• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar:

Dalam dokumen MANUAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (Halaman 131-134)

BALANTIDIASIS ICD-9007.0; ICD-10 A07.0

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar:

1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat; merupakan keharusan untuk melaporkan penderita campylobacter di beberapa negara bagian dan sebagaian besar negara di dunia, kelas 2B ( lihat tentang pelaporan penyakit menular).

2). Isolasi : terapkan tindakan kewaspadaan enterik untuk pasien yang dirawat di rumah sakit. Orang yang menunjukkan gejala penyakit ini dilarang menangani makanan atau merawat orang sakit di rumah sakit, lembaga pemasyarakatan dan tempat penitipan anak. Orang yang baru sembuh namun tinjanya masih positif dianjurkan untuk dipisahkan dari orang lain jika kebiasaan cuci tangan dari yang bersangkutan kita ragukan. Tekankan pentingnya untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sehabis buang air besar dan sebelum menjamah makanan. 3). Disinfeksi serentak: dilakukan terhadap tinja dan barang-barang lain yang

tercemar. Di masyarakat, yang memiliki sistem pembuangan limbah yang baik dan modern, tinja dapat dibuang langsung kedalam saluran pembuangan tanpa disinfeksi awal. Lakukan disinfeksi menyeluruh.

4). Karantina : tidak diperlukan. 5). Imunisasi kontak : tidak vaksin

6). Investigasi kontak dan sumber infeksi : investigasi hanya bermanfaat untuk mendeteksi KLB; investigasi KLB yang dilakukan dan diarahkan untuk mengidentifikasi makanan yang tercemar; air atau susu yang mungkin menjadi sumber penularan.

82

7). Pengobatan spesifik : tidak ada pengobatan spesifik kecuali pemberian cairan rehidrasi dan mengganti elektrolit yang hilang (lihat Cholera, 9B7). C. jejuni atau

C. coli pada percobaan invitro sensitif terhadap sejumlah antibiotika seperti eritromisin, tetrasiklin dan kuinolon. Namun obat-obatan ini hanya bermanfaat jika diberikan pada awal sakit dan pada saat dimana agen penyebab penyakit sudah diketahui atau bermanfaat untuk mengeliminasi “carrier”.

C. Penanggulangan wabah :

Jika muncul sejumah kasus, seperti terjadi di dalam kelas, sebaiknya dilaporkan segera ke instansi kesehatan setempat, kemudian lakukan investigasi untuk mencari dan menemukan sumber penularan.

D. Implikasi bencana :

Risiko munculnya KLB bisa terjadi pada pemberian makanan secara massal seperti pada tempat penampungan pengungsi dalam lingkungan sanitasi yang jelek.

E. Tindakan internasional :

Manfaatkan pusat kerjasama WHO.

CANDIDIASIS ICD-9 112;ICD-10 B37

(Moniliasis, Trush, Candidosis).

1. Identifikasi

Mikosis yang biasanya menyerang lapisan superfisial dari kulit atau selaput lendir yang secara klinis nampak sebagai “trush”, intertrigo, vulvovaginitis, paronychia atau

onychomycosis. Ulkus atau pseudo-membran bisa terbentuk di esofagus, lambung atau usus. Candidemia paling sering terjadi sebagai akibat dari kateterisasi intravaskular dan bisa menimbulkan lesi diberbagai organ tubuh seperti pada ginjal, limpa, paru-paru, hati, mata, selaput otak, otak dan kelep jantung atau sekitar katup jantung prostetik.

Diagnosa dibuat dengan evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium maupun gejala klinis dari candidiasis. Hasil pemeriksaan laboratorium yang paling penting adalah jika ditemukan dibawah mikroskop pseudohyphae dan atau sel ragi pada jaringan yang terinfeksi atau pada cairan tubuh. Konfirmasi kultur penting, tetapi isolasi yang dilakukan dari spesimen yang diambil dari dahak, pencucian bronkial, tinja, urin, selaput lendir, kulit atau luka tidak membuktikan adanya hubungan sebab-akibat dari penyakit. Infeksi orofaringeal yang berat atau berulang pada orang dewasa dengan sebab yang tidak jelas bisa mengarah pada kemungkinan infeksi HIV.

2. Penyebab penyakit

Candida albicans, C. tropicalis, C. dubliniensis dan kadang-kadang spesies lain dari

candidiasis, yaitu infeksi dengan C. Torulopsis kurang membentuk pseudohyphae pada jaringan.

