• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga dalam penelitian ini variatif dalam menanamkan nilai melaksanakan puasa Ramadan kepada anak-anaknya usia ini, misalnya keluarga Ys dan Bd, sudah mengajak anak mereka untuk makan sahur, karena tidak ada lagi kesempatan untuk sarapan pagi jika ada yang tidak berpuasa, karena pukul 07.00 Wib. mereka sudah harus berangkat kerja, tetapi anak tidak dituntut untuk puasa, ketika anak mereka ingin makan atau minum, pada saat itulah anak-anak berbuka. Demikian juga dengan anak Ag yang sudah berusia 6 tahun, dibangunkan makan sahur dan sudah mau berpuasa sampai waktu salat Zuhur.

Penulis menyilahkan istri Ag yang sambil menyiapkan makanan berbuka anaknya, ketika penulis berkunjung pada 21 Ramadan 1435 H, bertepatan dengan hari Sabtu 26 Juli 2014.

Sama dengan anak Hn yang berusia 6 tahun, sudah diminta untuk berpuasa sampai waktu Zuhur, tetapi setelah anak berbuka—kembali menyambung puasanya dan berbuka bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain. Istri Hn menceritakan pada anaknya, bahwa pahalanya lebih banyak karena belum wajib berpuasa tetapi sudah berpuasa dan apabila anak berpuasa pahalanya untuk orang

tua, terkadang anak juga mau berpuasa penuh, karena dijanjikan orang tua beli baju baru untuk lebaran.

Keluarga Me dan Dr tidak mengajak anak mereka makan sahur, kecuali anak sendiri yang bangun dan ikutan sahur. Ketika anak mereka sarapan pagi diganti orang tua dengan menyebutnya makan sahur dan berpuasa setelahnya.

Setelah itu anak-anak mereka berpuasa sampai ada keinginan untuk makan atau minum. Istri Dr mengatakan:

Kami hanya mengajarkan anak untuk mengerti bahwa pada bulan Ramadan umat Islam diwajibkan berpuasa, suatu saat jika anak sudah mengerti—biasanya ketika sudah SD, tanpa diajak pun anak-anak sudah tahu bahwa sudah harus berpuasa.

Berbeda dengan keluarga Sh, Hr, dan Sy dalam menanamkan nilai puasa pada anak mereka yang berusia 3 tahun. Keluarga ini berusaha membangunkan sahur anak-anak mereka usia ini, kecuali anak merasa berat untuk bangun, misalnya kurang enak badan atau kurang tidur. Anak mendapat penjelasan orang tua bahwa ada berkah dari melakukan makan sahur, anak juga mendapat penjelasan orang tua bahwa sahurnya masih boleh jam 06.00 WIB, jika terpaksa tidak sahur bersama anggota keluarga, setelah itu terserah anak mau makan atau minum, tetapi mengajarkan kepada anak menyebutnya dengan istilah “buka puasa” dan membaca doa berbuka puasa, dan meminta anak untuk melanjutkan puasanya kembali dan seterusnya sampai waktunya buka bersama-sama.

Pengalaman ketiga keluarga di atas berbeda-beda dalam mengajarkan anak puasa di usia ini, misalnya disampaikan oleh istri Sh:

Waktu punya anak satu—saya belum kerja di luar rumah. Usia 3 tahun sudah bisa diajarkan puasa—berbuka pukul 08.00 WIB, besoknya

ditantang lagi menjadi pukul 10.00 WIB, selanjutnya puasa beduk79 dan seterusnya sampai satu hari penuh.

Istri Hr juga menyampaikan hal senada dalam mendidik anak berpuasa ketika belum diangkat sebagai PNS. Sedikit berbeda dalam pelaksanaannya dengan yang dilakukan keluarga Sy, karena mereka PNS suami istri sebelum menikah, maka diutamakan mereka adalah komitmen anak untuk mau belajar puasa. Tidak jarang mereka menelpon anak dari kantor jika sudah saatnya berbuka, bisa juga anak mereka yang menelpon minta berbuka sebelum waktu yang dijanjikan anak. Orang tua tidak keberatan karena anak sudah jujur jika tidak tahan menunda berbuka.

