• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III JEPANG PADA MASA KRISIS EKONOMI 1930-AN

C. Perang Tiongkok-Jepang

1. Negara Boneka Manchukuo

Pada tahun 1930-an di Jepang sedang berkembang teori ekspansi baik ke wilayah utara maupun ke selatan. Jepang melakukan ekspansi pada tahun 1930-an tidak dapat dilepaskan dari kondisi perekonomian Jepang yang sedang carut marut akibat krisis ekonomi. Tanah Jepang yang tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk Jepang yang sedikit membuat mereka menginginkan wilayah-wilayah di luar Jepang seperti yang dilakukan oleh negara-negara barat. Jepang menginginkan sebuah wilayah yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah untuk digunakan sebagai perindustrian mereka yang sedang maju-majunya.59 Maka Jepang melirik Tiongkok sebagai wilayah yang strategis terutama karena melimpahnya sumber daya alam dan manusianya sehingga Jepang menaruh perhatian lebih pada negara tetangganya itu. Tiongkok yang saat

59

Michael Wicaksono. 2015. Republik Tiongkok (1912-1949) Dari Runtuhnya Kekaisaran Qing hingga Lahirnya Salah Satu Republik Terkuat di Dunia. Jakarta: Elex Media Komputindo, hlm. 381.

itu masih dilanda perang saudara pun dimanfaatkan betul oleh Jepang untuk disusupi dan dikuasai sumber-sumbernya.

Kemajuan perindustrian modern mendorong Jepang untuk menguasai wilayah yang memiliki sumber daya alam mengingat Jepang merupakan negara yang sangat miskin akan sumber daya alam. Dengan majunya perindustrian Jepang dapat membuat mereka hampir menyamai negara-negara barat terutama untuk menopang kekuatan saat perang. Maka berkembanglah politik ekspansionisme yang dilakukan Jepang untuk menguasai wilayah Asia Timur dengan Jepang sebagai pemimpinnya untuk membebaskan pengaruh dari imperialisme barat.60

Setelah menguasai wilayah Korea maka tujuan ekspansi Jepang selanjutnya adalah Tiongkok. Ketika Jepang melakukan ekspansi ke Tiongkok seorang jenderal Jepang bernama Jenderal Tanaka mengeluarkan sebuah Memorial Tanaka yang isinya merupakan alasan dan cara-cara yang dilakukan oleh Jepang untuk merebut Tiongkok. Memorial Tanaka ini terbit sesaat sebelum perang Tiongkok-Jepang berlangsung pada 1930-an, namun Memorial Tanaka dimuat di harian surat kabar Pewarta Soerabaia pada 18 November 1931 meskipun sebelumnya telah diterbitkan lebih dulu pada 13-23 Oktober 1931. Namun, atas desakan dari pembaca Pewarta Soerabaia yang mayoritas merupakan Tionghoa perantauan maka Memorial Tanaka diterbitkan kembali. Bagi orang Tionghoa perantauan Memorial Tanaka yang diterbitkan oleh surat

60

kabar Tionghoa-Melayu merupakan salah satu cara mengetahui politik Jepang di Tiongkok dan membangkitkan semangat anti Jepang.

Memorial Tanaka yang berisikan alasan Jepang menyerang Manchuria sebagai salah satu cara mereka untuk menginvasi Tiongkok. Manchuria memiliki luas wilayah hampir 74.000 meter persegi dengan jumlah rakyat sebesar 28.000.000 jiwa merupakan wilayah yang cukup strategis untuk dikuasai Jepang.61 Letaknya di Tiongkok Utara membuat keuntungan bagi Jepang karena sebelumnya mereka telah menguasai wilayah-wilayah Uni Soviet dalam perang Rusia-Jepang. Manchuria juga memiliki sumber daya alam yang cukup besar terutama logam yang diincar oleh Jepang guna memajukan persenjataan Jepang dalam peperangan.62

Jepang mengincar Manchuria untuk diduduki tidak hanya sebatas untuk mengambil sumber daya alamnya saja melainkan mereka memiliki strategi untuk menguasai Tiongkok secara penuh seperti yang tertulis dalam surat kabar Pewarta

Soerabaia berikut ini:

Kita moesti taloeken Manchuria dan Mongolia. Boeat bisa taloeken seantero doenia kita haroes lebi doeloe taloeken Tiongkok. Bila kita bisa berhasil taloeken Tiongkok, sisanja negri-negri di Asia dan di Lamyang aken takoet kita dan manloek pada kita. Lantas doenia aken mengetahoei, Asia Timoer ada kitapoenja dan tida aken brani boeat langgar kitapoenja hak-hak.63

Pernyataan dalam Memorial Tanaka menjadi sebuah ancaman nyata Jepang menginvasi Manchuria sebagai langkah awal mereka menguasai Tiongkok dan

61

“Memorial Tanaka”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 18 November 1931, hlm. 17.

