kawan KKN REMBULAN memutuskan untuk mengisi perut yang keroncongan sambil membicarakan bagaimana teknis keberangkatan dan teknis pembukaan yang akan diselenggarakan di kantor Desa Pasanggrahan nanti, nah setelah semua teknis difiksasi akhirnya kami pun memutuskan untuk berangkat ke sana menggunakan mobil. Bruuumm bruuumm..

Disatukan Dalam REMBULAN..

Hari Pertama KKN setelah pelepasan, Saya memutuskan untuk berangkat lebih dahulu daripada kawan-kawan Saya, dengan alasan untuk

Sinar Rembulan di Langit Pasanggrahan | 69

menyiapkan acara pembukaan di kantor desa esok harinya dan yang terpentiiing.. supaya mobil muat ditumpangi oleh kawan mahasiswi yang seluruhnya berjumlah 5 orang dikurangi Saya. Maklum saja, kami menumpang mobil dosen pembimbing untuk menghemat biaya hehe, sementara yang laki-laki berangkat menggunakan motor. Pada tanggal 26, hari kedua KKN acara pembukaan dilaksanakan, acara ini merupakan gabungan dari 3 kelompok yang mengabdi di Desa Pasanggrahan namun berbeda RW. Saya bertugas sebagai pembaca saritilawah (Surat Luqman ayat 12 sampai 15) perwakilan dari kelompok 210. Alhamdulillah, acara berjalan lancar diawali dengan pembacaan kalam ilahi, kemudian sambutan dari mahasiswa KKN, perwakilan masyarakat, dosen pembimbing dan yang terakhir adalah sambutan dari Bapak kepala desa, yaitu Bapak Madrais S.E. Selama satu bulan KKN di Desa Pasanggrahan, Saya dan kawan-kawan tinggal di Taman Argo Subur, tepatnya di rumah yang dicarikan pak RT serta beberapa warga yang menyempatkan di sela kesibukan mereka kala survey sebelum KKN dijelang. Di sana kami menempati dua rumah yang saling berhadapan. 6 orang perempuan di rumah yang ‘agak’ besar karena di sana dijadikan tempat berkumpul, evaluasi kegiatan, dan kegiatan belajar mengajar. Sedang 5 orang laki-laki di rumah yang menurut ukuran terbilang lebih kecil dari yang ditinggali perempuan dan harus memasang selang ke rumah depan untuk mendapatkan air, baru tahu ternyata di rumah itu airnya mampet (kasiaan ). Walaupun demikian, hal seperti itu tak menjadi masalah besar bagi kami, para REMBULAN. Sebab hari-hari dengan berbagai program kegiatan menanti Saya dan kawan-kawan minta diselesaikan.

Masing-masing rumah memiliki dua kamar. Saya menempati kamar belakang bersama 2 orang teman yaitu Hilma dan Feby. Sedangkan di kamar depan ada Ayu, Riri dan Lia tiga sekawan yang selalu melakukan ‘ritual malam menjelang tidur’ yaitu menyanyi. Namun, pisahnya kamar tak menghalangi Saya untuk akrab dengan kawan-kawan semua. Karena mereka sangat ceriwis dan supel untuk bergaul. Terkadang saling bertukar cerita, saling mendukung, saling meledek, dan masih banyak lagi saling-saling lainnya. Tak ketinggalan julukan “mermaid” sang putri duyung dilontarkan untuk menggoda Hilma yang bertubuh paling sehat di antara kami. Hehehehe, Jangan diambil hati ya Hil hihi.

Namanya juga hidup, ada sisi nyaman aman tentram, juga ada sisi suram, muram dan diam. Apalagi harus menyatukan sebelas kepala dalam

70 | Desa Pasanggrahan Kecamatan Solear

satu kelompok, hal-hal yang berseberangan dengan jalan pikiran sudah pasti menjadi makanan, namun sebisa mungkin harus dienyahkan dan diredam demi terjaganya kekompakan, yaappp keselarasan tujuan. Terlebih dengan intensitas bertemu yang lebih dari 24 jam, berbagai kicauan atau candaan yang mengusik perasaan seringkali tak terbantahkan. Eh kawaaan, ini bukan sekedar whatsappan, ini ketemu beneraan wkwk. Ya lagi-lagi bagaimana cara kita menyikapi suatu keadaan, berlapang dada menerima itu sebagai suatu candaan dan tak seharusnya dibawa perasaan. Calm down!