Semua orang tua di atas, mengajak anak-anak mereka untuk berbuka puasa bersama, meskipun anak usia ini belum berpuasa sebagaimana ketentuan menurut agama Islam. Semuanya menuturkan agar anak-anak bergembira jika membangunkan mereka bisa berpuasa penuh kelaknya, makin tambah akrab dan suasana religius rumah tangga makin terasa. Semua orang tua di atas juga melibatkan anak-anak langsung dalam kegiatan Ramadan lainnya, misalnya membawa anak salat Tarawih ke masjid, meskipun anak mereka lebih banyak duduk atau diam saja di samping orang tua, melihat orang-orang tadarus membaca Alquran, ikut berbuka di masjid sesuai jadwal biasanya 1 kali dalam sebulan bagi setiap warga sekitar, ikut mengantar ta’jil ke masjid untuk orang-orang berbuka puasa, mengantarkan zakat fitrahnya. Puncak kebahagiaan anak-anak dalam bulan Ramadan, adalah ketika menyambut hari Raya Idul Fitri. Meskipun anak usia ini

79Puasa beduk adalah istilah yang digunakan masyarakat Pangkalan Bun ketika menyebut anak-anak mereka puasa yang berbuka jika sudah mendengar bunyi beduk waktu salat Zuhur zaman dulu.

belum berpuasa atau belum berpuasa penuh, tetapi anak-anak mengaku semuanya senang karena semuanya berpakaian baru, yang diakui semua orang tua berusaha membelikan anak-anak mereka pakaian baru. Kecuali keluarga Ag mengaku sering dibelikan paman atau bibinya anak-anak.

Imam Syafií memberi panduan mengajarkan anak puasa berpatokan pada kewajiban salat, yaitu usia 7 tahun diajarkan puasa dan uisa 10 tahun sudah wajib melaksanakannya. Seirama dengan Imam Ahmad memberi batasan jika sudah berusia 10 tahun sudah wajib melaksanakan berbagai kewajiban agama.

Muhammad Ghafur Wibowo mengomentari panduan dua orang Imam ini bahwa meski secara fisik anak usia 6-10 tahun sudah mampu, tetapi orang tua tetap harus menyesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak saat itu, dan sepakat jika anak sebelum 7 tahun untuk dilatih puasa, agar saat berusia 7 tahun sudah bisa puasa secara sempurna. Secara praktis Imam Auzaí memberi panduan, jika anak mampu berpuasa pada tiga hari pertama secara berturut-turut dan tidak merasa lemas, maka perintahkanlah untuk berpuasa selanjutnya.80

Keluarga Sh juga menciptakan suasana rumah yang kondusif, agar anak-anak bergembira menyambut Ramadan, dibuktikan dengan upaya orang tua yang membuat spanduk berukuran 1 meter x 1 meter, berlatar foto semua anggota keluarga dan bertuliskan “horeee… Ramadan lagi”. Foster semacam ini mereka buat berganti-ganti tulisan dan foto latar setiap tahunnya. Anak-anak mereka juga sudah terbiasa memasang tulisan atau gambar setiap menjelang Ramadan, sebelum diminta orang tua—anak-anak sudah menempelnya terlebih dulu di kamar

80Muhammad Ghafur Wibowo, Menikmati Ramadan…, h. 60.

masing-masing dan bagian sisi rumah yang ia mau. Penulis melihat ada tulisan

“Alhamdulillah… ketemu Ramadan lagi”, “Ramadan yang ku tunggu”, juga target-target selama bulan Ramadan.

Berdasarkan deskripsi upaya penanaman nilai tanggung jawab, yang dilakukan orang tua kepada anak usia 3-7 tahun mengajar puasa Ramadan di atas dapat disimpulkan, bahwa semua orang tua sudah mengajarkan nilai-nilai puasa kepada anak, mulai anak bertanya tentang puasa, dan inisiatif orang tua untuk menjelaskannya. Anak usia 3 tahun sudah dapat dibiasakan berpuasa selama beberapa jam dan usia 6 tahun anak sudah bisa berpuasa satu hari penuh.

Dilakukan dengan cara: a) mengakrabkan kata “ tentang puasa” dalam kehidupan anak; b) membuat komitmen bersama melaksanakan dan meningkatkan kuantitas waktu berpuasa, mulai sahur sampai terserah anak berbuka, juga yang membuat komitmen berbuka jam 8 dan seterusnya secara meningkat, setelah berbuka anak diminta melanjutkan puasa lagi; c) melibatkan anak dalam aktivitas Ramadan, seperti salat Tarawih ke masjid, dan ikut membayar zakat fitrah; d) memberikan reward; dan, e) menciptakan suasana gembira menyambut Ramadan dan hari raya Idul Fitri bagi keluaga yang religius tinggi dan berpendidikan sarjana keguruan.