62

Ibid.

63

Asia Timur. Hal ini sesuai ide ekspansi Jepang yang ingin menguasai dunia di bawah satu atap atau dikenal sebagai Hakko-Ichiu.64

Gambar 3. Isi dari Memorial Tanaka dalam Surat Kabar Pewarta Soerabaia

Sumber: Pewarta Soerabaia 18 November 1931.

Invasi Jepang ke Manchuria ini cukup menimbulkan kekhawatiran terutama dari pemerintah Tiongkok. Jepang mengganggap bahwa wilayah Manchuria tidak memiliki hubungan dengan negeri Tiongkok, hal ini disebabkan karena sebelumnya Manchuria merupakan wilayah Dinasti Qing yang sudah

64

digantikan oleh pemerintah modern Tiongkok.65 Jepang kemudian menginginkan dikuasainya Manchuria dapat memberikan keuntungan bagi industri Jepang terutama dengan rencananya untuk membangun jalur kereta api di Manchuria Selatan.66 Jalur kereta api ini cukup penting untuk mengangkut bahan-bahan mentah untuk industri Jepang dan sebagai penghubung untuk ekspedisi militer Jepang.67

Untuk menguasai Manchuria Jepang melakukan penyerangan sehingga kemudian Jepang mendirikan negara boneka Manchuria guna menekan pemerintah Tiongkok. Pada 18 September 1931 terjadilah insiden pemboman jalur kereta api di Manchuria Selatan, orang Jepang menganggap insiden tersebut merupakan ulah dari orang Tionghoa yang tidak suka dengan kehadiran Jepang namun pihak Tiongkok menyangkalnya.68 Insiden ini kemudian berujung pada penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh tentara Jepang kepada Tiongkok. Cara yang dilakukan Jepang terhadap Tiongkok dianggap licik karena dengan memfitnah Tiongkok telah menyerang jalur kereta api Jepang sehingga dunia

65

“Memorial Tanaka”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 18 November 1931, hlm. 17.

66

“Politie Japan di Manchuria”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 22 Januari 1931, hlm. 1.

67

Michael. Op. cit., hlm. 385.

68

Nio Joe Lan. 1962. Djepang Sepanjang Masa. Jakarta: PT Kinta Djakarta, hlm. 257-258; “Didoedoekennja Manchuria oleh Tentara Japan”, Pewarta Soerabaia pada Sabtu, 31 Oktober 1931, hlm. 1.

menganggap bahwa penyerangan Jepang pada Tiongkok adalah suatu bentuk perlindungan diri.69

Insiden penyerangan Jepang di Manchuria ini membuat banyak pemimpin-pemimpin militer Tiongkok ditangkap oleh Jepang dan barisan tentara Tiongkok makin lama makin mundur. Melihat Jepang makin lama makin mendesak Manchuria maka rayat Tiongkok pun juga ikut berjuang dengan memboikot barang-barang Jepang di Tiongkok.70 Hal ini kemudian membuat militer Jepang makin banyak mengirim pasukannya ke Manchuria guna memberikan perlindungan dari tentara Tiongkok.71 Invasi Jepang ke Manchuria pun kemudian mendapatkan sorotan dari dunia internasional setelah Tiongkok melaporkannya ke Liga Bangsa-Bangsa mengingat Jepang tergabung di dalamnya.72 Namun, Jepang tidak menggubris reaksi dunia internasional malahan semakin menekan Tiongkok dengan menyerang beberapa wilayah yang lain. Hingga kemudian tidak berselang lama Jepang keluar dari Liga Bangsa-Bangsa pada 27 Maret 1933 sehingga dapat melakukan penyerangan dan invasi pada Tiongkok.73

Setelah Jepang dapat menguasai Manchuria maka kemudian Jepang mendirikan negara boneka sehingga negara tersebut berdiri di bawah

69

“Didoedoekennja Manchuria oleh Tentara Japan”, Pewarta Soerabaia pada Sabtu, 31 Oktober 1931, hlm. 1.