Jujur saja, Saya merasa kawan-kawan KKN REMBULAN adalah orang-orang yang sangat menjunjung tinggi solidaritas, kompaknya melebihi apapun dan wajib harus kudu diacungkan jempol. Pokoknya beda tingkatan jika dibandingkan dengan kelompok lain, bener deh suwerrr hehe. Ditambah lagi, hanya ada 3 motor di kelompok Saya dan bagaimana caranya agar dapat mengantarkan sebelas orang ke tempat tujuan jika ada kegiatan. Butuh kerelaan dari pemilik motor dan keikhlasan dari yang tidak bawa motor untuk ditumpuk tiga dan sisanya harus bolak-balik dijemput bergantian, butuh kesabaran, kerelaan dan keikhlasan. Alhamdulillah kawan, kita disatukan dalam REMBULAN.

Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah ketika berbicara hal-hal serius mengenai sesuatu yang perlu dikerjakan ada beberapa saat seolah semua diam dan saling mengandalkan. Wajarlaaah, namanya hidup yakaan?.. Di sini Saya tak ingin sibuk menyalahkan, Saya amat sangat menyadari betapa Saya masih banyak kekurangan dan perlu koreksi dari kawan-kawan sekalian. Sikap dewasa sangatlah diperlukan, tuk menyikapi berbagai karakter yang berlainan, dari yang hobinya dandan, chattingan, setrikaan, mageran, telponan, bercandaan, sampai jalan-jalan. Eng Ing Eng.. Apapun kendalanya, Alhamdulillah semua bisa terselesaikan, dengan berakhirnya KKN berakhir pulalah program kegiatan. Tak ada pikiran selain tugas bikin laporan.. eeeh keceplosan hehe..

Berkegiatan di Desa Pasanggrahan..

Tanggal 27 Juli, setelah bersilaturahmi dengan warga sekitar Saya dan beberapa teman kelompok memutuskan untuk shalat maghrib di Masjid Taman Argo Subur di lingkungan tempat tinggal kami. Ini merupakan kali pertama kami disambut oleh anak-anak kecil yang ikut shalat berjamaah di Masjid selama mulai aktif KKN. Dengan tingkah polah khas mereka sebagai anak-anak, mereka lantas mengerubungi kami dan bertanya tentang asal-usul

Sinar Rembulan di Langit Pasanggrahan | 71

kami mengapa bisa berada di lingkungan tempat tinggal mereka. Dan ketika kami menawarkan bantuan berupa bimbingan belajar di posko kami, mereka sangat antusias sekali. Tanpa diduga, anak-anak langsung mengikuti kami dari Masjid sampai posko. Mereka berbicara banyak hal, termasuk keinginan-keinginan mereka untuk belajar mata pelajaran yang mereka anggap sulit dan yang mereka senangi. Sesampainya di posko, anak-anak yang berjumlah sekitar 6 sampai 7 orang itu langsung duduk rapi mendengarkan intruksi dari kami. Kami memutuskan untuk mengenal dahulu masing-masing anak dan begitu pula sebaliknya, barulah untuk membuat mereka semakin tertarik dan senang belajar dengan kami, kami pun mengajak mereka bermain dan bernyanyi. Hari itu, kami bersebelas ikut meramaikan dan semuanya merasa senang. Setelah dirasa cukup, anak-anak pun pulang.

Tanggal 30 Juli, Saya ditugaskan untuk ke kantor desa rapat dengan ibu-ibu PKK membahas tentang TOGA (Tanaman Obat Keluarga) kemudian bertemu dengan ibu Ning dari Kecamatan untuk berkoordinasi masalah penanaman toga. Saya diajak beliau dan ibu Nurseha selaku ketua RT 01 untuk melihat-lihat lahan contoh yang berada di dekat kantor desa. Lahan seluas 150 meter tersebut rencananya akan ditanami berbagai tanaman obat keluarga, yang kami usahakan pengadaan bibitnya sejumlah 100 bibit dari berbagai jenis tanaman. Persiapan Mengenai Bina Wilayah mungkin bisa dibilang dadakan, bayangkan saja dalam waktu 10 hari semua harus sudah siap di lahan yang nantinya jadi penilaian. Contohnya TOGA (Tanaman Obat Keluarga) yang pengadaannya harus kami majukan dari jadwal kegiatan.

Kegiatan rutin Saya setiap malam selepas maghrib yaitu mengajar ngaji di pengajian yang diasuh oleh Mama Ea guru TPA di sini, terkadang Saya mengajar mata pelajaran umum atau sekedar membantu anak-anak Taman Argo Subur mengerjakan PR yang mereka anggap sulit, mereka datang setiap sore dan malam ke tempat tinggal kami.

