• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Landasan Teori

Pembahasan konsep nasionalisme tidak dapat dilepaskan dari kata nasional atau nation yang berasal dari bahasa Latin natio (lahir) yang secara garis besar

24

adalah sekumpulan orang yang memiliki ikatan darah. National atau nation sebagai sebuah bangsa tidak dapat dilepaskan dari kata state yakni negara. Nasional atau nation yang berarti adalah sekumpulan penduduk dalam sebuah negara di bawah satu pemerintahan.25 State atau negara diartikan sebagai sebuah tubuh politik di mana setiap orang menempati suatu wilayah yang pasti dengan dipimpin oleh satu pemerintahan yang berdaulat dan tidak dipengaruhi oleh segala sesuatu yang berada di luar.26

Nasionalisme sendiri memiliki banyak pengertian tergantung para ahli yang mengungkapkannya. Namun, dari sekian banyak pengertian secara garis besar nasionalisme dapat diartikan sebagai suatu paham di mana kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan.27 Paham nasionalisme ini berakar pada ikatan-ikatan seorang individu terhadap kampung halaman atau tanah tempat kelahirannya sehingga paham ini pada kemudian hari melahirkan sebuah negara bangsa yang berdaulat.

Perkembangan nasionalisme pada abad XX berkembang secara luas tidak lagi terikat dan dibatasi oleh suatu wilayah. Bangsa bagi Anderson adalah sesuatu yang terbayang karena sesama anggotanya tidak bakal tahu dan tidak bakal mengenal sebagian besar anggota bangsa lainnya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak pernah bertatap muka bahkan tidak pernah mendengar tentang

25

Louis L. Snyder. 1954. The Meaning of Nationalism. New Jersey: Rutgers University Press, hlm. 17.

26

Ibid.

27

Hans Kohn. 1984. Nasionalisme: Arti dan Sejarahnya. Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm. 11.

mereka.28 Bahwa perasaan sebagai suatu bangsa tidak harus lahir atau bertemu dengan orang-orang yang tinggal di dalam sebuah wilayah yang sama.

Perkembangan migrasi yang begitu besar sehingga menghasilkan keturunan yang tidak memiliki ikatan darah yang sama membuat paham nasionalisme berkembang secara luas. Frederick Hertz mengatakan bahwa konsep nasionalisme adalah perasaan solidaritas akan persatuan di antara anggota keluarga dalam sebuah bangsa.29 Bahwa nasionalisme yang berkembang adalah ikatan darah bukan lagi tempat tinggal di suatu wilayah.30

Kondisi ini kemudian dikemukakan oleh Anderson bahwa bangsa kini dipahami sebagai sebuah komunitas yang memiliki hubungan kesetiakawanan tanpa memedulikan suatu wilayah.31 Keterikatan seseorang terhadap kampung halaman, kota kelahiran, dan negara tanah tumpah darah akan menjadi pemicu seseorang masih memikirkan tentang apa yang terjadi dengan kampung halamannya.32 Nasionalisme yang berkembang pada para imigran inilah yang membuat ikatan darah menjadi hal yang membuat mereka setia pada bangsa dan negaranya.

28

Benedict Anderson. 2008. Imagined Communities. Yogyakarta: Insist dan Pustaka Pelajar, hlm. 8.

29

Snyder. Op. cit., hlm. 14.

30

Ibid.

31

Anderson, Op. cit., hlm. 11.

32

Benedict Anderson. 2002. The Spectre of Comparisons: Nationalism, Southeast Asia and the World. London: Verso, hlm. 59-60.

Lahirnya identitas nasionalisme jarak jauh di daerah imigrasi merupakan dampak dari berkembangnya permasalahan di negara asalnya. Lewat paham inilah muncul gerakan-gerakan boikot Jepang oleh komunitas Tionghoa di Hindia Belanda. Aksi boikot merupakan salah satu bentuk aksi nasionalisme yang ditunjukkan komunitas Tionghoa menanggapi aksi Jepang. Hal ini memperlihatkan bahwa nasionalisme tidak hanya berkembang secara fisik, namun juga berkembang dalam perang dagang.