70

Nio. Op. cit., hlm. 258.

71

“Didoedoekennja Manchuria oleh Tentara Japan”, Pewarta Soerabaia pada Senin, 2 November 1931, hlm. 1.

72

“Sampe Brapa Jaoeh Japan Soeda Langgar Perdjanjian Internationaal”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 6 November 1931, hlm. 1.

73

bayang pemerintah Jepang. Jepang mendirikan negara boneka ini sebagai salah satu cara untuk menekan pemerintahan Tiongkok sehingga nantinya Jepang dapat menguasai Tiongkok secara penuh. Negara boneka Manchuria ini kemudian diganti namanya menjadi Manchukuo dan mengangkat seorang kaisar Tiongkok yang dahulu diturunkan takhtanya oleh pemerintahan modern Tiongkok yakni Aisin-Gioro Pu Yi/Henry Pu Yi74 dari Kerajaan Manchu Dinasi Qing.

Jepang dalam mendirikan negara Manchukuo cukup jeli dalam melihat situasi terutama karena Jepang ingin menekan pemerintahan Tiongkok. Jepang mengangkat Pu Yi sebagai kepala negara Manchukuo bukan tanpa alasan terutama untuk mengadu domba kedua kekuatan negara ini. Pu Yi yang diturunkan dari takhtanya karena digantikan oleh pemerintahn modern Tiongkok setelah Revolusi 1911. Pemerintahan modern Tiongkok tidak menginginkan adanya kerajaan atau kekaisaran, mereka menginginkan negara yang dipimpin oleh seorang presiden secara demokratis sehingga membuat Pu Yi yang saat itu masih sangat muda diturunkan. Pengangkatan Pu Yi sebagai kepala negara Manchukuo adalah sebagai bentuk adu domba atas pembalasan dendam Pu Yi yang diturunkan dari takhtanya sehingga nantinya terjadi perang saudara antara Manchukuo dengan Tiongkok. Hal ini kemudian dapat dimanfaatkan Jepang untuk merebut Tiongkok.

Keadaan Pu Yi ini dimanfaatkan oleh Jepang terutama karena Pu Yi juga memiliki hubungan baik dengan Jepang. Setelah Dinasti Qing berakhir dan Pu Yi

74

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai biografi Aisin-Gioro Pu Yi dapat membaca P.K. Ojong. 2019. Dari Kaisar Menjadi Penduduk Biasa: Pu Yi. Jakarta: KPG.

diturunkan dari takhtanya Pu Yi pun mengungsi sementara dan meminta perlindungan dari Jepang karena di Tiongkok sudah dikuasai oleh tentara republik.75 Pu Yi juga menaruh dendam kepada Chiang Kai Shek karena telah menghancurkan makam keluarga Pu Yi yang bagi setiap orang Tionghoa menjaga makam keluarga merupakan kewajiban, sehingga perusakan barang-barang leluhur Pu Yi merupakan kejadian yang tidak pernah dilupakan oleh Pu Yi dan menyimpan dendam kepada Chiang Khai Shek.76

Pada 1 Maret 1934 Pu Yi kemudian dinobatkan sebagai kaisar kembali di Manchukuo, namun pemerintahannya tetap di bawah Jepang sehingga Manchukuo merupakan negara boneka yang dengan seenaknya digerakkan oleh Jepang.77 Meskipun begitu Tiongkok tidaklah tinggal diam dengan didirikannya Manchukuo, mereka berusaha untuk mengambil kembali Manchuria karena dianggap penting bagi Tiongkok.78 Selagi mereka berusaha untuk mengambil Manchuria kembali, pemerintah Tiongkok juga berusaha untuk mempertahankan wilayah-wilayah yang mulai disusupi oleh Jepang. Jepang dalam melancarkan aksinya tidaklah main-main, mereka dengan mengirimkan bala tentaranya untuk menduduki tempat-tempat penting di Tiongkok sehingga dapat menguasai Tiongkok secara penuh.

75

Michael. Op. Cit., hlm. 409; Ojong. Op. cit., hlm. 128.

76

Ojong. Ibid., hlm. 159.

77

Michael. Ibid., h. 419; Ojong. Ibid., hlm. 198.

78

“Japan dan Manchuria”, Pewarta Soerabaia pada Sabtu, 27 Februari 1932, hlm. 1.