3. Distribusi penyakit.

Tersebar di seluruh dunia. Jamur C. albicans kadang-kadang merupakan flora normal pada tubuh manusia.

4. Reservoir : Manusia.

5. Cara penularan

Karena kontak sekret atau ekskret dari mulut, kulit, vagina dan tinja, dari penderita ataupun “carrier”, atau tertulari melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan; penularan endogen.

6. Masa inkubasi: Bervariasi, 2 – 5 hari untuk lesi mulut pada anak. 7. Masa penularan : Diasumsikan menular ketika ditemukan lesi.

8. Kekebalan dan kerentanan

Hampir selalu ditemukan spesies Candida didalam dahak, tenggorokan, tinja dan urin tanpa ada gejala klinis sebagai bukti rendahnya patogenisitas candida dan sebagai bukti adanya imunitas yang luas di kalangan masyarakat. Lesi mulut banyak ditemukan, biasanya ringan dan muncul pada minggu-minggu pertama sesudah kelahiran. Gejala klinis muncul pada saat daya tahan tubuh hospes rendah. Kondisi lokal tubuh bagian tertentu turut mempengaruhi munculnya candidiasis superfisialis seperti interdigital intertrigo dan paronikia pada tangan yang terkena banyak air (pekerja pengalengan makanan dan binatu) dan munculnya intertrigo pada kulit yang lembab dari orang-orang yang gemuk. Lesi berulang pada kulit dan erupsi mukosa sering terjadi.

Diantara faktor sistemis mencolok yang menjadi dasar munculnya kandidiasis superfisialis adalah kencing manis, pengobatan dengan antibiotik berspektrum luas dalam jangka waktu panjang dan infeksi HIV. Wanita pada kehamilah trimester 3 lebih mudah terkena vulvoganinal candidiasis. Faktor yang mempengaruhi terjadinya candidiasis sistemik antara lain imunosupresi, pemasangan kateter intravena permanen, netropenia, kanker darah, dan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Candidiasis pada saluran kencing biasanya timbul sebagai komplikasi dari penggunaan kateter jangka panjang pada kandung kencing dan pelvis renalis. Kebanyakan orang dewasa dan anak-anak usia lebih tua mengalami hipersensitivitas kulit yang tertunda terhadap jamur dan karena yang bersangkutan memiliki antibodi humoral.

9. Cara-cara pemberantasan A. Cara-cara pencegahan :

Lakukan deteksi dini dan pengobatan dini terhadap infeksi lokal pada mulut, esofagus atau kandung kencing bagi mereka yang memiliki faktor predisposisi sistemik (lihat butir 8 diatas) untuk mencegah terjadinya penyebaran sistemik. Kemoprofilaksis dengan fluconazole mengurangi kejadian candidiasis pada bagian dalam tubuh, 2 bulan pertama setelah transplantasi alogenik sum-sum tulang.

84

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.

1. Laporan kepada instansi kesehatan setempat. Laporan resmi biasanya tidak perlu disampaikan, kelas 5 (lihat tentang pelaporan penyakit menular)

2. Isolasi :Tidak diperlukan.

3. Disinfeksi serentak : lakukan disinfeksi terhadap sekret dan benda-benda yang terkontaminasi.

4. Karantina : Tidak diperlukan. 5. Imunisasi kontak :Tidak diperlukan.

6. Investigasi kontak dan sumber infeksi : Tidak bermanfaat pada kejadian kasus yang sporadis.

7. Pengobatan spesifik :

Memperbaiki faktor-faktor yang mendasari munculnya candidiasis sangat membantu pengobatan. Misalnya melepas kateter intravena. Pemberian nistatin topikal atau derivat azole (Miconazole, Clotrimazole, Ketoconazole, Fluconazole) sangat bermanfaat untuk berbagai bentuk candidiasis superfisialis. Clotimazole oral (Mycerex®) berupa tablet isap atau larutan Nystatin efektif untuk pengobatan lesi mulut. Suspensi Itraconazole (Sporanox®) atau Fluconazole (Diflucan®) – efektif untuk candidiasis oral dan esefagus. Infeksi vagina bisa diobati dengan Fluconazole

oral atau Clotimazole topikal, Miconazole, Butoconazole, terconazole, tioconazole

atau nystatin. Amphotericine B (Fungizone®) IV, dengan atau tanpa 5-fluorocytosine, adalah obat pilihan untuk visceral candidiasis atau candidiasis invasive. Preparat lipid Amphotericin B mungkin juga efektif.

Dalam dokumen MANUAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (Halaman 131-134)