• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONJUNGTIVITIS ENTEROVIRAL HEMORAGIKA

Dalam dokumen MANUAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (Halaman 176-181)

ICD-9 077.4; ICD-10 B30.3

(Penyakit Apollo 11, konjungtivitis hemoragika akuta)

1. Identifikasi

Pada konjunngtivitis adenovirus biasanya timbul folikel limfoid, konjuntivitis berlangsung selama 7 – 15 hari dan biasanya dengan perdarahan kecil subkonjuntiva. Salah satu dari sindroma adenovirus, seperti pada Demam Faringokonjungtival (pharyngo conjunctival fever, PCF), biasanya disertai dengan penyakit saluran pernafasan atas, demam dengan inflamasi ringan epitel kornea (epithelial keratitis)

Pada konjungtivitis Enteroviral Hemoragika Akuta (AHC) = Acute Hemorrhagic Conjunctivitis, onset terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan mata merah, bengkak dan sakit. Kadang-kadang terjadi pada kedua mata, keadaan ini berlangsung selama 4 – 6 hari, dimana perdarahan sub konjuntiva muncul pada konjungtiva bulbaris sebagai petechiae

yang membesar membentuk perdarahan subkonjungtiva konfluen. Perdarahan luas ini biasanya berakhir setelah 7 – 12 hari. Pada KLB besar dari AHC yang disebabkan oleh enterovirus ditemukan sejumlah kecil penderita dengan kelumpuhan seperti polio, termasuk cerebral palsy, radikulomielitis lumbosakral, dan paralisis neuron motorik bawah. Komplikasi neurologis berlangsung beberapa hari hingga beberapa bulan sesudah konjungtivitis dan kadang-kadang meninggalkan gejala sisa berupa kelemahan.

Konfirmasi laboratorium infeksi adenovirus dibuat antara lain dengan isolasi virus dari spesimen usap konjunngtiva yang ditanam pada kultur sel, deteksi antigen viral dengan metode IF, identifikasi asam nukleus virus menggunakan DNA probe dan adanya peningkatan titer antibodi spesifik. Infeksi enterovirus didiagnosa dengan melakukan

isolasi penyebab penyakit, dengan pemeriksaan imunofluoresen serta adanya peningkatan titer antibodi atau dengan pemeriksaan PCR.

2. Penyebab Penyakit - Adenovirus dan picornavirus.

Kebanyakan adenovirus dapat menyebabkan demam Faringo Konjungtiva/PCF (pharyngo conjunctival fever), tipe 3, 4 dan 7 adalah penyebab yang paling umum; KLB PCF

adenovirus terjadi karena penularan di kolam renang yang tidak di klorinasi dengan baik. Jenis picornavirus yang paling sering ditemukan dikenal sebagai enterovirus 70; jenis ini dan varian coxsackievirus A24 menyebabkan terjadinya berbagai KLB besar AHC.

3. Distribusi Penyakit

PCF yang terjadi dikaitkan dengan KLB penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh adenovirus atau muncul sebagai wabah musim panas yang ditularkan melalui kolam renang. AHC pertama kali dikenal di Ghana tahun 1969 dan di Indonesia pada tahun 1970; sejak itu beberapa KLB terjadi di barbagai daerah tropis di Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Tengah, Kepulauan Karibia, Kepulauan Pasifik dan sebagian Florida serta Meksiko. KLB di Semua Amerika pada tahun 1986 karena Cokxakievirus varian A24 diperkirakan menyerang 48% dari penduduk. KLB yang lebih kecil terjadi di beberapa negara Eropa, biasanya dihubungkan dengan penularan di klinik mata. Kasus-kasus AHC juga terjadi dikalangan pengungsi yang berasal dari negara-negara Asia Tenggara yang tiba di AS serta para pelancong yang kembali ke AS dari daerah yang terkena wabah AHC.

4. Reservior - manusia

5. Cara penularan

Melalui kontak langsung dengan kotoran mata yang terinfeksi. Penularan orang ke orang paling banyak terjdi di dalam lingkungan keluarga, dimana angka serangannya biasanya tinggi. Adenovirus dapat di tularkan di kolam renang yang tidak diklorinasi dengan baik dan dilaporkan sebagai “konjungtivitis kolam renang”; penyakit ini juga ditularkan melalui droplet dari saluran pernafasan. Wabah besar AHC di negara berkembang berkaitan dengan padatnya penduduk dan sanitasi lingkungan yang buruk. Anak sekolah berperan dalam penyebaran cepat AHC kepada masyarakat umum.

6. Masa inkubasi – masa inkubasi untuk infeksi adenovirus adalah 4 – 12 hari, rata-rata 8 hari. Untuk infeksi picornavirus 12 jam hingga 3 hari.

