• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsekuen Tehadap Keputusannya dan Berorientasi Hasil

Dalam dokumen Kepemimpinan dalam Revolusi Mental (Halaman 178-182)

PRINSIP-PRINSIP PEMIMPIN UNGGUL

H. Berusaha mencari Win-Win solution

I. Konsekuen Tehadap Keputusannya dan Berorientasi Hasil

Pemimpin yang baik harus mengambil keputusan, dan ia dengan konsekuen akan menjalankan keputusannya tersebut. Jadi jika ia merasa tidak mampu menjalankan sebuah keputusan,, ia akan menimbang-nimbang lagi untuk mencari keputusan yang lain yang bisa diterapkan.

Pengambialn keputusan adalah tugas utama seorang pemimpin. Ada metodologi dan aturan pengambilan keputusan, namun tidak semua yang ada dibuku harus diterapkan secara letterlijk.

Pemimpin harus mempersiapkan kondisi tim dan pihak-pihak terkait sebelum keputusan diambil. Kemudian pikir pula pertimbangan-pertimbangan lain yang berkaitan dengan keputusan. Informasi apa yang dipunyai, lalu apakah ada alternatif solusi lain? Dan sebagainya. Keputusan yang baik selain berdampak jangka pendek juga berdampak jangka panjang.

Pertimbanganpula apa resikonya jika keputusan diambil? Resiko tehadap organisasi, diri sendiri, staf dan sebagainya. Setelah semuanya dipertimbangkan dan ternyata optimal, maka Anda bisa langsung menjalankan program tersebut.

Seorang industriawan dari Swedia pernah mengatakan bahwa “Hal terbaik yang bisa anda lakukan saat bekerja dengan saya adalah mengambil keputusan yang benar, hal terbaik berikutnya adalah

176

mengambil keputusan yang salah, dan jika anda tiak mengambil keputusan apapun, anda akan dipecat”

Jadi berkaitan dengan pengambilan keputusan, pemimpin yang konsekuen terhadap keputusannya akan emiliki karakteristik positif berikut:

1. Mengetahui bahwa keputusan harus diambil, baik benar atau salah, tak mengambil keputusan justru berakibat buruk.

2. Mengambil keputusan di saat yang tepat, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

Adapun pimpinan yang buruk, karakteristiknya seperti berikut:

1. Selalu takut salah

2. Lebih senang abstain jika menghadapi sesuatu yang dilematis. 3. Jarang melkaukan analisa terhadap sesuatu.

4. Sering terbuai oleh analisanya sendiri

5. Selalu menunda-nunda pengambilan keputusan dengan mengatakan bahwa butuh waktu dan informasi tambahan untuk memutuskan informasi.

6. Selalu menyalahkan orang lain jika keputusan salah, karena menganggap orang lain tidak memberikan informasi yang benar. Mgambil keputusan bukanlah aspek tersulit yang dihadapi para pemimpin, menjalankan keputusan tersebut kadang lebih berat. Kalau seandainya mengambil keputusan itu sudah cukup, tentu negeri ini tidak akan kacau balau. Tapi konsekuen dengan aturan, itu yang lebih sulit bagi kebanyakan orang.

Sulit untuk menerapkan keputusan akan membuat banyaj stakeholder frustrasi. Pemimpin yang baik akan dnegan konsekuen menerpkan keputusan yang mereka ambil.

177

Banyak orang yang puas dan menilai performanya hanya dengan terlihat selalu sibuk. Padahal sebenarnya sibuk belum tentu produktif lebih baik draipada sibuk tapi sebenarnya tidak melakukan apa-apa.

Pemimpin yang sibuk tapi tidak emlakukan apa-apa menunjukan bahwa apa yang dilakukannya sebenarnya tidak efektif. Yang benar adlah pekerjaan tersebut harus menghasilkan nilai tambah, penting dan hasil akhirnya sesuai dnegan yang diminta. Intinya, hasil akhirnya!

Contoh simpel, seorang anak yang tangannya kotor karena bermain pasir. Orang tua yang berorientasi hasil hanya akan meminta agar anak tersebut mencuci tangan, sementara orang tua yang tidak berorientasi hasil akan meminta anak mandi sekalian. Walaupun itu efektif, tapi sebenarnya overkill, alias terlalu berlebihan.

