• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian aturan dan batasan pada anak tidak bisa dilakukan hanya sepihak saja, misalnya anak saja atau orang tua saja, tetapi harus dilaksanakan oleh semua anggota keluarga sesuai dengan peran masing-masing. Suami dan istri harus memiliki kesamaan visi dan misi dalam memberikan dan melaksanakan aturan dan batasan pada anak, juga harus membantu untuk mencapai sasaran tersebut.

Semua orang tua mengatakan jika aturan dan batasan disepakati sendiri oleh anak, orang tua lebih mudah untuk mengingatkan jika anak melanggarnya, dan meminta pertanggungjawabannya, apalagi terhadap aturan yang sering dilanggar. Semuanya juga mengatakan bahwa yang paling sering adalah diganggu anak saat menelpon dan berbicara serius dengan tamu. Kendati demikian, penulis perhatikan orang tua dari keluarga Sh, Sy, dan Hr yang sering mengikuti pelatihan dan membaca buku parenting tetap mengutamakan anak dengan melakukan break time pada tamu, untuk terlebih dulu merespons anak. Masing-masing menuturkan:

Saya minta dia membuat janji, bahwa kami akan menyelesaikannya setelah pertemuan ini. Awalnya dia tidak mau, tetapi saya yakinkan jika

saya yang berjanji. Sekarang dia sudah semakin mengerti dengan aturan bahwa harus melayani tamu, tetapi jika keinginannya mendesak, biasanya saya mengutamakan dia dulu, untuk melatihnya makin mengerti, saya yakinkan dia bahwa saya sungguh-sungguh memegang aturan, makanya dibuat janji dulu.48

Sudah mulai malu dengan orang lain, biasanya berbisik jika ada kehendaknya, tadi minta main game di laptop, saya bilang lima belas menit lagi.49

Anak Sy memanggil ibunya bersembunyi di balik pintu menuju ke ruang tamu, menegosiasikan permintaannya mau main game di laptop. Ibunya membuat janji dengan anak untuk melanjutkan permintaan anak setelah selesai berbicara dengan tamu kurang lebih lima belas menit lagi. Kurang lebih sepuluh menit anak ini menagih janji ibunya, ibu kembali memberi pengertian bahwa masih lima menit lagi. Setelah berselang beberapa waktu anak kembali menghampiri ibu dan bersama-sama menuju ke tempat penyimpanan laptop. Penulis perhatikan di saat yang lain pada istri Sh, Hr dan Sy, menyelesaikan keinginan anak saat itu juga.

Pernah juga penulis perhatikan bapak Hr yang mengajak anak menjauh dari tamu, untuk membuat janji kapan dan bagaimananya setelah tidak ada tamu.

Semua orang tua di atas berhasil menyelesaikan masalah ini dengan menetapkan aturan dan batasan secara umum pada anaknya. Cara ini diyakinkan orang tua, sedikit demi sedikit sikap anak mereka berubah, anak akan mengerti dan tidak mengganggu lagi asalkan setelah menelpon atau setelah berbicara dengan tamu, orang tua betul-betul membahas apa yang diinginkan anak.

48Wawancara dengan istri Sh, hari Rabu 7 Januari 2015, pukul 19.00 WIB.

49Wawancara dengan istri Sy, hari hari Sabtu 9 Agustus 2014, pukul 10.00 WIB.

Semuanya menceritakan hal yang sama ketika anak-anak mereka masih berusia 7 tahun ke bawah.

Perlakuan yang berbeda penulis dapatkan di keluarga lainnya, anak mereka sering mengganggu keseriusan orang tua saat berbicara dengan tamu dan saat menelpon, respons orang tua lebih banyak terlihat marah, ada ancaman dan diabaikan, misalnya istri Me yang berpendidikan rendah marah-marah pada anaknya yang mangganggu orang tua sedang ngobrol dengan tetangga; Hn meminta anaknya untuk main ke luar rumah atau menjauh dari tempat orang tua yang sedang menerima tamu; Bd yang single parents dan berpendidikan menengah pertama menyebut nama anak dengan nada tinggi dan panjang menunjukkan tidak suka terhadap yang dilakukan anak ketika banyak tamu yang berkunjung ke rumahnya; Istri Dr yang berpendidikan menengah atas sering berkata “jangan mengganggu” pada anaknya yang ikut ketika ibu sedang melihatkan dokumen keluarga; Ng dan istri yang berpendidikan rendah membiarkan perlakukan anak, sambil berujar “memang begini—biasa—biar saja”.

Perbedaan dengan tiga keluarga sebelumnya di atas, terletak pada pemberian aturan dan batasan pada anak yang diawali dengan sosialisasi atau memberikan pengertian, meminta anak untuk membuat sendiri aturan tersebut berdasarkan pemahaman yang disampaikan orang tua, serta membuat kontrak bersama jika melanggar. Menunjukkan keseriusan orang tua dalam memberikan aturan dan batasan pada anak. Sampai pada kesepakatan saja tidak cukup, harus tegas melaksanakannya secara bersama-sama, dalam arti orang tua akan merespons aturan yang sudah dipertanggungjawabkannya bersama.