7. Masa penularan – infeksi adenovirus bisa menular hingga 14 hari sesudah onset, picornavirus setidaknya 4 hari sesudah onset

8. Kerentanan dan kekebalan – infeksi menyerang semua umur. Terjadinya infeksi ulang dan atau relaps pernah dilaporkan terjadi. Apakah dapat timbul kekebalan dan berapa lama kekebalan ini bertahan tidak diketahui dengan jelas.

128

9. Cara – cara Pemberantasan

A. Tindakan pencegahan

Karena tidak ada pengobatan yang efektif, pencegahan sangatlah penting, kebersihan perorangan sebaiknya ditekankan termasuk menghindari pemakaian handuk bersama dan menghindari kerumunan. Jaga selalu keadaan asepsis di klinik-klinik mata; cuci tangan sebelum memeriksa pasien. Klinik mata harus yakin bahwa disinfeksi tingkat tinggi pada barang-barang yang mungkin terkontaminasi telah dilakukan dengan baik. Jika terjadi KLB penutupan sekolah bisa di lakukan. Lakukan klorinasi kolam renang dengan baik.

B. Pengobatan penderita, kontak dan lingkungan sekitar

1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat; laporan wajib disampaikan bila terjadi wabah, tidak ada kasus individual yang wajib dilaporkan, kelas 4 (lihat tentang pelaporan penyakit menular)

2) Isolasi : lakukan tindakan kewaspadaan terhadap sekret dan buangan air pencuci mata, hindari kontak dengan penderita ketika penyakit ini sedang aktif, misalnya anak-anak sebaiknya tidak pergi kesekolah pada saat KLB.

3) Disinfeksi serentak : lakukan disinfeksi terhadap discharge konjungtiva dan peralatan yang terkontaminasi. Pembersihan terminal.

4) Karantina : tidak dilakukan 5) Imunisasi : tidak dilakukan

6) Investigasi kontak dan sumber infeksi : cari kasus tambahan untuk melihat apakah telah terjadi KLB dengan penularan “common source”

7) Pengobatan spesifik : tidak ada

C. Upaya Penanggulangan Wabah

1) Sediakan fasilitas yang memadai untuk mendiagnosa dan mengobati penderita dengan gejala klinis yang jelas.

2) Tingkatkan standar kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan dan hindari kepadatan.

D. Implikasi bencana : tidak ada

E. Tindakan internasional : Manfatkan pusat-pusat kerjasama WHO

IV. KONJUNGTIVITIS KLAMIDIA ICD-9 077.0; ICD-10 A74.0

(Inclusion Conjunctivitis, Paratrakhoma, Neonatal inclusion blennorrhea, “mata lengket”) – lihat bab yang terpisah untuk Trakhoma.

1. Identifikasi

Pada bayi baru lahir penyakit ini berupa konjungtivitis akut dengan discharge purulen, biasanya diketahui dalam waktu 5 – 12 hari sesudah kelahiran. Fase akut biasanya terjadi secara spontan dalam waktu beberapa minggu, tetapi radang mata bisa berlangsung

selama setahun atau lebih jika tidak diobati dan menimbulkan jaringan parut pada konjungtiva dan terbentuk infiltrat pada kornea (mikropanus). Pneumonia klamidia (lihat

Pneumonia, Klamidia) menyerang bayi serentak dengan terjadinya infeksi pada nasofaring. Diagnosa konjungtivits klamidia ditegakkan apabila Infeksi gonokokal bisa di kesampingkan

Pada anak-anak dan orang dewasa, konjungtivitis folikuler akut gejalanya sangat khas disertai dengan limfadenopati dibelakang telinga pada sisi yang terkena, hiperemia, terbentuk infiltrat dan sedikit discharge mukopurulen, kadang-kadang permukaan kornea juga terkena. Pada orang dewasa bisa juga ada fase kronis disertai dengan discharge yang lengket yang kadang-kadang bertahan selama 1 tahun atau lebih jika tidak diobati. Klamidia ini bisa menyebabkan infeksi epitel urethra pada pria dan wanita dan infeksi pada serviks pada wanita dengan atau tanpa konjungtivitis.

Pemeriksaan laboratorium untuk membantu diagnosa antara lain isolasi dengan kultur sel, deteksi antigen menggunakan pengecatan langsung preparat apus dengan IF dan pemeriksaan dengan DNA probe.

2. Penyebab penyakit – Chlamidia trachomatis dari serovarian D sampai dengan strain K. feline dari Chlamidia psittaci dapat menyebabkan keratokunjungtivitis folikuler akut pada manusia.

3. Distribusi penyakit

Kasus sporadis konjungtivitis dilaporkan terjadi diseluruh dunia menyerang orang dewasa yang mempunyai perilaku seksual aktif. Konjungtivitis pada neonatus karena C. trachomatis terjadi pada 15 – 35% bayi yang terpajan ibu yang terinfeksi. Diantara orang dewasa dengan infeksi Klamidia pada alat kelamin, 1/300 akan berkembang menjadi penyakit mata yang disebabkan klamidia.