Dalam bisnis, Anda sering melihat hal demikian. Banyak pemimpin yang sibuk utak atik laporan keuangan saja, tanpa sibuk melakukan action. Sibuk rapat tapi tidak ada hasil yang diperoleh dari rapat. Sibuk untuk berpidato, ceramah, menyampaikan visi dan misi, tapi lemah dan tidak bersemangat untuk melakukan action untuk menempuh visi dan misinya tersebut.

Pemimpin sejati hanya tertarik pada hasil, dan kemudia merumuskan apa yang harus dilakukan berdasarkan kepada hasil yang dia inginkan. Kerja keras tidak cukup, bahkan kerja cerdaspun belum cukup. Kerja efektiflah yang diperlukan.

Rugi sajalah kalau kita kerja keras, tapi pekerjaan tersebut dianggap pemborosan waktu saja. Pemimpin yang baik akan

178

melakukansesuatu bukan karena agar terlihat sibuk, agart terlihat berguna, namun agar mendapatkan hasil yang diinginkan.

Pemimpin yang baik pertama kali akan menilai berdasarkan efektifitas, sebaik apapun pekerjaan, jikat tidak efektif, sama saja tidak ada gunanya.

Jadi lebih baik memberikan solusi yang kurang sempurna untuk tujuan yang benar, daripada memberikan solusi yang benar, tapi untuk tujuan yang salah.

Dengan prinsip demikian, seorang pemimpin yang baik setiap kali akan rapat tidak memulai dengan menanyakan “apa yang akan kita bahas kali ini?” tapi dengan pertanyaan “Apa yang ingin kita capai melalui pertemuan ini?”. Jadi intinya semuanya dimulai dengan paradigma mencapai tujuan.

Pemimpin yang baik tidak akan berhenti kecuali jika memang sudah memperoleh hasil yang positif dari pekerjaan mereka. Pemimpin top tidak akan sibuk untuk melakukan hal yang tidak ada nilai tambahan terhadap progress untuk mencapai tujuan.

Dengan fokus ke tujuan, pemimpin akan dengan mudah mengetahui rintangan-rintangan yang ada didepan yang harus diatasi. Jadi fokus dan kekuatan diarahkan untuk bekerja dengan lebih keras dan lebih cerdas dalam kerangka efektifitas.

Pemimpin yang baik tidak terbuai untuk memiliki banyak tujuan tapi tidak bisa dijangkau, lebih baik punya sedikit tujuan tapi mengalokasikan segenap sumber daya dan energi untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Pemimpin yang berorientasi hasil, akan memiliki karakteristik unggulan seperti berikut:

179

2. Berketetapan hati, tidak mudah di ombang-ambingkan. 3. Menyibukan diri pada tujuan, dan bukan pada perjalan untuk

mencapai tujuan.

4. Jika ada penghalang, berusaha untuk mencari cara lain untuk mencapai tujuan

5. Memastikan bahwa keputusan yang diambil benar-benar dieksekusi.

6. Fokus pada akibat dari action yang diambil.

7. Memonitor akibat dari action mereka, kemudian mengoreksinya jika ada kesalahan.

Adapun pemimpin yang kurang baik akan memiliki karakteristik negatif berikut:

1. Lebih fokus pada pekerjaan, dan bukan pada hasil

2. Puas tehadap apa yang telah mereka lakukan, dan bukan puas karena sudah memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuannya. 3. Sering menuntut kesempurnaan pada pembuatan laporan atau surat menyurat, walaupun itu sebenarnya sepele ditinjau dari segi hasil dituju.

Kegagalan untuk menomor satukan “yang penting hasilnya dulu” akan membuat organisasi tidak efektif. Jangan senang menyalahkan orang lain jika da yang tidak benar. Tapi salahkan diri sendiri terlebih dahulu. Perjalanan untuk memperoleh hasil optimal tidak bisa harus dilakukan dengan rasa tanggung jawab, kejujuran dan atitude yang baik.

Dalam dokumen Kepemimpinan dalam Revolusi Mental (Halaman 178-182)