Tanggal 12 Agustus, seperti biasa kegiatan Saya adalah mengajar pelajaran umum seperti matematika dan IPA untuk anak-anak SD yang datang ke posko kami di siang hari. Baru kemudian sore harinya, tepat setelah maghrib Saya mengajar ngaji di TPA asuhan mama Ea, nama aslinya mama Wulan dipanggil Ea karena mengikuti nama panggilan anaknya, Sela. Hari itu adalah hari yang sangat melelahkan bagi Saya, karena Saya harus menghadapi anak-anak sendirian. Mama ea dan satu kawan yang biasa

72 | Desa Pasanggrahan Kecamatan Solear

menemani Saya mengajar berhalangan hadir, jadilah Saya mengajar mereka sendirian. Dengan segala keributan layaknya anak kecil, harus menghadapi mereka dengan penuh sabar, Saya ladeni mereka mengaji satu persatu. Karena prinsip Saya, mereka harus tetap mengaji walau waktu pulang akan menjadi lebih lama.

Tanggal 14 Agustus, tepatnya pada malam hari Saya dan teman-teman ke Masjid untuk memberikan Al-Qur’an. Karena kebetulan di Masjid sedang ada pengajian bapak-bapak, kami memutuskan untuk ikut serta mendengarkan sambutan-sambutan dan penjelasan mengenai kitab kuning. Tentu saja, dengan bahasa sunda yang bagi teman-teman KKN Saya sulit dimengerti dan asing di telinga mereka.

Pada tanggal 16 Agustus, malam harinya Saya dan kawan-kawan menuju lapangan tempat besok diadakan upacara peringatan kemerdekaan di lingkungan Taman Argo Subur untuk pertama kalinya. Setelah berkoordinasi dengan pemuda setempat, akhirnya diputuskan bahwa teman Sayalah yang menjadi pemimpin upacara, dan Saya dengan sedikit pengalman Paskibra yang Saya miliki ketika duduk di bangku MTs dan Aliyah, akhirnya mengarahkan teman-teman petugas. Karena jika dibanding Saya, mereka jauh lebih tidak menguasai bagaimana menjadi petugas upacara yang baik dan benar. Dimulai dari pengibar bendera, pemimpin, dirigen dan pembina upacara yang saat itu diwakili oleh Pak RT. Setelah itu, ketika Saya berdiri banyak anak-anak kecil, mulai dari kelas 4 SD sampai kelas 2 SMP yang menghampiri Saya, sebagian ada yang Saya kenal karena mereka adalah murid mengaji Saya. Anak-anak dengan sangat antusias bertanya mengenai berbagai hal kepada Saya, tentu saja Saya menjawab dengan senang hati berdasarkan apa yang Saya tau. Dari mulai menanyakan pelajaran sekolah, sampai pengalaman pendidikan Saya dari SD hingga kuliah. Saya menyelipkan motivasi-motivasi untuk mereka supaya giat belajar, dan memotivasi mereka untuk menaruh perhatian kepada Bahasa Arab. Semua serempak menjawab bahwa Bahasa Arab itu sulit, nah anggapan yang demikian menjadi beban sekaligus kewajiban bagi Saya untuk segera meluruskannya. Karena Saya berasal dari Fakultas Adab dan Humaniora Program Studi Bahasa dan Sastra Arab, Saya merasa miris melihat kenyataan bahwa Bahasa Arab belum banyak diminati anak-anak, Saya menganalisis bahwa belum banyak pengajar yang kompeten memberikan inovasi agar anak-anak mengubah cara pandang mereka dari yang awalnya merasa sungkan lama-lama menjadi suka dengan Bahasa Arab.

Sinar Rembulan di Langit Pasanggrahan | 73

Pagi harinya, tanggal 17 Agustus 2016 tanggal dimana Indonesia merdeka. Di hari kemerdekaan ini Saya dan teman-teman KKN mengikuti upacara untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke 71 di lapangan Taman Argo Subur yang dipimpin oleh bapak RT, yaitu bapak Junaidi. Sedang jalannya upacara di bawah pimpinan kawan KKN Saya, Rizal. Saya sendiri bertugas sebagai dirigen. Alhamdulillah upacara berjalan dengan khidmat dan lancar, suatu hal yang wajar jika kesalahan kecil masih mewarnai jalannya upacara, karena di sini upacara adalah sebuah kegiatan sakral yang baru pertama kali dilakukan di Argo Subur. Tepatnya semenjak kami ada di sini, upacara baru diadakan. Alhamdulillah, kegiatan ini akan terus diadakan nantinya oleh warga Taman Argo Subur , begitu pak RT bilang.

Tanggal 18 upacara kembali dilaksanakan di SMP Satu Atap Pasanggrahan 4 kemudian dimeriahkan dengan berbagai macam perlombaan. Tak ada suatu yang kebetulan di sini, karena 4 hari sebelum hari H, pihak sekolah menghubungi salah satu teman Saya untuk meminta kesediaan kami semua agar menjadi bagian dari acara mereka. Tentu saja, setelah seminar Terarium (kaktus dalam toples) yang telah kami lakukan di sekolah tersebut, kami hanya bisa membantu tenaga dan menambah kemeriahan acara oleh karena kehadiran kami di sana.