4. Reservoir – Manusia untuk Chlamidia trachomatis dan kucing untuk C. psittaci 5. Cara penularan

Pada umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Discharge dari alat kelamin pada orang yang terinfeksi biasanya sangat menular. Pada bayi baru lahir, konjungtivitis biasanya didapat melalui kontak langsung dengan sekret infeksi jalan lahir. Infeksi didalam uterus juga bisa terjadi. Mata pada orang dewasa terinfeksi karena penularan dari sekret alat kelamin ke mata melalui jari. Kadang kala anak yang lebih besar usianya juga bisa terkena konjungtivitis yang didapat dari bayi baru lahir ataupun tertulari anggota keluarga yang lain, mereka sebaiknya juga dicurigai kemungkinan sebagai korban pelecehan seksual. Beberapa KLB yang dilaporkan terjadi diantara perenang yang berenang pada kolam yang tidak diklorinasi belum dikonfirmasikan melalui kultur, bisa jadi bukan disebabkan oleh klamidia tetapi karena adenovirus atau penyebab lain yang diketahui sebagai penyebab konjungtivitis kolam renang

6. Masa inkubasi – pada bayi baru lahir 5 – 12 hari dengan kisaran dari 3 – 6 hari dan 6 – 19 hari untuk orang dewasa.

130

7. Masa penularan – penularan tetep terjadi pada saat Infeksi pada alat kelamin dan mata masih berlangsung; klamidia masih ditemukan pada membrana mukosa lebih dari 2 tahun sesudah lahir.

8. Kekebalan dan kerentanan – tidak terbentuk kekebalan sesudah Infeksi, infeksi ulangan dapat terjadi, walaupun tingkat berat mungkin berkurang

9. Cara – cara pemberantasan

A. Tindakan pencegahan

1) Memakai kondom secara konsisten dan benar jika mengadakan hubungan sex bukan dengan pasangannya untuk mencegah penularan penyakit, dan berikan pengobatan yang tepat pada orang yang menderita uretritis dan servisitis yang disebabkan oleh klamidia.

2) Tindakan pencegahan umum yang dilakukan untuk penyakit menular seksual dapat diterapkan untuk mencegah penularan klamidia (lihat Sifilis, 9A)

3) Mengenal secara dini infeksi pada wanita hamil dengan risiko tinggi dengan kultur atau dengan pemeriksaan antigen. Pengobatan infeksi serviks pada wanita hamil untuk mencegah penularan kepada bayi yang dilahirkan. Eritromisin basa 500 mg 4 kali sehari yang diberikan selama 7 hari biasanya efektif, namun efek samping yang muncul berupa keluhan saluran pencernaan dapat mempengaruhi kesinambungan pengobatan.

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar

1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat. Kasus yang terjadi pada neonatus wajib dilaporkan di sebagian besar negara bagian di AS dan negara-negara lain, Kelas 2B (lihat tentang pelaporan penyakit menular)

2) Isolasi : tindakan kewaspadaan universal terhadap sekret dan air cucian mata sampai 96 jam pertama sesudah dimulainya pengobatan.

3) Disinfeksi serentak : teknik aseptik dan kebiasaan mencuci tangan yang benar oleh para petugas kesehatan merupakan tindakan yang tepat untuk mencegah penularan diruang perawatan.

4) Karantina : tidak dilakukan

5) Imunisasi kontak : tidak dilakukan

6) Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi : lakukan pelacakan terhadap semua kontak seksual pada kasus yang terjadi pada orang dewasa, begitu pula terhadap ibu dan ayah dari neonatus yang terinfeksi sebaiknya diperiksa dengan teliti dan diobati. Penderita dewasa sebaiknya diteliti lebih lanjut terhadap kemungkinan sedang menderita gonorrhoea dan sifilis.

7) Pengobatan spesifik : infeksi alat kelamin dan mata pada orang dewasa, diobati dengan tetrasiklin, eritromisin dan ofloksasin per - oral selama 2 minggu. Azitromisin adalah terapi dosis tunggal yang juga cukup efektif.

Pengobatan infeksi mata pada bayi baru lahir dengan eritromisin per – oral selama 2 minggu dianjurkan untuk mengurangi risiko terjadi pneumonia klamidia, dengan dosis 10 mg/kg diberikan setiap 12 jam pada minggu pertama kelahiran dan selanjutnya diberikan setiap 8 jam.

C. Upaya Penanggulangan Wabah : Lakukan pengawasan terhadap sanitasi kolam renang; klorinasi standard sudah cukup memadai.

D. Implikasi bencana : tidak ada

E. Tindakan internasional : ManfaatkanPusat – pusat kerjasama WHO

Dalam dokumen MANUAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (Halaman 176-181)