Berbeda dengan keluarga Me, Hn, Bd, Dr, dan Ng di atas, tidak menyosialisasikan atau memberikan pengertian sebelum menegakkan aturan dan batasan, tetapi langsung diberikan pada anak. Cara seperti ini—berarti yang punya aturan dan batasan, atau yang punya kepentingan adalah orang tua, menjadikan anak tidak merasa memiliki dengan aturan dan batasan tersebut. Sebaiknya anak terlibat secara langsung dalam proses sampai adanya peraturan dan batasan, agar anak mengingatnya, merasa memilikinya dan menaatinya. Sehingga mau menerima konsekuensi dengan ikhlas atas sangsi jika tidak melaksanakannya.

Khusus dalam rumah tangga keluarga Ng, justru terlihat ada memberikan aturan dan batasan pada saat anak berusia 7 tahun ke bawah. Anak tidak boleh menangis berteriak-teriak di depan orang, menurut perintah orang tua, tidak boleh berkelahi dengan orang lain terlebih dengan saudara sendiri, tidak boleh jajan terlalu banyak, ini yang sering diingatkan orang tua. Oleh karena dalam pelaksanaannya tidak ada sangsi jika anak melanggar, juga kurang memberikan respons terhadap yang telah dipertanggungjawabkan anak, menjadikan anak tidak bertahan lama melakukannya, kecenderungan anak untuk melanggar terbuka lebar dan lebih sering berujung pada pelanggaran. Orang tua kurang memiliki pendekatan persuasif sebagai bentuk pencegahan sebagaimana yang dilakukan keluarga Hr, Sh, dan Sy, ketika anak sudah menunjukkan peluang untuk melanggar, orang tua segera mencari berbagai cara agar anak tidak melanggar, salah satunya dengan membuat janji dan berusaha agar anak sendiri yang mengusulkan.

Pengakuan yang berbeda disampaikan oleh Ng:

Semua anak kami manja, kemauannya apa harus dituruti, kalau tidak dituruti mereka menangis, dan yang kecil sukanya menangis sambil berteriak, kalau yang besar marah-marah, akhirnya ngambek.

Ketika penulis meminta sesuatu dari anak melewati orang tua, anak tersebut tidak peduli permintaan orang tuanya meski berkali-kali diminta. Anak memenuhi ketika penulis sendiri yang berusaha memintanya. Anak di atas menjadi manja bukan karena segala permintaannya dipenuhi ibu sebagaimana pengakuan Ng, tetapi karena anak sedikit mendapatkan pengalaman untuk menyelesaikan tanggung jawab pribadi atau tanggung jawab sosialnya. Menjadi manja karena anak tidak diberi pengalaman-pengalaman yang cukup tentang hal-hal tertentu, terlalu sedikit tanggung jawab yang harus dipenuhinya, dan tidak dimintai pertanggungjawaban secara konsisten dari apa yang dilakukannya.50 Termasuk melaksanakan aturan dan batasan yang seharusnya diberikan ke anak.

Berdasarkan deskripsi upaya orang tua menetapkan aturan dan batasan dengan melibatkan semua anggota keluarga di atas dapat disimpulkan bahwa: a) keluarga berpendidikan tinggi melakukannya dengan cara; memberikan pengertian dan menoleransi anak, melibatkan anak dalam membuat dan melaksanakan, melibatkan semua anggota keluarga dalam melaksanakan, menyamakan visi misi orang tua terhadap aturan dan batasan dalam rumah tangga;

dan, b) keluarga berpendidikan menengah ke bawah memberikan aturan tanpa batasan yang jelas dan tidak tegas dalam pelaksanaannya.

50Harris Clemes dan Reynold Bean, Bagaimana Mengajar Anak…, h. 103.

Upaya orang tua menetapkan aturan dan batasan serta penumbuhan ketaatan kepada anak usia 3-7 tahun, dapat dilihat dalam matrik pada tabel berikut:

Tabel 4.18: Matrik Upaya Orang Tua Menetapkan Aturan dan Batasan serta Penumbuhan Ketaatan Anak Usia 3-7 Tahun

No. Menetapkan tahun, kecuali keluarga Ng yang berpendidikan rendah mencoba memberikan aturan dan batasan pada anak dengan pendekatan yang berbeda. Penulis perhatikan lebih banyak memberikan dalam bentuk intruksi dan perintah supaya melaksanakan aturan yang dibuat orang tua, serta larangan terhadap batasan, tetapi semakin sulit bagi orang tua karena semakin tambah usia anak, semakin