Aksi boikot Jepang juga menunjukkan suatu teori bahwa perkembangan perdagangan di Hindia Belanda tidak hanya digerakkan oleh orang-orang barat saja. Perkembangan bangsa-bangsa Asia yang mulai menunjukkan kekuatan ekonominya mulai turut ambil bagian dalam sejarah perekonomian di Hindia Belanda. Hal ini yang ingin ditunjukkan Meilink Roelofsz bahwa sebelum bangsa barat hadir di Hindia Belanda telah hadir bangsa-bangsa Asia yang memiliki posisi yang cukup penting dalam perdagangan Asia.33

Sejarah perekonomian di Hindia Belanda selalu menempatkan bangsa-bangsa barat sebagai aktor utama, namun lewat Meilink bangsa-bangsa-bangsa-bangsa Asia memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perdagangan sebelum kedatangan bangsa barat.34 Meilink ingin memperlihatkan bahwa perdagangan di Hindia Belanda juga dipengaruhi oleh bangsa-bangsa Asia dengan kehadiran mereka di Hindia Belanda. Dua kekuatan Asia yakni Tiongkok dan Jepang yang sedang berperang berdampak pada aktivitas perdagangan mereka di Hindia Belanda. Ini

33 M. A. P. Meilink-Roelofsz. 2016. Perdagangan Asia & Pengaruh Eropa di Nusantara Antara 1500 dan Sekitar 1630. Yogyakarta: Ombak, hlm. xi.

34

menunjukkan bahwa aksi boikot Jepang merupakan tanda kehadiran bangsa Asia turut dalam dinamika perdagangan di Hindia Belanda.

Aksi boikot Jepang merupakan bentuk dari solidaritas komunitas Tionghoa kepada warga negara Tiongkok yang menderita akibat perang Tiongkok-Jepang. Ikatan darah sebagai warga negara Tiongkok membentuk identitas nasionalisme mereka meskipun mereka jauh dari Tiongkok daratan bahkan tidak mengalami langsung perang Tiongkok-Jepang.

Kelahiran nasionalisme jarak jauh juga tidak dapat dilepaskan dari peranan surat kabar dalam menyampaikan propaganda atau paham nasionalisme secara luas. Tumbuhnya kapitalisme cetak pada abad XX membuat orang Tionghoa memiliki surat kabarnya sendiri menjadi faktor utama identitas nasionalisme berkembang. Keberadaan kapitalisme cetak dapat menyebarkan gagasan mengenai nasionalisme melalui bahasa yang dapat dimengerti.35

Imigran Tionghoa menggunakan surat kabar untuk mengetahui jalannya perang Tiongkok-Jepang sehingga mereka mengetahui keadaan keluarga mereka di Tiongkok daratan. Perasaan yang dibangun lewat tulisan-tulisan di surat kabar yang mengabarkan jalannya perang setiap harinya membuat imigran Tionghoa menaruh sikap benci pada Jepang. Secara imajinasi hal ini memperlihatkan adanya kedekatan antara keluarga di Tiongkok dengan imigran Tionghoa. Hal inilah yang kemudian membentuk identitas nasionalisme jarak jauh imigran Tionghoa yang kemudian berkembang pada aksi boikot.

35

Penelitian ini menggunakan perpektif sejarah pergerakan Tionghoa di Hindia Belanda. Paham nasionalisme yang lahir karena sikap solidaritas mereka kepada saudara dan keluarga di kampung halaman melahirkan sebuah pergerakan dan sikap anti terhadap Jepang. Aksi boikot inilah yang kemudian menjadi bentuk pergerakan komunitas Tionghoa di Surabaya sebagai bentuk penekanan terhadap Jepang yang menduduki Tiongkok.