Tanggal 24, Perpisahan dengan guru-guru dan murid-murid SMP Satu Atap Pasanggrahan 4. Diadakan pemutaran film dokumenter selama kegiatan kami di SMP tersebut yang dibuat oleh pihak sekolah. Tak lupa juga kami membuat film kami yang isinya kegiatan sewaktu pelatihan Terarium, Upacara 17 Agustus, dan tentu saja beragam kegiatan perlombaan.

Kami dilepas dengan begitu hangat oleh Kepala sekolah, Wakil Kepala, Guru beserta Staff pengajar. Kami dikumpulkan dalam satu ruangan bersama para guru, diberikan sertifikat satu persatu sebagai kenang-kenangan, alhamdulillah semua gembira, semua merasa terbantu berkat kehadiran kami, disela-sela sambutan wakil kepala sekolah, beliau mengatakan ..” mungkin acara kemarin akan terasa biasa saja kalau tidak ada kakak –kakak mahasiswa yang membantu dan meramaikan.. terima kasih kakak sekalian, kami tidak bisa memberi kenang-kenangan apapun yang berharga, tapi sekolah kami sangat terbuka bila kakak-kakak mau kembali kesini lagi, atau barangkali ditugaskan untuk mengajar di sini.. salam untuk dosen pemimbing dan UIN Syarif Hidayatullah yang telah mengirim

kakak-74 | Desa Pasanggrahan Kecamatan Solear

kakak semua kesini.. kami sangat berterima kasih”. Begitu kata beliau sambil menahan air mata, kami semua tertunduk, sedih, terharu.

Keluarga Baru di Desa Pasanggrahan..

Saya dan kawan-kawan dijamu oleh warga Taman Argo Subur sekaligus dengan berat hati mereka melepas kami. Acara tersebut dihadiri oleh Bapak RT, Ketua DKM Masjid, Ustadz setempat, juga pemuda-pemudi dan warga yang lainnya. Terlebih dahulu dibuka oleh Ketua Pemuda Taman Argo Subur, kemudian dilanjutkan dengan pembubaran panitia 17 Agustusan beserta laporan pertanggungjawaban bendahara, sambutan dari pak RT, sambutan dari ketua KKN REMBULAN, dilanjutkan dengan pemberian nasihat untuk kami dari pak Ustadz. Katanya, “jangan pernah melalaikan shalat, tidak ada kenang-kenangan berharga yang bisa bapak beri selain nasihat ini. Setinggi apapun pendidikan yang adik-adik tempuh, sepintar apapun, seberhasil apapun nantinya akan tetap saja amalan pertama yang dimintai petanggung jawabannya adalah shalat, tak ada yang lebih penting dari itu.” Begitulah kata-kata pak ustadz menegur relung hati ini. Saling mendoakan pak, semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang Allah ridhai. Aamiin

Untuk menambah keakraban dan mempererat persaudaraan antar mahasiswa KKN dan warga, kami disuguhi nasi liwet lengkap dengan lauk pauk beserta lalapan yang diletakkan di atas pelepah pisang. Betapa nikmatnya, mengisi perut yang lapar bersama keluarga baru kami di sini, tak cukup sampai disitu, kami kembali diajak untuk menikmati suasana malam terakhir dengan diiringi petikan gitar yang dimainkan oleh si empunya rumah

canda tawa tak pelak hadir mewarnai malam perpisahan itu.

Tanpa terasa malam semakin larut, tepat pukul 00.00 kami pamit undur diri untuk kembali ke posko, “jangan anggap ini akhir dek.. sempatkan waktu untuk mampir kesini lagi.. kami sangat terbuka, syukur-syukur bila mau bantu kami di sini lagi nantinya.. selamat jalan semoga selamat sampai tujuan..” kata-kata pak RT yang diiyakan oleh warga terdengar sangat tulus dan menyentuh hati.. Aah baik Pak, insyaAllah bila nanti ada kesempatan.

Keesokan paginya, yaaa... pagi terakhir kami di Desa Pasanggrahan, Solear, Tangerang.. Setelah dirasa semua barang sudah siap dan mobil yang menjemput pun sudah datang, akhirnya kami pulang ke Ciputat dengan perasaan tenang dan senang karena semua program kerja sudah terselesaikan.

Sinar Rembulan di Langit Pasanggrahan | 75

Inilah sebagian momen yang mungkin bisa Saya bagikan kepada para pembaca sekalian, yang Saya dapat dari sini adalah bagaimana kebersamaan bisa mengalahkan keengganan dan anggapan bahwa kita tidak mampu, Saya bukanlah apa-apa tanpa kalian, REMBULAN...

76 | Desa Pasanggrahan Kecamatan Solear

4

REMBULAN DI LANGIT PASANGGRAHAN

Dalam dokumen Sinar Rembulan di Langit Pasanggrahan (Halaman 87-96)